POV: NARUTO
.
.
.
Seseorang berteriak memanggilku.
Suaranya amat keras dan menggema di kegelapan yang bercahaya berkelap-kelip. Mengguncang setiap telinga yang mendengarkannya. Dia dihisap bersama partner robotnya ke dalam lubang hitam kecil, di dekat orbit planet Pluto. Suara teriakan dan tangisannya memecah di gendang telingaku. Meninggalkan rasa sesak di dadaku. Tubuhku berguncang hebat saat menyaksikannya lenyap tepat di hadapanku.
Dia adalah orang yang terpenting di hatiku. Dia adalah jiwaku. Dia adalah darahku. Dia adalah rekan yang kusayangi sepenuh hatiku. Dia adalah gadis yang pernah ada untukku.
Kini dia tidak ada lagi di sisiku. Dia menghilang entah kemana. Tidak ada kabar ataupun tanda-tanda darinya.
Aku mencarinya kemana-mana sampai sekarang. Hingga aku menjadi milik orang lain. Usiaku sudah menginjak kepala tiga. Aku memiliki istri dan memiliki dua anak yang masih kecil.
Tapi, saat pesawat yang kukendarai melintas di orbit Pluto, fenomena aneh yang tak pernah terjadi lagi beberapa tahun lalu, kembali muncul di hadapanku.
Femonena yang sama. Menghisap rekanku yang hilang.
Kini fenomena itu menjelma nyata di depan mataku. Menarik pesawatku ke pusat gravitasinya yang luar biasa. Disamakan dengan "Black Hole" yang ada di luar angkasa itu. Kecepatan menghisapnya luar biasa. Aku tidak dapat mengerem pesawatku. Mesin tidak berfungsi. Mengalami mesin mati dan...
PRAAAANG!
Pesawatku hancur berkeping-keping bagaikan kaca yang pecah akibat gelombang tekanan gravitasi lubang hitam itu. Tidak berbentuk lagi saat sudah masuk ke dalamnya.
Aku yang tidak hancur. Merasakan perubahan yang aneh pada tubuhku. Terasa panas seperti api. Darahku mendidih. Tulang-tulangku terasa mau patah. Syarat-syaratku menegang. Entahlah, apa yang terjadi.
Berputar-putar. Tekanan gravitasinya benar-benar memusingkan. Mengocok isi perutku dan mengacaukan otakku.
Evolusi terjadi. Mundur.
Mataku tertutup karena tidak tahan melihat apa yang terjadi padaku sekarang. Tubuhku berguncang kuat seperti akan dimusnahkan.
Lubang hitam apa ini? Tempat apa ini sebenarnya?
Diam-diam, ada sesuatu misteri yang membawaku ke tempat lain. Aku akan menuju ke suatu tempat yang tidak kuketahui.
Tiba-tiba, sedetik saja. Ingatan lepas dari otakku. Aku merasa seperti orang yang tidak memiliki kehidupan lagi.
Kosong.
Ketiadaan yang tidak berujung. Hampa. Suatu fenomena kegelapan menyeretku dalam suasana hening dan sunyi. Tiada suara. Tiada debu ataupun batu yang beterbangan. Tidak ada kelap-kelip bintang yang menandakan aku di luar angkasa.
"Hei, di mana ini? Aku ada di mana sekarang? Apa ada yang bisa mendengarku?"
Suaraku menggema di dunia gelap gulita. Sunyi dan sepi. Tidak ada seorangpun. Hanya ada aku sendiri di sini.
Melayang-layang di udara. Tiada dasar. Tidak ada gravitasi yang kurasakan. Terasa hampa. Aneh. Tidak ada angin sama sekali.
Kuperhatikan diriku dengan seksama. Rambutku berkibar-kibar di udara. Pakaian seragamku yang berdesain aneh, berwarna biru dan putih, juga berkibar-kibar. Kulitku yang berwarna coklat. Tubuhku terasa ringan sekali. Terasa terbang di langit.
Apa yang terjadi denganku? Mengapa aku bisa ada di sini?
Seseorang jawab aku. Aku ada di mana sekarang? Lalu aku... Siapa aku?
