ONE PERSON ONE BLOOD
NEW PRINCE OF TENNIS. FFN CODE. 04
Chara x OC-
Disclaimer : TAKESHI KONOMI
Story : Yuzu. Y
WARNING : Random plot. Random story.
Blood. Cursed everywhere :v
Kewarasan para pangeran Tennis diuji disini :v
.
.
.
SELAMAT MENIKMATI~
"Bagaimana..bila suatu hari.. seseorang yang dekat denganmu.. berpisah sangat jauh darimu?" –Fuji Syuusuuke—.
FUJI SYUSUKE
Aku ingat sekali. Kami baru berkenalan ketika kelas satu. Di musim semi.
Gadis itu semenjak kami berkenalan sangat ceria, dia hangat, baik, dan dia berhasil merebut segala perhatian juga hatiku. Aku tidak menemukan kejanggalan apapun, kami melalui tahun kedua kami sama-sama di klub Tenis. Dia mengaku lebih senang menjadi manager di klub tenis pria ketimbang bermain tenis di klub wanita. Padahal bakat tennisnya sangat hebat.
"Habis ini kita ke perpustakaan kota,ya. Akan kutunjukkan buku tanaman terbaru untukmu." Gadis berambut Dark purple dengan manik gold-nya yang sangat serasi itu menunjukkan katalog terbaru padaku. Dia memang rajin mengunjungi perpustakaan kota.
"Waah, kau tahu saja. Ngomong-ngomong buku ini limited edition,kan? Di toko tidak jual." Sahutku ,ketika itu pelajaran hanya Homeroom jadi kami bisa bertemu di jam pagi. Biasanya dia selalu ada kelas tambahan pagi yang lumayan berat jadi kami bertemu hanya ketika di klub.
"Jreeng~ aku sudah beli bukunya dong. Kau tidak kepikiran untuk beli di online shop,ya?" senyumnya itu benar-benar seperti mentari di pagi hari. Seperti sekarang. Aku mencubit pipinya lalu langsung menerima buku yang diangsurkannya padaku.
"Kurasa aku cukup jenius di bidang ini." Ledeknya. Duh, senyumku memang tak pernah absen bila bersamanya. Aku dan dia memutuskan untuk sama-sama mampir ke perpustakaan kota selepas klub, tak lupa untuk makan bareng di kafetaria dekat setasiun karena rumahnya tak jauh dari rumahku kami selalu menyempatkan pulang-pergi bareng. Eh tunggu, kami tidak pacaran lho ya. Aku tahu perasaanku ini memang lebih menganggapnya sekedar hanya teman biasa, tapi aku memutuskan akan menembaknya ketika SEIGAKU bisa masuk ke final kejuaraan nasional.
"Fuji-nyaan, kau ini terlalu mencolok. Kau tahu nggak sih kau digosipi sama anak kelas 3-1 itu?" Eiji, teman sekelas juga satu rekan di klub tennis menunjuk-nunjuk pipiku.
"Gosip apa lagi, aku dan Hisame tidak ada hubungan apapun kok." Tepisku.
"Nyaaa! Bukan itu maksudku, kau tahu kan tingkat kepopuleranmu itu sangat tinggi, anak cewek jadi segan mendekatimu karena mengiramu sudah pacaran dengan Hisa-chan. Apalagi Hisa-chan juga salah satu murid populer di sini. Tezuka kasihan kau tinggalkan sendirian terus, padahal kalian selalu jalan bareng." Ucapnya tanpa henti.
"Maaf deh, aku dan Tezuka masih sering sama-sama kok. Tapi kan aku juga boleh main dengan Hisame." Belaku.
"Kenapa sih kau tidak menembaknya saja?" kali ini aku hanya mengehela napas.
"Eiji, aku sudah katakan padamu, jangan bahas itu di sekolah. Kau sudah tahu aku tak akan melanggar komitmenku sendiri."
"Kalau dia diserobot orang bagaimana? Aku nggak mau tanggung jawab-lho. Ingat Fuji, DI-SE-RO-BOT."
Aku menepuk kepalanya dengan buku, aku memang tidak ingin kejadian seperti itu melandaku. Kalau sampai dia didekati orang lain maka mau tak mau aku harus merubah rencana. Tapi sampai saat ini belum ada yang mau mendekati gadis itu.
Sepanjang kegiatan klub aku berpikir mengenai perkataan Eiji. Kurahasi Hisame, namanya memang nama anak laki-laki tapi dia tidak se-tomboy yang kalian kira. Rambutnya dipotong pendek, poninya juga dia biarkan panjang hingga menutupi mata kirinya, tapi parasnya tetap manis dan cantik kok. Kulitnya putih, badannya juga ideal, maksudku—dia tidak mengalami obesitas atau bagaimana. Intinya dia biasa saja.
