Konichiwa Minna! Ketemu lagi sama Aoi! Ini Fic kedua Aoi. Jadi, mohon bantuannya ya Minna-san! Nah, di fic kedua ini nggak akan ada hubungannya sama Alice dan sekolahnya. Disini hanya ada tokoh-tokohnya saja, Minna! Oleh karena itu, Aoi tidak bisa menerima Flame dalam bentuk apapun di review kali ini. Oke, Minna, enjoy Aoi's fiction!

Disclaimer: Gakuen Alice © Tachibana Higuchi-sensei.

Rated: T

Genre: Drama/Romance

Love in London

Chapter 1_

London, Sunday at 07.35 AM.

Mikan Sakura terbangun dari tidurnya sambil menguap lebar. Matanya berair. Yah, cukup berair. Ia membuka jendela kamarnya, merasakan udara sejuk wilayah Westminster, London. Mikan berdiri dari kasur empuknya dengan wajah muram, tapi, semua itu tidak akan menghilangkan kecantikan pada wajah mungilnya yang seperti boneka itu. Mikan adalah seorang blasteran Jepang-Indonesia. Meskipun begitu, Mikan tidak dapat berbicara dengan fasih bahasa Indonesia. Bisa dibilang, kemampuan Mikan untuk berbahasa Indonesia masih patah-patah. Mikan masih kalah dibandingkan saudara kembarnya yang tinggal di Tokyo. Mikan menguap lagi, kemudian matanya melihat jam beker yang terletak di meja kecil tepat disebelah kasurnya. 07.40 AM.

"AAAAH! AKU TELAT! KAMI-SAMA! BAGAIMANA INI?"Mikan berteriak kencang. Ia bergegas ke kamar mandi ambil berlari-lari kecil.

"Sakura, kau baik-baik saja?"Tanya seseorang dibalik pintu.

"Ya, Ruka. Aku tidak baik-baik saja! Aku akan telat untuk pemotretan jam delapan nanti!"Teriak Mikan dari dalam kamar mandi. Suaranya hampir ditenggelamkan bunyi Shower yang berisik.

Pria yang dipanggil Ruka pun hanya memutar bola matanya yang berwarna biru jernih itu, "Ya sudah, Sakura-san. Yang penting kau mau memakan panekuk apel hijau buatanku sebelum berangkat."

"Tidak ada waktu untuk itu! Aku harus mengejar kereta!"Teriak Mikan lagi dari dalam kamar. Mikan sedang berpakaian sekarang ini. Ia mengambil rok hitam diatas lutut, stocking hitam dan blus putih berenda. Mikan sudah tidak peduli pada penampilannya sekarang. Ia pun memoleskan sedikit lipgloss, bedak dan selesailah sudah! Mikan membanting pintu dengan keras. Ia menyambar dompet, hanphone, tas dan peralatan Make-up. "Pagi, Hotaru, Ruka."teriak Mikan dan langsung menyambar satu potong Garlic Bread buatan Ruka.

"Pagi Mikan."Kata Hotaru tenang sambil menyesap kopi panasnya dan membaca Koran. Hotaru sudah mengenakan pakaian kerja; blazer, rok pendek dan High heels hitam.

"Tumben kau tidak pergi pagi-pagi, Hotaru."Kata Mikan sambil menggigit potongan terakhir Garlic Bread-nya. "Makanan yang enak sekali Ruka, aku pergi dulu! Bye all."Mikan menutup pintu Flat dan menuruni tangga, melewati suasana sepi pub Tradisional Irlandia di lantai bawah dan berlari keluar mengejar Kereta ke Hyde Park, tempat pemotretan itu akan berlangsung.

Oke, Mikan adalah seorang model internasional yang berasal dari Jepang. Kembarannya, Yuzu Sakura, selalu dikira sebagai dirinya di Jepang sana. Mikan sudah tinggal selama tiga tahun di London, karena permintaan job-nya memang sedang ada di London. Mikan tinggal di sebuah Flat di wilayah Westmister bersama Ruka Nogi dan Hotaru Imai. Sekarang, Mikan sedang dikontrak sebagai model dalam sebuah Soundtrack Lagu Jepang. Flat yang Mikan tempati tepat diatas sebuah pub Tradisional Irlandia. Flat itu memiliki tiga buah kamar dan kamar mandi pada setiap kamar, ruang santai, ruang tamu dan dapur.

