**Ini fict SasuSaku pertama odes. Baru sempet publish karena datanya baru nemu. Fict ni dibuat saat odes baru main di grup Fanfict Editiont Sasusaku dio grup FB. Dan sama sekali belom kenal situs ffn. dia kudet T.T

MAAPKAN HAMBA ATAS ABALNYA CERITA INI!

.

.

.

BE MINE

Main Cast : Sakura Haruno x Sasuke Uchiha

Sub Cast : some character in "Naruto"

Disclaimer by Masashi Kishimoto

Rate : M

Category : Love, hurt/comfort

Original "abal" story by me :Dv ( Odes )

Hooiii, terimakasih sudah mampir ke FanFic GaJe nan abal ini. Tanpa bermaksud meniru apalagi mengcopy karya besar Masashi Kishimoto Sensei, cerita ini lahir dari kegilaan sesaat otak saya saja. Buat saya menulis bukan sekedar hobby, menulis adalah saya. Dan saya hanya akan menulis apa yang memang harus (dan saya sukai) saya tulis.

Nb : begitu dirasa ceritanya gak cocok dengan kamu, gausah diterusin yaa bacanya :D. arigatou

#CHAPTER 1

Mataku terpejam, meski hanya sesaat.

Lagi. Satu malam lagi aku lewatkan dengan hanya memandangi gadisku ini dalam tidur lelapnya. Tidur lelap yang berkepanjangan. Yang tak ku tahu pasti sampai kapan akan berakhir

Pagi ini ku lakukan kebiasaan yang telah ku kerjakan selama sebulan ini. Aku ambil air hangat dan kutaruh di sebuah bejana. Lalu aku buka piyama yang dikenakannya. Tubuh polosnya yang saat sehat telah menggoda banyak pria, kini lebih kurus terlihat jelas di mataku. Aku tidak ingin seorang pun melihat tubuh polos gadisku ini. Meski itu adalah pelayan wanita di rumahku sekalipun. Karenanya, kukerjakan sendiri tugas untuk membersihkan tubuhnya. Lihatlah , keadaan terlelap saja,dia tetap cantik. Kecantikan yang hanya milikku.

Selesai membasuh tubuhnya, aku memakaikan gaun berwarna senada dengan rambutnya yang seperti bubble gum, soft pink. Ku sisir rambutnya yang tergerai panjang dengan lembut. Aku taburkan bedak di wajahnya yang tampak pucat. Terakhir, lipgloss rasa buah kesukaannya, aku oleskan pada bibir mungilnya. Gadis itu sekarang berpenampilan lebih segar. Seperti putri yang tengah tertidur ketimbang gadis yang terlelap dalam koma dalam jangka waktu cukup lama.

"Kau tau, aku suka rasa Cherry…" ujarku pelan sambil mengecup bibirnya ada tanda-tanda dia akan membalas kecupanku. Tentu saja tidak.

Aku bergegas bersiap-siap ke kampus. Jam pertama ada ujian kelulusan dengan salah satu dosen paling ku benci, Orochimaru sensei. Aku harus datang lebih pagi karena semalam aku belum sempat mengcopy tugasku. Aku terlalu asyik menunggu gadisku ini terbangun hingga lupa pada tugas kuliahku, bahkan lupa pada diriku sendiri.

"Aku pergi dulu, Sakura chan.. bangunlah saat aku kembali nanti.." ucapku sambil mengecup keningnya dan membelai pipinya sebelum aku beranjak pergi.

Kupacu sedan sport hitam itu dengan kecepatan tinggi. Melaju membelah jalanan di desa terpencil tempat rumah utama klan ku, klan Uchiha berada. Hanya aku yang tinggal di desa terpencil ini. Karena anggota Uchiha yang lain telah berada di kota sebelah, Konoha.

Konoha sendiri merupakan kota maju saat ini. Letaknya bersebelahan tepat dari desa. Sudah sejak lama, keluarga Uchiha bermigrasi ke kota itu. Bahkan mendirikan perusahan terbesar yang ada di Konoha, Uchiha Corp. Sedangkan aku memiliki alasan tersendiri, mengapa harus repot-repot keluar dari Konoha yang serba maju dan modern untuk hidup seperti mengasingkan diri di pedalaman desa. Padahal aku lah salah satu dari pewaris klan terbesar yang paling disegani itu

"Temeeeeee~ …"suara nyaring yang sangat ku kenal menyapaku saat aku berjalan menuju ruang kelas. Hanya satu orang yang berani memanggilku dengan sebutan itu. Sesosok mahluk aneh berambut kuning jabrik yang selalu menempelku kemana-mana. Sosok sahabat karibku. Uzumaki Naruto.