Aku mengira semua ini akan berjalan sesuai apa yang aku inginkan, bersama Hisame lebih dari cukup. Tezuka juga mengatakan agar aku secepatnya mengungkapkan perasaanku. Namun aku tetap berasumsi untuk memberinya hadiah besar ketika SEIGAKU masuk final.
Ketika masuk tahun ketiga, entah sejak kapan aku bisa melihat sesuatu yang tidak bisa dilihat orang. Seperti burung-burung bukan—seperti kupu-kupu kecil yang berterbangan di sekitar manusia. Aku mencoba berkonsultasi dengan ahli spiritual kenalan ayah dan katanya itu semacam 'tanda kehidupan'. Kalau tanda kehidupan itu memudar atau berubah warna menjadi merah maka dia akan meninggal, kalau tanda kehidupan itu berubah menjadi gelap itu bisa dipastikan bahwa manusia itu memiliki dendam dan aura jahat.
"Semua manusia tidak ada yang ingin menjadi jahat." Begitulah kata beliau.
Dan akhir-akhir ini kemampuan itu membawaku pada kekhawatiran terbesar dalam hidupku. Di bulan Mei tepatnya ketika salju masih turun aku nyaris meloloskan gelas di tanganku. Manik biruku bertemu dengan manik emas gadis di depanku, Hisame, 'tanda kehidupan' Hisame berubah merah dan memudar. Tidak, tidak mungkin. Dia sehat kok, dia selalu sehat. Ada apa? Kenapa tanda kehidupan di tubuh Hisame memudar? Tidak!
Kami masuk ke Semifinal melawan Shitenhouji, ketika kami merayakan keberhasilan dan kemenangan kami semua, aku hanya tercekat melihat tubuh Hisame sudah terkapar di tanah. Di lantai berwarna hijau itu tanpa bergerak sedikitpun.
"Sudah lama, baru-baru ini aku suka check-up ke dokter. Maaf,ya? Harusnya aku membicarakannya semenjak lama." Aku tertunduk, mencoba tegar.
"Leukemia,ya. Akan sembuh kalau mendapat donor sumsum tulang belakang. Aku bisa—." Hisame menutup mulutku dengan jemarinya yang dingin. Sedingin inikah dia?
"Aku tidak bisa. Kalaupun cocok, kehidupanmu juga akan menderita. Syuu-chan."
"Jadi.. tidak ada jalan lain?" tanyaku frustasi.
"Kata dokter aku bisa menjalani Kemoterapi. Itu bisa menyembuhkanku sedikit demi sedikit kok. Besok kau Final,kan? Berjuanglah."
Itu terakhir aku bertemu dengannya. Ketika masuk Final, ketika aku berhasil memukul mundur Niou-kun. Aku memenangkannya, menyingkirkan sosokku yang menyedihkan ketika melawan Shiraishi. Tapi..., persis kala kami meraih piala itu telepon Ryuuzaki-sensei berdering. Ponsel itu dia serahkan padaku, raut wajahnya berubah sedih, aku bisa melihat linang air mata yang ditahan olehnya.
"...Ya? eh..."
Untuk selamanya-pun. Aku tak pernah bisa mengungkapkan perasaanku. Hisame meninggal tepat ketika touchdown Echizen melawan Yukimura. Dokter mengatakan stadiumnya sudah tinggi, seharusnya dia melakukan terapi hari ini. Tapi...! dia menolaknya, dia..., sudah tahu kalau waktunya sedikit dan tidak bisa diperpanjang.
Kesal. Aku kesal. Kenapa? Apa aku harus berubah profesi menjadi dokter?!
Kenapa aku sebodoh ini. Kau memang tidak becus, Syuusyuke. Sampai pada akhirnya aku kembali disibukkan dengan kegiatan tennis hingga sampai di U-17. Aku menemukan sesuatu. Sesuatu yang membangun kembali ingatanku bersama gadis yang sudah tertidur jauh itu.
"Namanya Akane, Irie Akane. Adikku. Dia sudah lama di court ini, kenalkan, dia ada di court yang sama denganku. Akane memang masih kecil tapi tolong jangan anggap remeh dia."
Apa kemiripan anak kecil itu disengaja? Ataukah memang.. ataukah memang dia adalah...?