Ruka Nogi adalah seorang chef dalam restoran Italia. Ia ahli dalam memasak masakan Italia. Ruka blasteran Jepang-Perancis. Ruka adalah sahabat Hotaru dan Mikan sewaktu mereka masih tinggal di Tokyo. Ruka lebih tua dua tahun dibanding Mikan dan Hotaru

Hotaru Imai, pekerja kantoran. Sifatnya agak dingin namun sebenarnya baik hati. Hotaru menempati kamar tidur terbesar di Flat itu karena, Hotarulah yang pertama menyewa Flat tersebut dan mengajak Mikan dan Ruka untuk tinggal bersamanya. Hotaru biasanya selalu pergi pagi-pagi sekali dan sarapan hanya dengan segelas kopi.

"Aku kasihan pada kalian, cewek-cewek muda yang kurus karena tidak mau sarapan di pagi hari. Ibuku bilang, sarapan pada pagi hari adalah waktu makan yang paling penting. Sementara kalian, hanya memakan sepotong Garlic Bread atau secangkir kopi pada pagi hari. Terbayang kalau sampai aku tidak ada disini untuk memasak sarapan untuk kalian setiap hari. Pasti kalian akan menjadi kurus sekali seperti tiang listrik."Omel Ruka dari dalam dapur ketika Mikan membanting pintu Flat.

"Mikan 'kan Model, Ruka. Biarkan saja tubuhnya kurus seperti itu."kata Hotaru menimpali.

"Tapi tak seharusnya seorang model kelaparan dan kurus sekali."balas Ruka. Hotaru hanya mengangkat bahu.

oOooOo

Mikan membeli Tiket dari mesin penjual dan akan menaiki kereta selanjutnya. Dalam hati, ia sangat resah. Ia takut dibilang tidak profesional karena datang terlambat. Selama ini, Mikan dinilai sebagai model profesional karena cara menyelesaikan pekerjaannya. Ia juga selektif dalam memilih tawaran job.

Ting.. Tong.. Ting.. Tong.. Kereta nomor B-12SIL akan sampai dalam beberapa menit lagi

Suara berisik itu membuyarkan lamunan Mikan. Ia bangkit dari kursi dan menjinjing tas tangannya. Kereta itu datang dengan suara rem yang berdecit keras. Mikan menutup daun telinganya. Setelah kereta benar-benar berhenti, Mikan pun masuk dan mencari tempat duduk. Mikan duduk di kursi kereta sambil melihat kanan-kiri. Dalam beberapa menit, kereta itu telah sesak dipenuhi banyak orang. Mikan berusaha rileks dan kereta pun mulai bergerak.

Mikan sampai di Hyde Park jam delapan lebih lima belas menit. Ia langsung melihat banyak kru yang berkumpul dan Mikan mendatangi mereka.

"Permisi, saya Mikan Sakura."Kata Mikan dengan bahasa inggris yang lancar kepada sang sutradara.

"Oh, ya, Mikan Sakura. Silahkan pergi ke ruang rias bersama Nonoko."Kata Sutradara yang diketahui namanya adalah Narumi. Narumi menunjuk seorang perempuan yang berambut dark blue, "Ini Nonoko, penata riasmu."

Mikan membungkuk sebentar lalu membalas uluran tangan Nonoko-kebiasaan orang jepang yang sulit dihilangkan oleh Mikan-.

"Mikan Sakura. Panggil saja Mikan."Ucap Mikan sambil tersenyum manis.

Nonoko membalas senyuman Mikan, "You're so Cute, Mikan-chan."

"Arigatou Gozaimasu, Nonoko-chan."Kata Mikan nervous.

