Disclaimer:
Naruto © Kishimoto Masashi
Memories © Haruno Aoi
Warning: AU, CRACK, OOC, TYPO(S)
Keterangan tambahan:
Konoha = ibu kota
Suna = kota besar
Kiri = desa
Seperti di animanga, antara Konoha dan Kiri dipisahkan oleh laut, tapi tetap dalam satu negara.
.
.
.
~Memories~
-1-
.
.
.
Hinata's point of view
Akhir Maret. Sekarang masih musim semi. Besok sudah memasuki bulan April, yang berarti tahun ajaran baru.
Aku Hyuuga Hinata, lima belas tahun. Gadis desa yang bermimpi melanjutkan SMA di ibu kota. Sekarang mimpi itu sudah tercapai…
Aku yang berasal dari Kiri, kini sudah memasuki gerbang Akademi Konoha. Sekolah elite dari jenjang SD sampai SMA yang didirikan dengan dana bersama dari beberapa keluarga pengusaha di Konoha, yang ingin menyumbangkan baktinya untuk mewujudkan keinginan belajar para pemuda-pemudi Konoha dan sekitarnya.
Dibukalah pintu gerbang Akademi Konoha bagi siapa saja yang memiliki bakat tertentu, tanpa memandang latar belakang keluarga ataupun kekayaan. Karena itu, aku yang tidak berasal dari keluarga kaya bisa diterima di sini karena beasiswa.
Aku juga tidak khawatir jika harus tinggal jauh dari kampung halaman, karena satu tahun yang lalu kakak laki-lakiku—Hyuuga Neji—juga diterima di sini. Dia sekarang sedang berjalan beriringan denganku, membantuku membawa barang-barang dan koporku ke asrama puteri SMA Konoha.
"Aku cuma bisa mengantarmu sampai sini. Kau ngerti alasannya 'kan?"
Itu yang dikatakannya saat kami sudah berdiri di depan pintu besar asrama. Aku hanya mengangguk. Tentu saja aku mengerti karena ini asrama siswi, sedangkan kakakku adalah siswa.
"Tenang saja… Di sana ada maid-nya. Saat kau masuk pintu itu, pasti mereka akan menyambutmu dan membawakan barang-barangmu," jelasnya. Setelah mengatakannya, dia merogoh saku celananya. Mengambil ponselnya yang sepertinya bergetar. Perhatiannya sempat terfokus pada layar ponselnya, sebelum beralih kembali kepadaku. "Aku tinggal dulu, ya… Manajer klub judo memanggilku," lanjutnya seraya menepuk pelan puncak kepalaku.
"Iya, Onii-san…" kataku sambil mengangguk dan tersenyum.
Onii-san memang selalu aktif di organisasi dan klub sekolah, tidak seperti diriku yang cenderung pasif. Aku masih mengawasinya yang berjalan semakin menjauh. Setelah dia menghilang di tikungan trotoar, aku melangkahkan kakiku semakin mendekati pintu besar itu. Menapaki satu demi satu anak tangga, yang kukira jumlahnya lebih dari lima belas anak tangga. Asrama yang terlihat seperti kastil, atau yang bergaya Eropa ini sudah terlihat sangat megah hanya dari luar. Beda sekali dengan rumahku yang masih kental dengan budaya Jepang, dan terkesan kuno. Bagaimana dalamnya asrama ini, ya? Kenapa aku merasa jantungku berdetak lebih cepat? Apa karena naik tangga dengan membawa koporku yang berat ini, ya? Sepertinya bukan. Mungkin karena aku masih takut jika berada dalam lingkungan baru.
Benar kata Onii-san. Belum sempat aku memencet bel asrama, tapi sudah ada dua wanita muda nan cantik berseragam maid yang tersenyum menyambutku. Aku belum sempat bicara, mereka sudah merebut kopor dan tas besarku. Membimbingku ke kamarku yang katanya berada di lantai tiga, dari lima lantai asrama puteri SMA Konoha. Aku sempat takjub dengan asrama ini, benar-benar mewah nan megah. Sebagian besar perabot dan hiasan dinding berwarna keemasan. Lantai di koridor menuju kamarku sepenuhnya dilapisi karpet merah. Jendela besar di samping koridor sepenuhnya terbuat dari kaca bening, sehingga bisa melihat gedung SMA Konoha yang tidak jauh dari asrama.
Akhirnya sampai juga. Kamarku nomor dua puluh tujuh. Letaknya lumayan dekat dengan elevator. Ini menguntungkan.
Tok tok tok
Salah satu dari mereka mengetuk pintunya. Sepertinya aku tidak akan tinggal sendiri di kamar itu.
"Ya?" tanya seseorang yang muncul dari balik pintu itu. Perempuan berambut coklat dan dicepol dua. Sepertinya dia baik.
"Teman baru untuk kamar kalian sudah datang…" kata salah satu maid.
Kalian? Berarti lebih dari dua orang yang tinggal dalam satu kamar…
Tiba-tiba si rambut coklat mengamatiku. Tak lama kemudian senyumnya mengembang. "Ayo masuk," ajaknya seraya membuka pintu lebih lebar.