Aku? Pikiranku yang tertuju pada diriku sendiri. Namaku, siapa aku, keluargaku dan asal usulku. Apa? Aku tidak mengetahui siapa aku sebenarnya.
Tidak mungkin! Apakah aku mengalami amnesia ketika berada di tempat gelap ini?
Pikiranku terasa berputar-putar. Terasa ada tekanan spiral yang menghantam otakku. Menyingkirkan semua ingatan dari folder-folder otakku. Terasa berguncang. Terasa sakit sekali.
Tubuhku yang melayang-layang juga berputar spiral, tapi lambat. Aku membuka mataku secara perlahan-lahan dan menajamkan mataku lebih jelas.
Tiba-tiba, secercah cahaya menutupi mataku. Silau sekali seperti sinar matahari. Sinar putih itu menelanku saat aku terbang menuju ke arahnya.
Setelah itu, aku tidak tahu apa yang terjadi. Aku tidak melihat apapun. Bahkan tidak dapat mengingatnya lagi.
.
.
.
Disclaimer:
Naruto © Masashi Kishimoto
Sword Art Online © Reki Kawahara
.
.
.
No pairing
Genre: Scifi/friendship/mystery/adventure
Rating: T
Setting: AU (luar angkasa)
Warning: berpindah fandom.
Kamis, 10 November 2016
.
.
.
12 SEEKER'S: WHO AM I?
By Hikasya
.
.
.
Chapter 1. Aku adalah Menma
.
.
.
Sesuatu menyentakku saat mendapatkan respon sinyal suara yang sangat lembut. Kesadaranku terkoneksi dengan alam nyata. Kedua mataku terbuka secara perlahan-lahan. Kukedip-kedipkan beberapa kali mataku untuk menyingkirkan cahaya buram yang hinggap di retina. Hingga retina terlihat jelas saat aku membuka mataku secara sempurna dan mendapati wajah asing yang berada di depan mataku.
Wajahnya cantik sekali. Dia berambut pirang kastanye. Memiliki dua mata coklat karamel. Bibirnya indah berwarna merah muda seperti cherry. Bertelinga segitiga seperti telinga kucing. Memakai pakaian seragam berdesain aneh berwarna biru dan putih.
Hmm... Gadis yang sangat cantik seperti bidadari. Siapa dia sebenarnya?
"Hei, kamu sadar juga rupanya. Tapi, kamu baik-baik saja, kan?" tanyanya dengan nada yang sangat lembut.
Aku yang masih terpana melihatnya, tidak mampu mengatakan apapun. Aku merasa terbaring dalam keadaan terlentang. Sesuatu yang lembut menutupi tubuhku dan sesuatu menyanggah bagian belakang kepalaku. Tubuhku terasa masih terasa berat. Kepalaku masih sakit.
Sekali lagi dia pun bertanya padaku.
"Apa kamu baik-baik saja?"
Aku merespon maksudnya itu. Lalu aku memegang kepalaku dengan tanganku dan menggeleng pelan-pelan.
"Ti-Tidak... Kepalaku masih terasa sakit."
"Ah, benarkah?"
"Benar."
"Kalau begitu, aku panggilkan dokter. Tunggu sebentar di sini!"
Gadis itu berlari-lari kecil. Tapi, aku memanggilnya dengan cepat.
"HEI, TUNGGU DULU!"
Dia menghentikan larinya tepat di depan pintu dan menoleh ke arahku.
"Ah... Ada apa?"
"A-Apa yang terjadi padaku? Apa kamu bisa menjelaskannya padaku?"
Dia pun berjalan pelan ke arahku. Duduk di tepi ranjang besi yang kutempati.
"Begini... Kami menemukanmu yang tiba-tiba muncul di ruang kontrol pesawat kami. Kamu tidak sadarkan diri sampai tiga hari ini. Kami mengira kamu adalah mata-mata dari pasukan pengintai yang dikirim oleh Yupiter Spy. Tapi, melihat kamu berseragam putih biru yang menandakan anggota dari Lunar Blues, kami memutuskan untuk merawatmu sampai sadar di ruang kesehatan ini. Kamu adalah teman yang satu dengan kami."
"A-Aku teman yang satu dengan kalian?"