Mikan mengikuti Nonoko untu pergi ke ruang Rias. Nonoko merias wajah Mikan. Sedikit pemerah pipi, Bedak lebih tebal, Lipstick orange, eye shadow, Maskara, pensil alis, Roll rambut, dan dress pendek berwarna cerah. Roll rambut dibiarkan sebentar lalu dilepas. Nonoko mensasak sedikit rambut Mikan, menariknya keatas dan memindahkan kebagian depan, menyisir lagi. Rambut Mikan halus dan lembut. Warnanya juga cokelat mengkilap dan indah. Sekarang, rambutnya agak bergelombang. Mikan sangat cantik sekarang. Eye shadow yang berwarna krem lebih menonjolkan mata hazel Mikan yang bulat. Tiba-tiba, Nonoko mendongak kebelakang.

"Eh, itu! Itu lawan mainmu, Mikan-chan. Namanya Natsume Hyuuga."Kata Nonoko. Mikan menggigit bibir.

'ya, aku tahu.'batin Mikan.

"Kau akan meleleh dengan senyumannya, Mikan-chan! Natsume sangat keren, ia juga seorang model iklan di Jepang. Ia bekerja sangat professional. Lihat! Ia berjalan kemari! Ia bekerja sebagai model pria di soundtrack musik ini, tapi wajahnya tidak akan kelihatan. Cerita video klipnya 'kan tentang seseorang pria yang diam-diam mencintai seorang perempuan. Romantis 'kan, Mikan-chan?"Mata Nonoko yang dark blue itu berbinar-binar. "Oya, Mikan-chan, Natsume 'kan sedang bercita-cita menjadi seorang sutradara. Oleh karena itu, ia bekerja sebagai asisten sutradara sekaligus model pria."jelas Nonoko.

Jantung Mikan berdegup kencang. Ia keringat dingin. 'tolong jangan panggil Natsume Hyuuga kesini.' Mikan terus berbicara dalam hati. Mikan memejamkan matanya.

"Natsume! Natsume!"Nonoko memanggil Natsume. Natsume membalikkan badannya dan tersenyum menatap Nonoko.

"Hai, Nonoko. Lama tidak bertemu."Natsume menyapa Nonoko. Sepertinya, ia sudah mengenal Nonoko.

"iya dan sudah lama aku tak merias wajahmu itu.."Nonoko terkikik. Mikan mematung didepan kaca rias.

"Oh ya Natsume, ini Mikan Sakura, lawan mainmu."Nonoko memperkenalkan Natsume pada Mikan. Mikan membalik melihat Natsume. Mata hazel yang besar itu menatap Natsume dengan kaku dan… takut?

Natsume berusaha tersenyum simpul, ia mengulurkan tangannya, "Mohon kerjasamanya."

Mikan membungkuk sebentar lalu membalas uluran tangan Natsume. "Ya."Kata Mikan pelan nyaris tidak terdengar. Natsume melepas tangannya kemudian keluar dari ruang rias. Sebelumnya, ia sempat mengucapkan 'aku mau kesana dulu' pada Nonoko dan Mikan. Natsume kembali mengobrol dengan Narumi tentang konsep Video Klip-nya. Natsume adalah orang yang cukup mm.. sopan. Ya, sopan. Tapi, itu tidak akan mengubah pendapat Mikan tentangnya.

Beberapa menit kemudian, Mikan keluar dari ruang rias yang hanya ditutupi kain berwarna cokelat tua itu dengan cahaya yang terang, membakar kulit. Mikan berjalan ditemani Nonoko. Seorang kru-yang diketahui bernama Anna-menjelaskan posisi Mikan saat mulai syuting. Mikan harus berputar didekat pohon dan melihat kebelakang seolah-olah ada yang sedang mengikutinya-Natsume-lalu latar belakang mereka adalah jalan raya yang padat dan trotoar. Konsepnya bagus. Namun, satu masalah yang harus diterima Mikan, sepatu high heels-nya kekecilan. Tapi, Mikan adalah seorang model profesional. Ia tidak akan mengeluh tentang itu. Lagipula, Mikan sudah sering mengalami masalah semacam begitu; sepatu kekecilan, pakaian yang terlalu ngetat, rok yang terlalu pendek, celana yang dipaksakan dan semacamnya.

