Meanie Drabble Collections

(Kim Mingyu x Jeon Wonwoo of Seventeen)

.

One Fine Rainy Day©peachpeach

I : Hair Colour

.

All cast belongs to God, themselves, family and management. Story line is mine. No profit taken.

.

Musim gugur selalu identik dengan cuacanya yang buruk dan sulit di prediksi oleh ramalan cuaca. Hujan lebat kapan saja, dingin, dan angin yang bertiup kencang. Pagi ini hujan turun sangat deras dan Wonwoo terbangun saat jarum jam di atas nakasnya menunjukkan pukul sembilan pagi, hampir saja ia melompat cepat-cepat dari atas tempat tidur, mengira ia sudah terlambat bekerja. Lima detik kemudian, Wonwoo baru sadar jika hari ini libur. Wonwoo mengerjap pelan, menguap lebar-lebar, lalu meregangkan otot-ototnya. Semalam, ia lupa tidur pukul berapa. Deadline design majalah yang dikerjakannya dan akan terbit musim ini, menyita semua atensi dan jam tidur berkualitasnya. Belum lagi soal atasannya yang super cerewet dan prefeksionis, menelepon tiap Wonwoo baru saja punya pikiran untuk istirahat sejenak. Mungkin, semalam ia tidur di atas meja kerjanya saat menjelang dini hari dan Mingyu—oh, berpikir soal Mingyu—kekasihnya, Wonwoo baru sadar, jika tempat di sampingnya sudah kosong. Wonwoo menyentuh bekasnya, dan sudah dingin. Mingyu jelas bangun terlebih dahulu dan lebih pagi. Wonwoo mengedikkan bahunya tak peduli, meregangkan ototnya sekali lagi dan membuat kausnya melorot di bagian bahu, lalu menyeret langkahnya dengan malas menuju kamar mandi.

Wonwoo mengernyit heran saat melihat Mingyu duduk santai sambil sesekali tertawa kecil. Seingatnya, Mingyu punya jadwal pemotretan di Gwangju. Mingyu bekerja sebagai model freelance yang tidak terikat dengan manajemen manapun tapi sudah punya jam terbang yang tinggi. Beberapa kali diundang untuk sekedar jadi tamu fashion week bergengsi, jadi setiap jadwal kerjanya selalu ia tulis di reminder ponselnya dan di atas sticky note yang ditempel pada pintu kulkas, atau lemari pakaiaan mereka supaya tidak lupa. Semalam, Wonwoo sempat membaca sticky note yang ditempel di pintu kulkas sebelum ia mengerjakan proyeknya, jadi ia ingat seharusnya Mingyu hari ini berangkat kerja meskipun hari Minggu. Wonwoo memperhatikan acara yang ditonton Mingyu, dan rupanya itu siaran ulang reality show berisi balita-balita mungil menggemaskan. Mingyu mungkin sempat merekamnya untuk di tonton ulang.

"Tidak ada jadwal ?" Wonwoo bertanya tanpa basa-basi setelah duduk di samping Mingyu dengan rambut setengah basah.

"Jadwalnya diundur menjadi besok pagi. Hari ini pemotretan outdoor, dan hujan lebat sejak pukul tujuh, tidak memungkinkan untuk tetap dilakukan." Mingyu mengusak pelan rambut setengah basah Wonwoo, lalu mengecup cepat pelipisnya sebagai ucapan selamat pagi tersirat darinya. Wonwoo mengangguk ringan sebelum menyandarkan punggungnya ke sofa dengan santai.

"Kenapa ditonton lagi ?" Wonwoo bertanya lagi saat atensi Mingyu kembali ke tontonannya.

"Bosan, acara televisi sekarang isinya segala kompetisi menjadi idol. Konsepnya serupa pula, remaja sekarang sepertinya terobsesi sekali menjadi idol." Wonwoo mencibir, dalam otak kecilnya ia berpikir mungkin Mingyu merasa kalah tampan dengan para peserta yang mengikuti kompetisi seleksi idol. Wonwoo diam saja, ia membiarkan Mingyu merangkul pundaknya dan membuat lengan mereka bersentuhan. Wonwoo melirik piring berisi pancake dengan whipped cream yang sudah berantakan dan tinggal separuh milik Mingyu, ia tertarik meraihnya dan menyuapkan sepotong besar ke dalam mulutnya. Ia lapar sekali ngomong-ngomong.