"Ya, kamu orang Bulan, kan?"
"..."
Aku terdiam sebentar. Sedetik kemudian, aku menggeleng-gelengkan kepalaku.
"Aku tidak mengingat apapun. Bahkan namaku sendiri, aku tidak bisa mengingatnya."
"Hah? Yang benar?"
"Benar."
"Berarti... Kamu amnesia."
"Mungkin bisa dikatakan begitu."
"Untuk memastikannya, aku harus memanggil dokter sekarang."
"Tidak usah."
"Kenapa?"
"Aku benar-benar hilang ingatan. Percayalah padaku."
Aku menyakinkan hal itu pada gadis itu. Gadis itu terdiam dan menganggukkan kepalanya.
"Aku mengerti."
"Syukurlah..."
"Tapi, aku masih bingung..."
"Bingung?"
"Iya, soalnya kamu muncul tiba-tiba dari lubang hitam kecil itu."
"Aku muncul dari lubang hitam kecil itu?"
"Iya."
"Bagaimana bisa?"
"Aku juga tidak tahu."
Gadis itu menggeleng-gelengkan kepalanya dan memegang sebuah jam tangan yang tersemat di pergelangan tangannya. Aku memperhatikannya.
"Apa itu?"
Tunjukku pada jam tangan berdesain futuristik yang tersemat di pergelangan tangannya. Terdapat tonjolan sebesar bola pingpong di jam tangan tersebut. Dia menatapku dengan senyuman.
"Namanya soket. Gunanya untuk menyimpan Power Ball Chip di dalamnya."
"Power Ball Chip?"
"Power Ball Chip adalah bola kekuatan yang bisa berubah bentuk menjadi hewan robot kecil dan robot tempur raksasa dengan koneksi chip data. Kami menggunakannya untuk bertempur dengan Power Ball Chip milik Yupiter Spy."
"Oh... Begitu."
Aku manggut-manggut dan merasa tidak asing dengan kata "soket" dan "Power Ball". Entahlah aku merasa dejavu sendiri.
"Oh iya, ayo kita berkenalan...," gadis itu mengulurkan tangannya sambil tersenyum."Namaku Asuna. Aku ras Taurus. Asalku dari Bumi."
Aku menyambut uluran tangannya dengan senyuman.
"Salam kenal buatmu, Asuna. Tapi, akukan..."
"Hehehe... Benar juga. Kamu hilang ingatan ya? Hmmm... Bagaimana kalau aku memanggilmu... Menma saja...?"
"Menma? Nama yang bagus juga."
"Baiklah... Mulai dari sekarang, namamu Menma ya! Ingat itu, Menma."
Mengedipkan sebelah matanya, Asuna tertawa lebar dengan wajah yang berseri-seri. Rona merah tipis hinggap di dua pipinya.
Sungguh, dia cantik sekali. Membuatku terpana lagi.
Tiba-tiba...
SYUIIING!
Pintu ruangan kesehatan yang berdesain futuristik, terbuka secara otomatis. Seseorang masuk ke dalamnya.
Aku memandang ke arah pintu. Begitu juga dengan Asuna.
JREEENG!
Seorang laki-laki berambut hitam dan berpakaian seragam serba putih biru. Ada syal coklat yang membelit di lehernya. Tubuhnya tinggi. Wajahnya datar tanpa ekspresi. Berdiri tepat di dekat pintu yang sudah menutup.
Asuna pun berdiri dan membungkuk dalam pada laki-laki itu.
"Ah, kamu rupanya, Kapten Kirito!"
Laki-laki yang diketahui bernama Kirito, menatap Asuna dengan datar.
"Apa yang kau lakukan di sini, Asuna? Bukannya aku sudah menugaskanmu untuk memeriksa bagian radar bersama Eugeo? Kamu malah kabur dari tugasmu."
"Ma-Maaf, aku sudah selesai memeriksanya, Kapten Kirito. Makanya aku datang ke sini untuk menengok keadaan Menma."
"Menma? Siapa itu, Menma?"
"Ah, dia adalah orang ini..."
Asuna menunjuk ke arahku. Aku masih terbaring lemas di ranjang empuk dan dingin ini. Mataku mengarah pada Kirito itu.