Narumi, dikenal sebagai sutradara tenar dan sangat perfeksionis di Jepang. Ia sudah menyutradai beberapa film dan sukses, banyak Video klip/Soundtrack lagu. Pemikirannya panjang dan hati-hati. Karena itu, Natsume bersedia magang menjadi asisten sutradara. Narumi juga sorang sutradara yang professional. Kira-kira, jam delapan lebih empat puluh lima menit syuting-pun dimulai.

"Camera rolling, Action!"Kru Kitsuneme berteriak lantang. Mikan mulai berakting, ia berjalan pelan lalu memutar didekat pohon. Ia melihat sekeliling kemudian memejamkan mata. Ia berjalan lagi, mengencangkan jaket yang ia pakai dan berjalan lebih cepat seperti seseorang yang cemas.

"Cut!"Narumi memberitahu semua kru. "Nah Mikan-chan, cobalah menyebrang ke trotoar sana tapi ingat, mohon hati-hati."

Mikan mengangguk.

"Take 2. Camera rolling action!"Kru Kitsuneme mulai take lagi. Mikan menghela nafas.

oOooOo

Syuting berakhir malam hari sekitar jam sepuluh malam. Kaki Mikan lecet-lecet karena high heels-nya yang kecil. Tubuh Mikan rasanya mau remuk. Ia lelah sekali. Tapi ia harus cepat-cepat untuk mengejar kereta terakhir. Mikan memijat pelan lehernya sambil berlari-lari di tempat. Ia harus pamit dulu pada Narumi, Nonoko dan kru yang lain.

"Aku pulang ya, Narumi-san?"Mikan hampir menguap.

"eh, tapi kau mau diantar? Tak baik seorang perempuan pulang malam-malam sendirian. Natsume bisa mengantarmu. Oi, Natsume!"Tawar Narumi.

Mikan langsung menggeleng cepat, "eh.. eh! Tidak usah! Sungguh! Flatku dekat kok. Masih sempat untuk naik kereta terakhir."Mikan melihat jam tangannya.

"Tapi-"Mikan langsung memotong perkataan Narumi.

"Benar kok. Pekerjaanku sebagai model dan aku sudah sering pulang malam-malam."Mikan tersenyum sambil menggerakan tangannya.

"Ya, sudah. Hati-hati."Kata Narumi.

"Oyasumi!"Mikan membalas perkataan Narumi dan berlari pergi ke stasiun.

"Kau ikuti dia. Aku cemas."Narumi memberitahu Natsume. Natsume hanya mengangguk.

oOooOo

Mikan duduk menunggu kereta. Jarinya sibuk menekan keypad hanphone-nya. Ia menatap sekelilingnya raut wajahnya cemas. Ia takut. Tapi, ia juga tahu. Negara Inggris itu aman. Terbukti saat The Royal Wedding. Ada empat belas orang, termasuk dirinya di ruang tunggu. Sedikit sekali. Mikan mengirim pesan pada Ruka dan Hotaru bahwa dirinya sebentar lagi sampai di Flat.

"Hai."

Mikan mendongak kaget dengan sapaan itu. 'Natsume Hyuuga! Gawat!'

"Hai."Mikan membalas sapaan Natsume.

"Huh? Sepanjang hari, hanya beberapa kata yang kudengar darimu. Kau pendiam ya?"Natsume duduk disebelah Mikan dan menatap langit-langit.

'Salah besar.'batin Mikan.

"Kaupun tidak mengucapkan apa-apa sekarang ini."Natsume menghela nafas. Matanya terlihat menerawang.

"Aku… sedang tidak mau bicara."Mata Mikan melebar.

"Itu kata-kata yang terpanjang yang pernah kau katakan seharian ini."Natsume tersenyum. Oke, Natsume memang keren. Mikan mengakui itu.

Ting.. tong.. ting.. tong.. kereta terakhir telah tiba.

"ah, ya sudah. Kau tidak perlu mengikutiku lebih jauh. Aku tidak ingin merepotkanmu."Mikan bangun dari tempat duduknya, mengambil tas tangannya dan berjalan pergi. Namun, Natsume mengikutinya.

