Crimson Angels
Disclaimer: Kishimoto Masashi
Pairing: Yaoi/Yuri/Het pairs
Rated: M to be safe
Warnings: OOC, gore, yaoi, lime implisit, incest, age-gap, mature theme. Don't like don't read!
Summary: Para malaikat tersayang yang dicintai manusia dan siluman.
A/N: Drabble series tentang kisah sosok yang dicintai bagai malaikat meskipun bersimbah mawar merah.
1st Angel: Sweet Crimson Angel (Itachi x Sasuke)
-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-
Itachi tak mengerti mengapa keadaan menjadi seperti ini. Ia tak memahami apa gerangan yang terjadi pada malaikatnya.
Darah memercik ke mana-mana. Erang kesakitan mengiringi merah membara. Dentuman tubuh tak bernyawa bergelimpangan putus asa. Tajamnya senjata terlempar tiada guna.
Tarian indah nan elegan bersabda cepat bagai kilat, membius pandangan malam yang terpana tanpa daya. Sapuan lengan ringkih tak sepadan dengan kuatnya hentakan yang dihasilkan. Layangan tulang kering nan kurus berbanding terbalik dengan kerasnya benturan yang diterima lawan. Lalu angin seakan menyelaraskan diri dengan gerakan mematikan yang kerap tercipta, mengibarkan helai kelamnya langit di kala sang bulan enggan menyapa.
Itachi ingin menghentikannya. Namun, lidahnya kelu dan membeku seraya matanya memperhatikan betapa cantik malaikatnya menari. Logika kewarasannya seakan hilang ditelan perasaan hanyut dalam mimpi yang masih disuguhkan oleh bidadari tanpa sayapnya itu. Sesosok suci yang berhiaskan mawar merah dari surga.
Ah, ia tak bisa menghentikannya. Hatinya tak sanggup menahan sosok yang menari demi dirinya. Ia bahkan tak ingin makhluk surga itu menyudahi gemulai tariannya... sebuah pembalasan akan goresan kecil yang tertoreh di lengannya.
Mengapa seorang malaikat melakukan pembalasan? Mengapa goresan kecil dapat menyulut terjadinya hal tersebut?
Itachi adalah ketua Klan Uchiha yang bergerak di bawah tanah. Ia menjadi kepala klan ketika ayahnya memutuskan untuk berhenti dan menyendiri ke sebuah tempat yang tidak diketahuinya. Ibunya meninggal dunia setelah melahirkan sesosok yang murni di matanya. Sang adik, bernama Uchiha Sasuke. Itachi sangat menyayangi dan menjaganya bak permata tak ternilai. Segala kebutuhannya terpenuhi tanpa memanjakannya. Ia mendidik Sasuke dengan tegas dan benar meskipun terkadang luluh dengan permintaannya. Tak ayal, adiknya tumbuh sesuai keinginannya.
Sasuke berkembang dengan menjadikan Itachi sebagai rajanya; sosok yang harus dicintai, disayangi, dilindungi dan dipatuhi. Seorang raja yang memegang kendali atas jiwa dan raganya.
Doktrinasi? Bukan. Dominasi dan ketergantungan yang menjadi kata kuncinya. Keinginan pribadi yang diarahkan sebagai kewajiban diri untuk menjadi yang terbaik di sisi sang raja.
Sasuke bagai kuda hitam yang dinaikinya. Ksatria yang tak nampak kilaunya karena ditutupi gelap pemikiran dan tindakan yang dilakukannya, pun ketepatan dalam bertindak sebelum diberikan perintah.
Itulah yang terjadi ketika cecunguk lawan memutuskan untuk bermain dengan pisau lipat yang menggores lengan Itachi.
"Aniki, lukamu?"
Itachi menatap sang adik yang masih mengangkat satu tubuh dengan mencekik leher. Raut wajahnya dingin tetapi ia dapat melihat kecemasan dari oniks yang bertautan dengan warnanya.
Belum cukup. Ia masih ingin menyaksikannya.