"Berisik Dobe…"keluhku saat pemuda jabrik itu melingkarkan tangannya di pundakku. Tanda keakraban kami yang selalu membuatku risih selain nama panggilan 'Teme & Dobe' yang terkenal seantero universitas. Naruto hanya nyengir, memamerkan cengiran bergaris 3 pada kedua belah pipinya.

"Kau sudah mengerjakan tugas paper Orochi Sensei ?" Tanya Naruto. Dan hanya ku jawab dengan sebuah gelengan pelan.

"App~..APA kau bilang..!? belum…?!" reaksi heboh Naruto. Seperti biasa.

"Kau sudah gila Teme~.. apa kau tidak tahu Orochi Sensei seperti apa? Kau sungguh mencari mati yaaa…. " Naruto mengoceh tak jelas sambil mengaduk-aduk isi tas nya. Aku tak menghiraukan lagi ucapannya. Yang akan terjadi, terjadilah..

"Nih~ kau copy saja punyaku.." Naruto menyodorkan kertas tugas berwarna kuning –warna kesukaannya- . Melihat reaksi ku yang hanya menatapnya, Naruto memukul bahuku sambil –lagilagi- memamerkan cengiran gurat 3 kebanggaannya.

"Darimana kau kerjakan tugas ini?" tanyaku curiga. Mendengarku meremehkannya, Naruto mendesis.

"iissshhh.. aku kerjakan sendiri.." jawabnya dengan nada bangga. Buru-buru aku tolak kertas tugas itu. Naruto mengerjakan tugas paper nya sendiri? Lelucon macam apa ini? Dan aku justru ingin mencontek hasil tugasnya? Tidak mungkin.

"Hahahahaa.. aku bohong kok Teme~.. sebenarnya aku mencontek dari Hinata chan.." katanya lagi sambil tersenyum lebar. Ada semburat malu di wajahnya. Tunggu.. apa dia bilang barusan? Hinata Chan? Gadis dari klan Hyuuga itu dia sebut dengan suffiks chan? Apa mereka sudah sedekat itu? 'Berani juga si bodoh satu itu..' pikirku.

Akhirnya aku ambil juga kertas tugas itu dari tangannya. Saat aku akan melangkah pergi, Naruto tampak akan mengikutiku.

"Mau apa kau,..?!"

"Menemanimu…" jawab Naruto santai. Dia ini memang merepotkan. Senang sekali mengikuti orang lain. Seperti tidak ada kerjaan saja.

"Tidak perlu.." jawabku singkat sambil buru-buru angkat kaki sebelum si baka Naruto itu benar-benar mengikutiku. 'Dasar Temeee~…' gerutu Naruto sambil tersenyum.

*Jam makan siang,

Aku benci makan siang di kantin universitas. Selain ramai dan berisik, tempat ini membuat selera makan ku seketika lenyap. Setiap kali kenangan itu terlintas, asam lambungku jadi naik, membuatku mual dan ingin muntah. Tapi kali ini aku tidak punya pilihan setelah diseret begitu saja oleh si bodoh Naruto.

Aku juga tidak suka terlihat mencolok. Meski tidak ada satu orang pun yang mampu mengabaikan pesonaku saat bertatap muka. Seantero kantin tampak tengah sibuk dalam kegiatannya masing-masing sambil tentu saja melirik diam-diam ke arahku. Ku acuhkan semua tatapan itu karena sudah biasa menerimanya. *dasar kegeeran! (author sebel)

"Temee~.. aku mau ayam bagianmu dong.." teriak si kuning jabrik itu tepat di telingaku. Seketika aku pun melemparkan death-glare yang mampu membungkam mulutnya yang berisik itu. Meski dia tetap melakukannya, mengambil ayam bagianku.

"Naruto.. kau berisik sekali tahu…" omel Nara Shikamaru. Pemuda tercerdas di angkatanku. Nilai ujian masuk universitasnya sempurna dengan nilai 500. Meski hanya terpaut 5 point dariku. Padahal dia begitu malas saat jam pelajaran di kelas. Yang dia kerjakan hanya tidur.

Neji Hyuuga, salah satu senior yang duduk tak jauh dari tempat duduk kami dan punya hubungan yang cukup dekat dengan Naruto hanya menggeleng pelan melihat tingkah konyol pemuda itu saat makan. Mungkin dia tengah berpikir bagaimana mungkin adik sepupunya, Hinata Hyuuga dapat menyukai pemuda bodoh satu ini.