Sebaliknya Kirito, juga menatap ke arahku. Tapi, tatapannya itu tajam.
"Orang asing itu sadar juga rupanya."
"Iya, Kapten."
"Dari penampilannya, dia terlihat seumuran denganmu, Asuna."
"Heh? Sembilan belas tahun?"
"Iya. Tapi...," Kirito berjalan pelan untuk mendekatiku."Aku curiga kalau dia adalah mata-mata Yupiter Spy. Mereka mengirimnya ke sini lewat sistem teleportasi."
Mengerutkan keningnya, Asuna melirikku.
"Sistem teleportasi? Tapi, aku rasa tidak begitu. Menma tiba-tiba muncul dari lubang hitam. Coba kamu pikirkan lebih dalam lagi, bagaimana bisa dia berteleportasi langsung ke pesawat kita? Pesawat kita tidak ditandai oleh chip atau semacamnya dari Yupiter Spy. Tidak mungkin dia mata-mata Yupiter Spy itu."
"Aku hanya menduganya saja. Akan lebih baik jika kita lebih waspada, kan?"
"Iya sih..."
Aku terdiam saat mendengarkan mereka berbicara. Kirito yang mengenakan syal itu, aku rasa adalah atasannya Asuna karena Asuna memanggilnya dengan sebutan "kapten".
Aku tidak tahu apa yang terjadi di sini. Aku juga tidak tahu aku ada di mana. Siapa aku yang sebenarnya? Asal usulku. Itulah yang ingin aku ketahui.
Menma, nama yang diberikan Asuna adalah nama sementaraku yang sekarang. Aku adalah Menma. Orang yang datang tiba-tiba dari lubang hitam kecil dan terdampar di sebuah pesawat asing yang tidak kuketahui.
Karena penasaran, aku mengedarkan pandanganku ke segala arah. Pemandangan luar biasa membuatku kagum.
Ruangan ini berbentuk persegi panjang dan berdesain futuristik. Terdapat dua jendela berbentuk bulat yang tembus pandang sehingga pemandangan di luar kelihatan. Ada perabotan yang mengisi ruangan ini seperti lima tempat tidur, sampiran, kursi, meja dan lain-lain. Semuanya berdesain futuristik dan canggih.
Dinding ruangannya berwarna putih. Lantainya bening seperti kaca. Jarak lantai sampai atap ruangan sekitar 3 meter. Terdapat beberapa lampu seperti kepala senter, bersinar menerangi ruangan dengan cahaya putih bersih. Aroma segar tercium di hidungku.
Aku merasa tidak asing dengan ruangan seperti ini. Entahlah, aku tidak bisa mengingatnya dengan jelas.
"Terus bagaimana sekarang? Apa kita harus menampung orang tidak jelas ini di pesawat kita?"
"Ya, mau bagaimana lagi, kapten? Dia sedang amnesia. Tidak mungkin kita mengusirnya begitu saja, kan? Atau meninggalkannya di sebuah planet. Itu sama saja kita berbuat jahat padanya. Kita ini adalah kelompok penyelamat yang dibentuk oleh Lunar Blues dan bertugas menolong sesama. Jadi, kita harus membiarkan tinggal di sini sampai ingatannya pulih kembali."
"Tapi, itu butuh berapa lama dia tinggal bersama kita sampai dia mendapatkan ingatannya lagi? Ini sangat merepotkan. Lagipula kita sedang diburu oleh Yupiter Spy. Kita bisa selamat sementara waktu setelah bersembunyi di galaksi Andromeda ini. Haaah... Kalau kita menuju ke kapal induk Lunar Blues, membutuhkan waktu yang sangat lama. Apalagi radar kita tertembak oleh pasukan Yupiter Spy. Banyak kerusakan di badan pesawat ini... Huh... Benar-benar merepotkan..."
"Makanya kamu jangan mengeluh, kapten. Harus banyak bersabar."
"Jangan pernah menasehati aku. Aku tahu kok."
Wajah datar Kirito tampak sedikit memerah. Asuna tertawa kecil sambil menutup mulutnya.
Aku masih terdiam mendengarkan mereka berbicara. Lalu bertanya.
