Malam hari bikin tubuhnya serasa gemetaran di bawah dinginnya salju putih menghujani Bumi dan tempatnya berpijak. Sebentar lagi Natal dan Tahun Baru, tetapi sama sekali dia tidak mau merayakannya karena itu sangatlah sia-sia. Bukan dirinya lagi apabila merayakan sesuatu yang bukan kesukaannya. Akhirnya lebih memilih diam saja sembari membayangkan dirinya dulu pernah merayakan hal seperti ini bersama keluarganya.
Napasnya berhembus di mulutnya membuat sebuah uap berwarna putih bening. Kakinya berbalik arah menuju asrama puteri. Dirinya tidak lagi berada di asrama campuran dikarenakan perbaikan di sana sini, jadi untuk sementara gadis bernama Yuuya tidak bertemu dulu dengan kekasihnya, Nagisa.
Langkah-langkah kakinya membekas tumpukan salju dan membentuk jejak kaki. Namun, langkahnya terhenti lagi kemudian mendongak ke atas. Hujan salju membasahi wajahnya yang sendu dan sayu, menghembuskan napas sebelum kembali berjalan lagi.
..oOo..
.
24 O'Clock
.
.
DISCLAIMER: LOVE BERRISH © HARUTA NANA
..oOo..
Sekolah telah dimulai, namun tidak ada tanda-tanda dari seorang Fukushima Yuuya. Semua teman-temannya mengkhawatirkan dirinya apalagi Nagisa memandangi bangku kosong milik Yuuya. Emika yang duduk di depan juga melirik sekilas ke belakang, menatap sedih.
"Yuuya ke mana, ya?"
"Apa dia sakit?" tanya Ame di samping bangku Yuuya, sembari melihat Azusa. Lelaki itu tidak tahu menahu tentang keberadaan Yuuya semenjak kepindahan mereka ke asrama masing-masing. "Apa lebih baik kita tanya ke teman asramanya, misalnya Yukino?"
"Nanti aku coba tanya."
Baru berdentang lonceng, guru telah masuk ke dalam kelas. "Mulai saat ini, Fukushima Yuuya dipindahkan ke Kyoto dikarenakan alasan yang tidak kita ketahui. Padahal dia sudah masuk kelas 3, tapi karena ada suatu alasan di keluarganya, Fukushima harus pindah."
"Kok mendadak sekali?" tanya Emika kecewa pada penjelasan wali kelasnya.
Semuanya pada ribut. Gadis yang selama ini telah membangun kembali keakraban sekolah ini harus pindah demi keluarganya. Malahan mereka beranggapan bisa ceria bareng dan lulus bersama-sama, namun takdir berkata lain.
Ame bangkit dari kursi, mengangkat tangannya ke atas. "Apa Bapak tahu di mana Fukushima Yuuya sekarang berada?"
"Katanya Kepala Sekolah, Fukushima sudah naik pesawat di pagi hari dan mungkin pesawat telah terbang menuju Kyoto," balas wali kelas tersebut.
Kekecewaan menghinggapi benak mereka. Mereka tidak mempercayai betapa kejamnya Yuuya meninggalkan mereka tanpa mengatakan apa-apa. Semua anak-anak di kelas sana sangat kecewa pada Yuuya dan berharap Yuuya menjelaskan semuanya jika ketemu nanti.
.
.
Di samping itu, Yuuya berdiri di tempat di sebuah bandara internasional. Selama sehari, dua puluh empat jam, Yuuya memikirkan keinginannya untuk meninggalkan mereka atau tidak. Tetapi karena mendadak, Yuuya memutuskan untuk ikut dengan Ayahnya demi menemukan seorang keluarga yang telah menghilang.
"Ayo, Yuuya."
Digamit tangan Yuuya sembari tersenyum. Kepindahannya mungkin telah ditakdirkan untuk ke depannya. Biarkan saja ini menjadi sarana demi mencari apa yang ingin diketahuinya. Biarkan saja dirinya dimarahi oleh Nagisa maupun teman-temannya. Biarkan saja dirinya putus hubungan dengan Nagisa demi kebahagiaan Ayahnya. Biarkan saja. Karena waktu 24 jam adalah keputusannya di kala itu.
.The End.
..oOo..
A/N: No romance, lho. Dan soal sepatah kata, saya hanya bisa berterima kasih pada orang-orang telah membaca fict saya. ^^
Signature,
Zecka S. B. Fujioka
Makassar, 25 Desember 2013