" Hei Temee.. gak usah cemberut gitu. Masa hanya gara-gara ayam kau jadi cemberut padaku?" ujarnya sambil nyengir ke arahku Aku mengalihkan tatapan, malas mendengar ocehannya.

Tiba-tiba pandanganku tertumbuk pada sesosok laki-laki yang baru saja memasuki kantin. Rambut semerah darah, kontras dengan kulitnya yang putih pucat dan ekspresi sedingin es yang tergambar di wajah tampannya. Haruno Gaara. Sebuah huruf kanji 'Ai' terukir indah di kening bagian kanannya. 'Musim semi (haru no) ' yang benar-benar tidak cocok dengan wajah datarnya.

"Aaahhh~ itu kan Gaara senpai…nyam..nyam..uhuuk..uhuk.." Naruto bicara sambil mengunyah makanannya, akibatnya dia tersedak. Gaara memang salah satu senior idolanya. Buru-buru Shikamaru menyodorkan gelas minuman kepadanya.

" Baka….." ejek Shikamaru sambil menepuk punggung Naruto yang masih sibuk terbatuk-batuk.

Gaara melewati meja kami begitu saja, menuju meja Neji Hyuuga dan kawan-kawan seangkatannya yang lain. Masih dengan pandangan dinginnya. Namun aku bisa merasakan hal lain lewat tatapannya. Terutama saat melihatku. Ada sinar kebencian di sana. Matanya berkilat tajam dan berani sumpah, untuk pertama kalinya aku melihat ekspresi seorang pembunuh di dunia nyata.

Gaara mengambil posisi duduk di sebelah Neji senpai. Yang -sialnya- berada tepat sejajar denganku!

"Bagaimana? Urusanmu sudah selesai? tanya Neji pada sahabat kentalnya itu. Gaara hanya memberikan anggukan sebagai ganti jawaban.

"Lalu pihak kampus bisa menerima permohonan cuti Sakura chan?" tanya TenTen, tunangan Neji. Pesta pertunangan mereka baru saja diselenggarakan sebulan yang lalu. Hari yang sama tepat saat adik Gaara, Haruno Sakura menghilang.

"Yaa.. toh sampai sekarang aku masih belum bisa menemukannya…" jawab Gaara dengan nada letih. Telah sebulan penuh dia mencari adik kesayangannya yang tiba-tiba menghilang begitu saja bak ditelan bumi.

"Tapi aku pasti menemukannya.." ucap Gaara -kata Gaara barusan terdengar cukup jelas sampai ke meja sebelah tempatku, Naruto dan Shikamaru duduk. Meja yang diduduki para gadis fans fanatiknya!

"Nee~ kasihan yaa Gaara senpai.. Haruno san tiba-tiba menghilang dari rumah…" ucap gadis berkuncir ekor kuda yang duduk di meja sebelahku. Jarak kami cukup dekat sehingga aku dapat mendengar obrolan mereka.

"Iyaa..Gaara senpai pasti lelah mencari adiknya itu.."

" Apa dia kabur dari rumah bersama laki-laki..?"

"Ahhh.. bukankah dia menyukai Sasuke kun..? timpal seorang gadis dengan nada centil. Lalu mereka beramai-ramai melirik ke arahku.

"Mungkin dia menghilang karena ditolak oleh Sasuke kun… hahahhaa.."

"Gadis yang malang…." Mereka ramai-ramai tertawa.

Cukup! Perkataan mereka membuatku muak saja!

BRAK!

Ku gebrak meja dengan keras. Bukan hanya Naruto dan Shikamaru yang terlonjak kaget, tapi semua orang yang ada di kantin. Termasuk gerombolan seniorku seperti Gaara dkk dan gadis-gadis grupies fans setianya. Raut wajahku menegang. Meski tetap terlihat dingin di permukaan, seperti biasa.

Hanya Naruto dan Shikamaru yang menyadari perubahan ekspresiku. Mereka memang teman-teman terdekatku sejak SMP. Mereka lah orang pertama yang akan menyadari setiap perubahan ekspresiku, bahkan hingga yang tersamar sekalipun.

"Ahhahahaaaa~ dasaarr Teme.. jangan bikin kaget dong hanya gara-gara kecoa…" Naruto tertawa dengan heboh. Seolah ingin menjelaskan alasanku menggebrak meja kepada semua orang walau dia sendiri tidak mengetahui alasannya. Bisa kurasakan pandangan menyelidik dari berbagai penjuru kantin.