"Pancake milikmu di atas konter dapur, belum disiram madu atau jeli stroberi karena aku tahu kau pasti bangun siang. Jangan makan punyaku, nanti kau tidak kenyang."

"Aku malas jalan ke dapur," Mingyu tertawa mendengar jawaban Wonwoo. Ia mengusap sedikit whipped cream di sudut bibir Wonwoo dengan ibu jarinya, "Tidurmu nyenyak semalam ?"Wonwoo mwngangguk, mulutnya sibuk mengunyah dan matanya fokus memperhatikan tiga balita laki-laki kembar yang sedang berlarian di televisi.

"Atasanku mau semuanya selesai akhir bulan ini, jadi aku bekerja ekstra keras untuk itu. Beruntung hari ini libur, dan pekerjaanku hanya tinggal menyempurnakan bagian akhirnya." Wonwoo meletakkan piringnya kembali di atas meja, lalu meneguk susu low fat langsung dari kartonnya. Padahal, ada gelas milik Mingyu di sampingnya.

"Kantung matamu makin tebal saja, atasanmu pasti menyebalkan sekali ya ?" Mingyu mengusap pelan kantung mata Wonwoo yang semakin tebal dan menghitam, "Sabar sebentar ya, kalau uangku sudah terkumpul banyak, kita akan menikah dan kau tidak perlu bekerja lagi." Wonwoo memandang Mingyu, lalu berdecak.

"Aku juga tidak mau berhenti bekerja setelah menikah nanti Mingyu-ya. Pikirmu siapa yang membeli rumah ini ? Kau. Yang memasak setiap hari ? Kau juga. Lalu kerjaku apa ? Aku bukan seseorang yang akan merepotkan, dan bertindak seperti parasit." Wonwoo merengut, tangannya terlipat di dada, dan Mingyu hanya tertawa sembari menarik Wonwoo menjadi lebih dekat.

"Arraseo, jangan cemberut begitu…" Mingyu menjepit hidung bangir Wonwoo dengan jarinya, lalu mengecupinya berulang kali dengan gemas.

"Mingyu ! Aku bukan anak anjing !" Wonwoo protes, tangannya sudah menghalau wajah Mingyu yang makin gencar mendekat. Tapi Mingyu malah tertawa lagi, dan semakin gencar mengecupi seluruh permukaan wajah Wonwoo. Wonwoo itu serba datar, dari ekspresi muka sampai dada. Jadi, Mingyu senang sekali mengisengi Wonwoo sampai kesal, atau menggelitiki Wonwoo sampai tertawa keras sekali.

"Mingyu !" Mingyu baru berhenti saat Wonwoo menaikkan suaranya lebih tinggi. Mingyu mengulas senyum lagi, sedangkan tangannya bergerak merapikan poni Wonwoo yang berantakan.

"Oh iya, aku ingin mendengar pendapatmu soal warna rambut yang cocok untuk memotretan musim dingin nanti."

"Warna rambut ? Kau mau mengganti warna rambutmu, begitu ?" Wonwoo memperhatikan rambut Mingyu yang berwarna hitam, sama sepertinya. Dulu, saat sekolah menengah atas, rambut Mingyu pernah sekali berwarna cokelat, tapi tidak terlalu terang seperti rambut Hansol—rapper muda yang sekarang sering muncul di televisi, atau terlalu gelap seperti warna kulit kayu.

"Iya, aku punya kontrak dengan brand West Face untuk musim dingin dan orang-orang yang bekerja untuk kontrak editorial menyarankannya. Sifatnya tidak memaksa sih, toh aku kan tetap tampan dengan warna rambut apapun." Mingyu nyengir lebar sekali sampai dua gigi taringnya terlihat, sedangkan Wonwoo gemas ingin memukul kepala Mingyu yang kelewat percaya diri itu dengan remote televisi yang dipegangnya.