"Hanya luka kecil, Otoutou, tapi sepertinya aku merasakan sengatan di dalamnya. Mungkin racun?" Itachi membalas dengan tenang lalu tersenyum kecil ketika melihat sang adik bersiap untuk kembali pada tarian mematikannya.
Ah, betapa indah malaikatnya itu. Merah sungguh serasi dengan kulit putih berbalut hitamnya. Ia ingin terus menyaksikannya.
"Beraninya kalian..." geram Sasuke dengan nada rendah yang mengancam sambil memberikan sebuah sapuan kilat yang memisahkan kepala dengan tubuh, "melukai aniki-ku..." jegalan pada kaki lain yang bersambung dengan hentakan membentur dinding beton, "dengan pisau jelek itu!" lalu hempasan kuat pada beberapa sosok yang mengelilinginya sehingga berhambur di sekitar ruangan luas tapi kotor itu.
Seakan melihat bayangan sayap hitam yang membentang luas dari punggung Sasuke, Itachi terkesima pada indahnya malaikat miliknya seorang. Begitu gelap, begitu kelam, begitu kejam, namun begitu cantik sehingga membuatnya ingin merengkuh sosok itu dalam dekapannya.
"Mati kalian!" desis penuh amarah itu mengakhiri tarian indah sang bidadari. Lalu ia berjalan mendekati sang pemilik jiwa yang tak lain adalah kakak kandungnya. Ia berhenti di depan lelaki berambut panjang diikat rendah itu dan meraih lengan Itachi yang tergores. Ia bermaksud untuk menjilati luka tersebut ketika sang kakak menghentikannya dengan memegang dagunya.
"Racun, Otoutou," jelasnya.
"Tapi Aniki-"
"Aku yang lebih ingin membersihkan darah dari tubuhmu ini," lanjut Itachi sambil menjilati pipi sang adik yang berhiaskan merah. Ia membawa sebelah tangannya yang lain untuk menyisir raven basah malaikatnya ke belakang telinga. "Aku ingin membersihkanmu dengan tanganku sendiri."
"A-aniki! Darah mereka kotor!" protes Sasuke berusaha menjauhkan 'raja'nya dari dirinya. "Setidaknya-nnh... biarkan aku yang mem-mmh!" Ia tak sanggup meneruskan kalimatnya ketika dirasa lidah berpengalaman sang raja menjilati daun telinganya.
"Sasuke,"
Sang raja menatap tajam ksatrianya, mengumandangkan perintah tanpa kata yang harus diturutinya. Diperkuat dengan elusan pada bibir bawah sang malaikat yang mulai bergetar, ia bertanya, "Kau mengatakan sesuatu?"
Sebuah gelengan lemah adalah jawaban yang tepat karena yang ia terima setelahnya merupakan sesuatu yang mendebarkan jantungnya.
"Biarkan aku mencintaimu, Malaikatku."
Lalu kecupan demi kecupan bersarang di wajah sang bidadari dengan lengan kokoh melingkari pinggangnya seraya menarik mendekat. "Aniki... take me home..." lirihnya kemudian.
Tersenyum, Itachi merengkuhnya berjalan menuju mobil limousine, meninggalkan gudang bekas pabrik senjata tempatnya gagal bertransaksi karena pihak lawan tak sabar untuk menghabisinya. Ia memerintahkan supir pribadinya, Kisame, untuk segera membawa mereka kembali ke Mansion Uchiha.
Di sanalah ia akan memanjakan malaikatnya dengan sepenuh hati.
Mobil berlalu meninggalkan gudang kotor dan berdebu menuju tempat yang jauh lebih indah bagai surga. Dua insan yang telah saling mencumbu tak lagi mengindahkan apapun yang terjadi di masa lalu, hanya menghangatkan dan menyayangi satu sama lain yang bermain dalam benak pikiran dan tertuang ke permukaan.
Mencintai dalam kegelapan. Mencintai dalam keheningan. Mencintai dalam kehidupan.
Mencintai dalam merah yang membara.
-.-.-Next: Cute Crimson Angel-.-.-
