Disclaimer : Jun Mochizuki

Note : Fanfic ini mengambil setting setelah insiden Oz dkk. menyamar jadi murid untuk menyusup ke Sekolah Latowidge demi mecari tahu pria yang disukai Ada.


Ada's Secret


"Celaka! Celaka!"

Oscar Vessailus berlari menuju suatu ruangan dengan tergesa-gesa. Ia membuka pintu dengan suara keras, menyebabkan semua orang di dalamnya kaget. Oz, Gilbert, Alice, Break dan Sharon menatap Oscar yang (seenaknya) menerobos masuk.

"Ah, Oscar-sama…" gumam Sharon, sambil meletakkan cangkir tehnya.

"Paman? Ada apa?" tanya Oz.

"Celaka! Kita sama sekali lupa untuk bertanya siapa pria yang disukai Ada!" seru Oscar.

Oz memutar memori otaknya. Dua hari yang lalu, ia dan teman-temannya menyamar sebagai murid agar bisa menyusup masuk ke Sekolah Latowidge demi mencari tahu pria yang disukai Ada.

"Oh iya! Gara-gara ada banyak kejadian, aku sampai lupa hal itu," kata Oz.

"Ini tidak bisa dibiarkan! Kita harus menyusun rencana lagi."

"Benar! Kali ini kita pasti bisa mengetahuinya!"

Gilbert menghela napas mendengar ucapan mereka.

"Kalian ini… sebegitu ributnya hanya karena Ada punya orang yang disukai. Bagaimana kalau suatu saat nanti, dia ingin menikah?" ujar Gilbert tanpa berpikir.

"Menikah, katamu?"

Oz dan Oscar menatap Gilbert dengan sorot mata membunuh yang membuat Gilbert bergidik.

"Tak akan kuijinkan!"

"Siapapun pria yang berani menikahi Ada, harus melangkahi mayatku dulu!"

"Kalau perlu, dia harus dijebloskan di Abyss!"

"Setuju!"

Oz dan Oscar histeris. Gilbert hanya bisa diam.

Break tertawa menyaksikan tingkah paman-keponakan itu. "Wah, cinta seorang paman dan kakak yang mengerikan, ya."

Sharon mengangguk. "Iya. Kashian sekali pria yang akan menjadi pacar Ada-sama."

Alice yang sedari tadi diam, menoleh pada Break dan Sharon.

"Hei, Sharon… eh, Kak Sharon, menikah itu apa?" tanya Alice polos.

Sharon memandang Alice dengan tatapan berbinar. Sadarlah Alice kalau ia bertanya pada orang yang salah. Sepertinya ia harus mendengarkan penjelasan super panjang, dan bertele-tele dari "Kak Sharon" ini.

"Ah, Alice-san! Menikah itu adalah hidup bersama serumah dan seumur hidup dengan orang yang kita suka. Untuk meresmikan pernikahan, biasanya akan diadakan upcara dimana sepasang sejoli mengucapkan sumpah setia. Indah sekali bukan? Aaah… suatu saat aku pasti akan menikah! Mengenakan gaun pengantin yang putih bersih, dan mengucapkan sumpah pernikahan dengan orang yang dicintai. Aaah… alangkah romantisnya! Membayangkannya saja aku sudah berdebar-debar." Sharon bercerita dengan berapi-api. Kedua tangannya memegang pipinya yang memerah.

"Hahahaha… seperti ada saja pria yang mau menikah dengan Nona. Sampai sekarang saja, Nona tidak punya pac…"

Bletak!

Kata-kata Break terputus ketika harisen Sharon mendarat di kepalanya. Break terkapar dengan kepala berdarah.

"Diam, Break! Jangan menghancurkan impian indah seorang gadis!" Sharon menyimpan harisen-nya dan menatap Alice yang mengerut ketakutannya.

"Alice-san, menikah adalah hal yang sangat indah. Dijamin kamu tidak akan menyesali bila melakukannya," kata Sharon sambil mengenggam erat-erat tangan Alice.

"Hmm, yah… oke," kata Alice akhirnya. Bingung harus berkomentar apa.

"Nah, Alice-san, apakah kamu sudah punya calon?"

"Calon?" Alice membeo.

"Iya. Calon pria masa depanmu. Pria yang ingin kamu nikahi."

"Hmmm…"

Otak Alice berputar. Tak pernah terpikir olehnya untuk menikah. Sepertinya merepotkan berduaan terus. Alice mencintai kebebasan.

"Aku ke tempat Oz saja." kata Alice berkelit, dan berlalu.

"Aaah… Alice-san." Sharon mendesah kecewa.

"Wah, akhirnya kelinci yang malang terbebas dari cengkeraman serigala," komentar Break yang sudah pulih.

"Apa maksudmu, Break? Siapa yang kamu maksud dengan 'serigala'?" tanya Sharon dengan senyum manis yang mematikan. Sebelah tangannya meremas harisen.

Dan… dimulailah babak kedua pembantaian Hamba Break oleh Tuan Puteri Sharon.


Sementara itu, Oz dan Oscar….

"Pokoknya, hari ini kita harus tahu siapa orang yang disukai Ada!" seru Oscar semangat.

"Ya! Rencana kita yang lalu gagal, tapi kali ini harus sukses!" seru Oz.

Gilbert menghela napas. "Apa saja deh, asal jangan libatkan aku." Gilbert mengingat pengalamannya saat menyusup ke sekolah mengenakan seragam dan dipermalukan adik angkatnya. Kejadian itu membuatnya kapok.

"Bicara apa kamu, Gil? Tentu saja kau ikut," kata Oz sambil mencengkram kuat bahu Gilbert yang hendak kabur.

"Apa? Aku tidak mau!"

"Gilbert…" Suara Oz bernada mengancam. "Seorang pelayan harus mengikuti kata-kata tuannya 'kan?"

Uhuk! Gilbert mengangguk lesu. Oz tersenyum dan melepaskan tangannya dari bahu Gilbert.

"Lalu, apa rencanamu, Paman?" tanya Oz.

"Hmmm… bagaimana kalau kita membuntuti Ada seharian? Siapa tahu nanti Ada akan bertemu dengan pria incarannya."

"Itu 'kan tindakan kriminal.." kata Gil yang dianggap angin lalu.

"Ide bagus. Tapi, bagaimana kita bisa tahu pria incaran Ada? Wajah saja kita tak tahu."

"Tenang saja. Seorang gadis yang jatuh cinta bisa dilihat dari gerak-geriknya. Mukanya akan memerah, dia akan gugup dan salah tingkah. Sikapnya juga akan dibuat manis. Ada pasti akan seperti itu bila berhadapan dengan incarannya."

"Wah, Paman tahu banyak, ya."

"Hei, kalian mau melakukan hal yang menarik, ya? Aku mau ikut!" seru Alice yang menghampiri mereka. Sebenarnya ia tidak begitu berminat terhadap acara "pembuntutan" ini, tapi itu lebih baik daripada berdiam di sini. Salah-salah ia harus mendengarkan ocehan "Kak" Sharon lagi.

"Ah, Alice ikut! Semakin banyak orang, semakin seru!" Oz bersemangat.

"Bukannya akan semakin menambah resiko ketahuan?" Lagi-lagi Gil dianggap angin lalu.

"Tunggu apa lagi? Kalau begitu ayo kita berangkat!"

"Oke!"


Bersambung


A/N : Selesai juga chapter pertama. Chapter kedua akan diupdate secepatnya dan akan menjadi chapter terakhir. Break… kayaknya dia jadi karakter yang sering kena hajar, ya. Terima kasih bagi yang telah membaca fanfic saya.