"Kau seharusnya masuk manajemen, supaya ada yang mengurusimu soal penampilan, kontrak, dan bahkan warna rambut. Lagipula, kau bertanya soal warna rambut ke orang yang salah. Tahu sendiri, aku tidak pernah mewarnai rambutku dari lahir." Wonwoo mengubah posisi duduknya menjadi tiduran di atas sofa dengan paha Mingyu sebagai bantalan. Televisi sudah dimatikan, dan Mingyu tidak protes tontonannya berakhir. Mungkin, berbincang dengan Wonwoo lebih menarik sekarang dibandingkan menonton Song bersaudara makan galbi dengan lahap.

"Tidak mau, kalau aku masuk agensi, jadwalku pasti makin padat. Itu artinya aku akan semakin sering tidak dirumah, dan bertemu denganmu. Seminggu di Milan saja membuatku merindukanmu sampai hampir mati rasanya," Wonwoo memutar bola matanya dengan ekspresi super datar andalannya, meski pipi putihnya merona perlahan.

"Mulutmu itu manis sekali, Kim." Wonwoo menggerutu pelan, sedangkan Mingyu tampak mengedikkan bahu tanda tak terima penolakan soal pernyataannya tadi.

"Kau kan sering melihat foto para model yang akan muncul di majalahmu, jadi ku pikir kau punya reverensi yang bagus. Lagipula, yang melihatku setiap hari dari bangun tidur sampai tidur lagi di rumah kan kau." Mingyu menatap iris Wonwoo yang sewarna hazelnut. Jemari panjangnya bermain di sela-sela helaian halus raven Wonwoo.

"Mhm, asal warnanya tidak terlalu terang seperti blonde atau platina akan cocok denganmu. Kulitmu tan, Mingyu-ya." Wonwoo kemudian meraih tangan Mingyu yang berada di atas perutnya. Ia mengangkatnya sejenak, sebelum menautkan jari-jarinya di sela-sela ruang jari Mingyu, lalu memperhatikannya dengan seksama. Warna kulitnya dengan Mingyu berbeda sekali.

"Bagaimana kalau ash grey ? Tapi rambutmu jangan dibiarkan berponi seperti sekarang, diangkat sedikit supaya kesannya semakin keren," celetuk Wonwoo. Wajahnya mendongak untuk melihat wajah Mingyu yang tampak berpikir mengenai usulnya, "Atau highlight cokelat gelap, dan sedikit under cut juga terlihat cocok denganmu. Tergantung dengan image yang ingin kau bentuk untuk pemotretan musim dingin nanti. Ash grey membuat kesan misterius, dingin, dan sulit di dekati. Sedangkan cokelat, kau akan terlihat lebih hangat."

"Begitu kah ? Well, nanti aku pikirkan di antara dua pilihanmu," Mingyu menunduk untuk mengecup bibir tipis Wonwoo, menyesap pelan sebentar, menggumamkan kata 'terima kasih' pelan di atas permukaan bibir Wonwoo, sebelum kembali duduk tegap.

"Kalau warnanya ash grey, apa aku akan terlihat seberti Jack the Frost ?" tanya Mingyu penasaran. Wonwoo hanya tertawa pelan, ia mengangkat sebelah tangannya yang bebas untuk mengusap rahang Mingyu.

"Warna rambut Jack platina, Mingyu-ya. Seniormu yang bernama Oh Sehun pernah menggunakan warna itu." Mingyu mengangguk, kemudian sekelebat pikiran melintas dalam otaknya.

"Wonwoo-ya, kau tidak berniat mengganti warna rambutmu ?" Wonwoo mengernyit pelan sejenak, lalu menggeleng pelan.

"Seorang desain grafis sepertiku tidak perlu tampil keren. Pekerjaanku kan hanya di dalam ruang kubikal kecil di kantor dan di depan komputer sepanjang hari. Jalan-jalan hanya di supermarket, atau pergi kencan denganmu nonton bioskop juga paling hanya seminggu dua kali. Tidak sepertimu yang harus jalan di catwalk atau pergi menghadiri fashion week."