Tepat saat itu, handphone ku berdering. Tanda sms darurat.

'Mohon pulang secepatnya, Tuan Muda.'

Secepat kilat aku meninggalkan kantin. Berlari kesetanan. Meninggalkan Naruto dan Shikamaru yang terpana. Jantungku berdegup kencang. Pikiranku melayang kemana-mana 'Oh Kami Sama.. tolong jangan yang terburuk..'

Sesampainya di rumah utama klan Uchiha, aku tertegun karena di halaman depan terpakir beberapa buah mobil yang aku kenal betul siapa pemiliknya. Penasaran, aku bergegas masuk ke dalam.

"Tadaima…" seruku sambil melangkah pria tinggi tegap itu menyambutku dengan senyum di wajahnya. Raven yang serupa denganku. Onyx yang sama persis. Ketampananku pastilah menurun darinya. Ayahku. Uchiha Fugaku.

"Okaeri…" sambutnya hangat dan menenggelamkanku dalam pelukannya. Menyusul di belakangnya, wanita yang sangat cantik mempesona. Ibuku. Uchiha Mikoto. Tetap dengan senyum lembutnya yang selalu kuingat.

"Kaa-san…." Aku pun memeluknya erat, seolah tidak ingin melepaskannya. Wajar saja, aku sangat rindu pada orangtuaku. 3 bulan mereka terpaksa berpergian keluar kota untuk mengembangkan bisnis Uchiha.

"Sasuke… kau baik-baik saja?" tanya Kaa-san sambil mengusap ravenku lembut. Aku selalu menyukai sensasinya. Membuatku merasa tenang.

"Hn… daijoubu da.." ku keluarkan trademark khas milikku. Membuat Kaa-san tersenyum.

"Yokatta ~.. .." sedang asik-asiknya menikmati pelukan Kaa-san, tiba-tiba aku teringat satu hal. Lebih tepatnya satu mahluk. Satu orang yang paling aku benci, sekaligus paling aku nantikan kehadirannya disini untuk melengkapi rasa bahagiaku. Rasanya tidak lengkap jika dia tidak ada. Meskipun yang dilakukannya hanya membuat keonaran. Baka Aniki ku. Uchiha Itachi.

"Nii san…." Belum sempat aku menyelesaikan pertanyaanku, Kaa-san sudah menjawabnya " Itachi nii ada, mungkin dia sedang di kamarmu. Katanya dia lelah.."

JDER

Kata-kata Kaa-san seketika menyambarku. Itachi nii. Di kamarku.

'sial…' desisku sambil berlari ke kamar. Kuabaikan Tou-san dan Kaa-san yang menatapkan heran. Di sana ada sesuatu yang tidak boleh dilihat siapapun. Kecuali seorang maid kepercayaanku, Ayame san. Apalagi oleh Itachi nii. Orang itu masih tetap seperti biasa. Tindakannya selalu mengejutkan dan tanpa permisi.

Benar dugaanku. Pintu kamarku terbuka lebar. Ayame membelalakkan matanya. Takut. Lalu membungkuk sedalam-dalamnya ketika melihatku. Arah pandanganku tertuju pada punggung tegap pemuda di depanku ini. Rambut raven kelamnya masih diikat sepanjang punggung. Sama seperti terakhir kali aku melihatnya.

"Maafkan saya Tuan Muda Sasuke…" ujar Ayame pelan. Terlalu takut hingga suaranya hanya terdengar berupa desahan.

Kuikuti arah pandang kakak semata wayangku itu. Mataku terbelalak. Tidak percaya. Gadis yang selama ini hanya tertidur di ranjangku itu kini telah sadarkan diri. Raut wajahnya bingung. Takut. Wajar saja, dia tidak mengenal wajah yang ada di depannya itu.

Sontak aku menyerbu masuk. Dengan nafas terengah-engah seolah telah berlari berkeliling lapangan Universitas Konoha yang super besar itu. Mata mereka berdua kini tertuju padaku. Itachi nii dengan pandangan menyelidik, seolah menuntut penjelasan mengapa ada seorang gadis yang tidur di kamar pribadiku. Sementara gadis itu dengan tatapan bingung sekaligus takut

Kutarik tangan kakak ku keluar kamar. Setengah kuseret paksa karena nampaknya dia enggan beranjak dari sana. Ku perintahkan Ayame untuk menutup pintu dan menjaga gadisku yang tampaknya baru saja sadar dari koma.