Setelah masuk, aku mengamati kamar yang akan kutempati tiga tahun selama menjadi murid di SMA Konoha. Ternyata memang luas, tidak heran jika harus ditempati lebih dari dua orang. Ada tiga ranjang, tiga lemari, tiga set meja belajar, cermin besar, dan sepertinya kamar mandi dalam juga. Kalau seluas ini, mungkin memang lebih baik jika aku punya teman sekamar. Aku tidak akan berani jika sendirian.
Setelah kuamati lagi, di ranjang paling kiri dari pintu masuk, ada perempuan berambut pirang pucat yang sedang membaca buku sambil tiduran. Dia bangkit dan duduk di tepi ranjang saat melihatku datang.
"Hey…" sapanya sambil mendekat dan mengulurkan tangannya. Aku menyambutnya, lalu dia berkata, "Aku Temari."
"A..aku Hinata. Hyuu..Hyuuga Hinata," ucapku sedikit gugup karena bertemu orang-orang baru.
"Oh, iya. Aku belum memperkenalkan diri. Aku Tenten…" kata perempuan berambut coklat yang ternyata bernama Tenten.
"Karena ada penghuni baru, kami akan memberitahukan lagi peraturan di asrama ini," kata salah satu dari maid, karena yang satu lagi sedang meletakkan koporku di dekat lemari yang sepertinya untukku. "Sarapan di lantai satu dimulai pukul tujuh. Makan siang bisa di asrama atau di kantin sekolah. Jika memilih asrama, maka harus datang pukul dua belas. Makan malam dimulai pukul tujuh. Jam malam adalah pukul sembilan malam. Jika masih ada yang berkeliaran di luar kamar melebihi jam malam, maka akan dikenakan sanksi oleh pengurus asrama. Untuk sekarang kami rasa cukup. Kalau butuh apa-apa, langsung hubungi kami," jelasnya panjang lebar.
"Arigatou…" ucapku sambil membungkukkan sedikit badanku.
Mereka membalasnya dan melangkah pergi dengan senyum yang masih mengembang. Sepertinya mereka memang diharuskan untuk selalu tersenyum.
Temari kembali ke ranjangnya dan meneruskan aktivitasnya semula. Tenten duduk di tepi ranjangnya yang ada di sebelah kanan. Berarti ranjangku yang paling tengah.
"Kau diterima di kelas apa?" tanya Tenten.
"Aku di kelas B," jawabku sambil membuka tas besarku yang ada di atas ranjang. Aku mengambil beberapa pigura dengan gambar dua orang di sana. Gambar diriku yang berumur delapan tahun, dan seorang lagi yang seumuran denganku sedang tersenyum di sampingku. Aku menatanya di meja samping tempat tidurku, dan sebagian di meja belajarku.
"Wah… sama," kata Tenten semangat.
"Berarti kita bertiga sekelas dong…" sahut Temari antusias.
"Syukurlah…" Aku memang bersyukur karena langsung mendapatkan teman sekamar sekaligus teman sekelas. Aku jadi merasa tenang.
"Besok kita berangkat bersama, ya!" ajak Tenten masih dengan semangat.
"Tentu," jawab Temari.
Aku hanya tersenyum dan mengangguk setuju. Mereka terlihat sibuk dengan aktivitasnya masing-masing setelah itu. Temari membaca sambil tiduran lagi. Tenten sepertinya sedang memasukkan buku-bukunya untuk besok ke dalam tas sekolahnya.
Aku yang duduk di tepi ranjang, menatap lekat-lekat foto yang kuletakkan di atas meja. Aku jadi ikut tersenyum karena melihat senyumanmu yang secerah mentari itu. Selama ini yang membuatku bersemangat untuk terus belajar dan mendapatkan beasiswa, bukan semata-mata karena lulusan SMA Konoha yang sudah terjamin masa depannya. Alasan utamanya, karena aku ingin bertemu denganmu yang dulu berasal dari desa yang sama denganku. Kau yang bercita-cita untuk mengenyam pendidikan di Akademi Konoha. Aku sudah janji akan menyusulmu sekolah di sini, karena itu sekarang aku menepati janjiku. Kau dulu hanya tinggal berdua dengan ibumu. Tapi, sejak ibumu meninggal, kau diasuh ayahmu dan dibawa ke ibu kota. Waktu itu kita masih kelas tiga SD, jadi sudah sekitar enam tahun kita tidak bertemu. Kita juga tidak pernah berhubungan lagi sejak saat itu. Apa kau sudah lupa padaku?
Uzumaki Naruto-kun…
Bagaimana kau sekarang?
Aku tidak sabar bertemu denganmu…
.
.
.
~To Be Continued~
.
.
.
Terima kasih untuk yang bersedia membaca, terutama yang review.
Kritik, saran, flame, apa saja akan saya terima dengan senang hati.
.
.
.
~Go Koui~
~Arigatou Gozaimashita~
.
.
.
~Review Please~
.
.
.