"Padahal kupikir, kau akan manis sekali jika warna rambutmu cokelat seperti kayu manis. Warna kulitmu juga cocok…"

"Tidak ah, aku takut sekali rambutku rusak. Jeonghan hyung sering mengeluh soal rambutnya yang rusak parah, tapi tidak pernah jera mewarnai rambutnya. Kontur wajahku juga tidak cukup manis dengan warna-warna cerah."

Mingyu tersenyum simpul, "Iya, begini saja sudah manis kok ! Kalau kau tambah manis karena warna rambutmu berubah, aku bisa repot jika banyak yang akan melirikmu. Ingat ya, kau itu punyaku." Wonwoo mencubit perut kencang Mingyu dengan keras, menyebabkan yang lebih tinggi mengaduh sakit.

"Aku bukan barang, seenaknya saja mengklaim. Aku masih hak orang tuaku sampai kau menikahiku."

"Iya, iya…susah memang punya pacar sadis sepertimu," Wonwoo bersiap akan mencubit lagi, tapi pergelangan tangannya terlanjur dipegang erat oleh Mingyu. Dan Wonwoo tidak bisa protes lagi saat permukaan bibir Mingyu kembali membentur permukaan bibirnya. Mingyu mengecup pelan, melumatnya sebentar, lalu dengan lembut mengulum bibir Wonwoo. Mingyu menggigit gemas bibir bawah Wonwoo saat kekasihnya melenguh pelan, lidah Mingyu bermain sebentar menyapu permukaan gigi rapi Wonwoo, lalu menarik diri sebelum lepas kendali dengan bonus jilatan pelan di atas permukaan bibir Wonwoo yang terlihat semakin basah.

"Sabar, aku pasti akan menikahimu setelah nanti aku mengumpulkan uang dulu untuk calon tiga anak lucu kita seperti Song triplets, supaya aku tidak membuat keluargaku menderita karena ayah mereka belum punya simpanan yang cukup," Mingyu tersenyum lembut, "Ayo, sudah waktunya makan siang. Tidak keberatan dengan samgyetang kan ?" Wonwoo menggeleng, lalu Mingyu mengecup bibirnya sekali lagi sebelum menarik Wonwoo untuk ikut ke dapur. Hujan diluar sudah berubah menjadi gerimis kecil dan membawa angin dengan suhu sejuk menyenangkan yang masuk lewat celah ventilasi rumah kecil mereka. Samgyetang buatan Mingyu pasti akan jadi ide terbaik sepanjang hari untuk menghangatkan badan. Masalah menikah atau warna rambut Mingyu, biar waktu dan hairstylish yang akan menjawab.

*FIN*

Review ? :3

Minal Aidzin wal Faidzin semuanya ^^

Niatnya bikin drabble unyu-unyu manis menggemaskan gitu (meskipun pairing-nya ngga unyu), hehehe. Updatenya kapan-kapan kalo niat. Bisa sehari 2x atau nanti update lagi sebulan kemudian XD /digebukin rame-rame/

Bulan ini hectic sekali -.- kemarin libur sebulan lebih magernya kebangetan, jangankan mau nulis atau revisi skripsi rasanya buntu kebangetan, padahal udah mau maju sidang /jangan ditiru/

Buka instagram cuma sehari paling dua menit, nge-like post juga random sebelum foto keluar, notif ff update para sunbae juga bunyi mulu, tapi cuma aku download, belum dibaca apalagi review u.u . Wifi rumah juga harus berbagi sama adek yang lagi giat banget ngafalin dance-nya Fire sama I Like That atau steaming BL -.-

Udah kelar revisi skripsi, eh malah pas balik kos cepet, kena php dosen -.-

Udah niat mau update, kuota habis.

Mana belum review lagi, mianhae saranghae sunbaenim u.u

Menderita banget sumpah kan ya ? u.u

Udahan dulu curhatnya, ngga usah dibaca. Nanti kalian malah napsu buat gebukin lagi u.u

p.s : mereka seumuran ya disini, jadi ngga ada panggilan formal seperti hyung. ^^