Warna hitam menutupi mata Mikan. Tapi sesaat kemudian, Mikan pun tidak peduli. Mau Natsume mengikutinya sampai ke Alaska juga Mikan tidak peduli. Atau tepatnya berusaha tidak peduli. Mikan mencari kursi kosong didalam kereta sementara Natsume duduk tepat dibelakangnya. Mikan menyetel lagu Kiss from a Rose by Seal dari iPod-nya. Ia berusaha rileks, meregangkan otot-otot yang tegang.

Beberapa menit kemudian, kereta telah sampai ke stasiun Westminster. Mikan turun dari kereta dengan Natsume dibelakangnya. Mikan berjalan sambil mengencangkan jaket dan menutupnya rapat-rapat. 'dingin sekali, padahal sekarang Spring.'batin Mikan. Cuaca tidak menentu dan Global Warming adalah hal yang dibenci Mikan khususnya. Saat Mikan hendak menyebrang di Zebracross, Natsume menarik lengannya.

"Kau benci padaku? Atau kau takut padaku?"Crimson meets Hazel.

Mikan tak menyangka bahwa Natsume akan menanyainya seperti itu."Aku tidak suka orang asing."Mikan menjawab sekenanya.

"Tapi tadi kau akrab dengan Nonoko. Bahkan kau bicara banyak dengan Narumi."Natsume serius.

'berbohonglah Mikan!'hati Mikan menjerit. "Itu karena, apa yang aku bicarakan pada Narumi-san penting. Kalau Nonoko, kami 'kan sama-sama perempuan. Kenapa kau begitu meributkan soal itu?"Mikan menjawab lega.

"Oh.."Natsume masih curiga. Tentu ia tahu bahwa Mikan berbohong. "Yah kuharap, kita bisa berteman."

Mikan kaget. Berteman? Berteman dengan orang ini? Tidak bisa!

"Ini sudah malam, lebih baik aku masuk kedalam Flat-ku. Disini dingin. Kau mau masuk?"Tanya Mikan. 'ayo jawablah 'tidak.''batin Mikan.

Natsume tersadar. Ia telah membiarkan seorang gadis kedinginan. "Tidak usah."

"Baiklah. Aku duluan."Mikan berlari menyebrang dan masuk kedalam pub yang sedang ramai-ramainya. Natsume menundukkan kepalanya dan mengambil handphone untuk menelepon seseorang. Sementara Mikan menaiki tangga dan membuka pintu Flat lalu menutupnya lagi. Ia menghempaskan tubuhnya ke Sofa di depan Televisi. Ada Hotaru disana, memakan lasagna buatan Ruka.

"Kau pulang malam sekali. Tadi aku lihat ada cowok yang mengantarmu? Kenapa kau tidak ajak dia masuk?"Tanya Ruka dari dapur. Ruka heran, tumben sekali Mikan punya seorang teman laki-laki.

"dia lawan mainku di Soundtrack lagu itu. Aku sudah mengajaknya, tapi dia tidak mau. Satu lagi, dia bukan temanku. Ah, sudahlah. Aku mau mandi air hangat lalu tidur."Mikan berjalan ke kamarnya.

"Kau tidak ingin makan?"Tanya Hotaru.

"Tidak."Jawab Mikan singkat dan membanting pintu kamarnya.

Di ruang santai itu Hotaru dan Ruka terkekeh melihat Mikan membanting pintu.

"Perkembangan yang bagus ya, Ruka? Aku harap ia tidak menyimpan dendamnya terus-menerus. Dan sepertinya akan berlanjut menarik."Hotaru berbisik pelan.

"ya, Imai."kata Ruka.

Tbc

Inspirated by: Spring in London.

Tadaaaaa! Bagaimana Minna? Bagus 'kan? jelekkah? Tolong tulis dalam review!

Aoi janji, L in L (Love In London) ini akan agak berbeda jalan cerita dengan Spring In London. Disini, karakternya OOC semua 'kan? Hehehe… sengaja 'sih. Nah disini ada OC. Yuzu Sakura adalah kembaran Mikan yang tinggal di Tokyo. Yuzu ini OC buatan Aoi. Semoga Minna suka ya, dengan fict kedua Aoi ini. Tentang fict Aoi yang 'My Life Story' akan terus berlanjut kok. See you in the next chapter!

~Daiyaki Aoi_