Matahari sudah akan terbenam tapi orang itu tak kunjung pergi. Dia terus membujukku, mengatakan bahwa dia bukan orang jahat. Aku masih diam, menggeram dalam gua. Wajah polos dengan gigi gingsulnya terus merayu. Aku tidak akan keluar sekalipun lapar menyiksa.
Malam harinya, dia kembali datang membawa seonggok daging. Dia tahu aku menyukai daging yang dibawanya itu. Kenapa orang ini tidak menyerah saja? Dia sudah mulai kedinginan tapi masih saja berdiri di sana, menungguku keluar. Bibirnya pucat, matanya sudah mulai melayu. Dia akan segera mati jika terus menungguku. Namun, sepertinya dia tidak peduli. Sial, aku tidak ingin dia mati tapi aku juga tidak ingin keluar. Kakinya sudah mulai merunduk, bersujud pada dinginnya salju. Tidak, dia belum boleh mati. Aku harus keluar!
Aku berlari dengan cepat, menghampiri manusia lemah itu dan berusaha menghangatkannya. Dia tersenyum dan menyatakan rasa syukurnya pada Tuhan. Tangannya membelai bulu putihku dengan lembut. Dia bukan orang jahat. Aku yakin itu. Aku memakan daging yang dibawanya dengan pujian yang terus mengalir dari bibirnya. Dia sudah tidak kedinginan dan terus berbicara denganku, menanyakan nama apa yang cocok untukku.
"Ah! Bagaimana kalau Jaemin?"
Aku hanya mengangguk, menyatakan bahwa aku menyukai nama itu. Dia kembali tersenyum "Jaemin, aku lupa belum memperkenalkan diri. Namaku, Injun dan aku ingin menjadi temanmu."
Aku hanya menjawab dengan auman dan mengelus batang tubuhnya dengan moncongku.
Ya, aku mau.
end(?)
cuma mau publish note yang tersimpan di google keep. tidak ada yang ingin ku latakan lagi sih. terimakasih sudah membaca.