"Satu orang satu darah. Kau pernah mendengarnya? Ritual untuk mengutuk orang yang dibenci hingga mati. Kau hanya perlu membawa 5 botol berisi darah yang berbeda dan melumurinya di boneka jerami, kau tinggal memaku boneka yang kau bawa dilokasi manapun di batang pohon. Jangan lupakan menulis namanya di boneka itu dengan darahmu. Katanya kalau kau membawa 10 botol darah kau bisa memanggil orang yang sudah mati. Tapi jangan pernah sekalipun kau melanggar satu syarat ini ; kau tidak boleh sampai ketahuan siapapun. kalau ketahuan maka kau akan mati dipaku.
Aku membaca serentetan kata itu di buku tua. Aku ingin meminta kejelasan pada Hisame. Tentang Akane. Gadis kecil itu terlalu licin karena tak pernah mau bertatap muka. Tapi ini terlalu gila, aku tak mau membawa-bawa botol berisi darah manusia. Aku nyaris melempar buku itu ketika Shiraishi datang dengan tergesa.
"Fuji-kun, kau harus menolong Akane-chan. Ada seorang yang mengaku kakaknya dan sekarang dia sedang berkelahi dengan Irie-senpai." Hah?! Apalagi sekarang? Ternyata benar, seorang pria berambut ungu gelap dan manik emas yang mirip dengan Akane—dan juga Hisame—sedang mencengkram kerah Irie-senpai. "Berhenti! Jangan melakukan kekerasan, dan kau melukai anak kecil. Sungguh rendahan!" seruku.
"Kau siapa!? Beraninya menghalangiku, dasar sok baik!" oke, perkataannya menyebalkan. Kulirik Akane yang menciut ketakutan sambil menangis dibalik kaki Tokugawa-senpai ada bekas pukulan atau mungkin tamparan dibalik pipinya yang merah padam itu.
Untunglah Yukimura dan Shiraishi membantu, ada Yuuta juga Echizen. Setidaknya aku tidak sendirian. "Jangan ikut campur! Dia adikku yang minggat dari rumah! Dan lagi aku memang harus membawanya pulang, cih, gara-gara kakakku mati seenaknya aku harus kerepotan begini!" tegasnya. Eh, adik!? Jangan bilang..!
"Kakakmu itu... siapa namanya?" sahutku dingin. "Haah? HISAME. Kenapa?"
Entah darimana di sudut hatiku rasa benci mencuat sangat besar, kebencian yang terpendam akan banyak hal. Selama ini Akane bukan adik Irie. Dia dilindungi, dan Hisame tak pernah bercerita tentang Akane. Dan sekarang manusia satu ini melakukan hal begini menyebalkan pada orang yang sangat berarti bagiku.
"Hei, siapa namamu?" tanyaku sekali lagi.
"NATSUME, KURAHASI NATSUME."
Akan kukutuk dia. Aku berjanji. Akan kubungkam anak ini dan kukubur dia bersama tumpukan mayat di pemakaman.
"Begitu,ya?" senyumku sadis.
Tiba-tiba Yukimura menyeretku, dia menjauhkanku dari ruangan sementara kegaduhan berhenti dan Akane diungsikan oleh Irie-senpai dan yang lainnya. Kami sampai di lapangan, suasana hening. Yukimura memandangku.
"Kau...tak berpikir kalau kau hendak melakukan sesuatu yang tidak-tidak,kan?"
"Kau tahu?" tanyaku dingin.
"Aku sempat membaca buku yang kau selipkan di laci meja. Fuji-kun..."
"Aku membencinya. Kau tak tahu betapa besar arti Hisame untukku. Dan dia mengatakan hal seperti itu. Aku yang tak tahu kalau Akane pun adik Hisame, dia melakukan hal seperti itu. Jadi...wajar kan?" Aku mengambil sebuah boneka jerami berukuran setelapak tangan. Yukimura memandang ngeri. Aku tak tahu sesadis dan semengerikan apa wajahku kini. Hanya saja..., aku tak mau lagi berputar-putar.
"Kalau kau menghalangiku, KAU AKAN KUKUTUK juga..."
...
Ritual itu harus kulakukan sekarang.
...
TO BE CONTINUED
Kok ceritanya jadi begini? Bagaimana ya? ya sudahlah :v
mungkin karena authornya lagi pengen pindah fandom.
Hola. semoga kalian suka. Yuzu sudah pernah nulis di fandom POT.
nah sekarang mau nulis lagi. semoga laku dah :v
Bagaimana soal pangeran kita ya? istilahnya ini cerita yang membuat
para pemainnya harus memertahankan kewarasan mereka
..
Mind to R^R?