"Siapa nona itu? Mengapa ada seorang gadis di kamar pribadimu? Dasar kau mesum…" omelan panjang Itachi nii nampaknya akan dimulai. Kubekap mulut cerewetnya sebelum itu terjadi. Dengan isyarat untuk berhenti berbicara. Lalu ku bawa paksa dia menuju kamar pribadinya,

"Bwwaahhh… sialan kau! Dasar baka ototou! Apa yang kau lakukan pada kakakmu yang tampan ini hah!? " omelnya padaku.

"Jangan berisik baka aniki ! Nanti terdengar Tou-san dan Kaa-san…" ucapku sambil memelototinya. Itachi nii hanya terkekeh. " Aku lah yang terlebih dulu akan memberitahu mereka asal kau tahu. Biar kau habis dihukum.. fufufu.." ujarnya jahil.

"Terserah.. tapi kumohon diam lah sebentar., aku harus kekamarku. Nanti aku akan jelaskan semuanya.." kataku sambil melangkah pergi. Itachi nii tidak mencegah langkahku, itu berarti dia menyetujuinya.

"Setengah jam! Kuberi kau waktu setengah jam. telat satu menit sajaaa… kau tau kan betapa mengerikannya kemarahan seorang Uchiha~.. ?!" goda Itachi sambil tersenyum puas. Aku mengangguk sambil lalu dengan gaya tenang. Padahal aku khawatir. Setengah mati. Jika sampai Tou-san dan Kaa-san tahu ada gadis di kamarku, tamat sudah riwayatku.

'Yaaahh setidaknya waktu setengah jam tidak mungkin dilakukannya untuk berbuat hal yang aneh-aneh…' pikiran Itachi jadi mesum sendiri.

Aku sudah siap dengan apapun yang akan terjadi. Jika setelah aku melewati pintu ini, dan aku akan mati, aku bisa menerimanya. Rasanya itu cukup setimpal dengan dosa-dosa yang aku lakukan kepadanya di masa lalu. Asalkan jangan satu, aku tidak ingin melihat tatapan penuh kebencian di mata emerald milik gadis itu. 'Jangan yang satu itu oh Kami-Sama…'

"Siapa kau….!?" Emerald itu membelalak ngeri saat beradu dengan sepasang Onyx milikku. Wajahnya ketakutan. Aku butuh lebih dari sedetik untuk mencerna perkataannya. Dia tidak ingat padaku? Mungkinkah!? Mengetahui kemungkinan itu aku justru tersenyum sumringah.

"Aku? Aku Uchiha… Uchiha Sasuke.."

Gadis merah jambu itu terlihat bingung. Wajah cantiknya berkerut. Tanda dia sedang berpikir. Mungkin sedang menggali ingatannya tentang sosok ku.

Nihil. Tampakknya tak dia temukan sosok ku dalam ingatannya. Namun bukannya sedih, aku justru merasa senang. Lega lebih tepatnya. Anehkah? Gadis yang saat ini aku cintai melupakanku dan aku justru bahagia? Setidaknya aku memiliki kesempatan untuk memperbaiki kesalahanku padanya. Karena yang diingatnya tentang diriku di masa lalu pasti hanyalah rasa sakit.

"Kenapa? Lupa padaku?" tanyaku. Hanya ingin memastikan.

Dia mengangguk sambil tertunduk untuk menyembunyikan wajahnya. Meski tidak melihatnya, aku tahu dia pasti sedih, bingung dan kalut karena tidak bisa mengingat apapun. Termasuk aku yang kini ada dihadapannya.

Aku memberanikan diri mendekatinya, lalu duduk di tepi ranjangku yang telah sebulan lebih tak pernah aku gunakan ini. Sebulan lebih, aku memilih tidur di sofa untuk menjaganya. Memastikan dia baik-baik saja. Sebenarnya untuk satu alasan egois, aku ingin aku lah yang pertama kali dilihat ketika dia terjaga dari tidur panjangnya.

Kuangkat dagunya. Memaksanya memandang wajah stoic ku. Memenjarakan emerald itu dalam onyx. Selamanya.

"Tak perlu sedih Uchiha Sakura…."ujarku dengan suara bariton yang dalam. Gadis itu tercekat. Sontak menatapku dengan ekspresi bingung.

"Uc.. Uchiha… Sakura…" diejanya nama yang baru saja aku sebutkan.

"Ya.. kau Uchiha Sakura. Milikku! Milik Uchiha Sasuke seorang…" jawabku dengan senyum puas.

TO BE CONTINUE~