"Sebenarnya tempat apa ini? Kalian itu siapa? Dari tadi kalian membicarakan tentang Yupiter Spy itu."
Asuna yang menjawab pertanyaanku.
"Kamu berada di pesawat kelompok 7 Explorers. Kami adalah orang-orang Bumi, Mars dan Bulan. Tugas kami adalah mencari 12 Power Ball DNA yang telah hilang sejak seratus tahun lalu. Saat ini Bumi, Bulan, dan Mars dikuasai oleh orang-orang Yupiter. Kami orang Bumi, Bulan, dan Mars diusir dari tatasurya oleh armada pemerintahan Yupiter. Banyak dari kami yang tewas karena peperangan. Lalu yang lainnya membangun kapal induk yang sangat besar agar bisa menampung orang-orang yang selamat dari perang itu. Kapal induk kami dinamai Lunar Blues. Kapal induk itu terparkir di planet Bio-G, dekat galaksi yang sangat jauh."
"Ke-Kelompok Seven Explorers? Kalian ingin mencari 12 Power Ball DNA yang hilang? Tapi, untuk apa?"
"Kami mencari 12 Power Ball DNA itu agar bisa membantu kami untuk mengalahkan Raja Yupiter. Raja Yupiter itu yang telah melakukan penjajahan di Bumi, Bulan, dan Mars. Dia suka membunuh siapa saja yang menentang rencananya."
"Benar-benar gawat sekali. Jadi, apa kalian tahu di mana letaknya 12 Power Ball DNA itu berada?"
"Kami tidak tahu persis di mana letak 12 Power Ball DNA itu sekarang. Tapi, kami pernah mendengar kalau letaknya dulu ada di bawah tanah Bulan, bekas markas Lunar Space. Tapi, tempat itu sekarang disegel oleh pemerintahan Yupiter dan dianggap sebagai tempat yang terlarang."
"Oh, begitu..."
Aku manggut-manggut sambil memegang daguku dengan tanganku. Berpikir sejenak.
Setelah itu, aku melanjutkan perkataanku yang tertunda.
"Aku cukup mengerti dengan apa yang kalian alami sekarang. Tapi, jika kalian tidak keberatan, bolehkah aku tinggal di sini dan bergabung dengan kelompok kalian? Ya, itu sampai ingatanku kembali lagi. Aku akan berusaha menolong kalian untuk mencari 12 Power Ball DNA itu. Bagaimana?"
Asuna dan Kirito saling pandang. Mereka berbisik pelan lalu menatapku lagi.
"Aku tidak keberatan jika kau tinggal di sini dan menjadi bagian dari kelompok kami ini...," Kirito berwajah datar sambil bersidekap dada."Tapi, kami akan menerimamu dengan senang hati, asal kau memenuhi persyaratan dariku."
Aku mengerutkan keningku.
"Persyaratan apa?"
"Kau harus mematuhi apa yang kuperintahkan padamu. Bagaimana?"
"Tidak masalah. Aku mau saja."
"Bagus. Mulai sekarang, kau menjadi bagian dari kelompok 7 Explorers ini sebagai..."
.
.
.
BERSAMBUNG
.
.
.
A/N:
Sekuel dari 12 Seeker's.
Mungkin bisa dibilang adalah season 2-nya yang mengisahkan Naruto tiba di zaman seratus tahun yang akan datang setelah terhisap ke dalam fenomena "Lubang hitam kecil". Membuatnya terdampar di masa depan.
Intinya di cerita ini, Naruto kembali menjadi muda sewaktu dia berumur 19 tahun. Karena dampak gelombang waktu "lubang hitam kecil", membuat umurnya kembali mundur menjadi beberapa tahun lalu. Teori scifi-nya begitu.
Kenapa cerita ini malah pindah fandom ke Xover Naruto and Sword Art Online? Bukan di fandom Xover Naruto and High School DxD? Itu karena saya merasa fic ini bagusnya diup di fandom Xover Naruto and Sword Art Online. Buat ganti suasana saja.
Ya, begitulah yang bisa saya jelaskan. Untuk ke depannya, jika ada waktu, saya akan melanjutkan chapter 2 fic ini.
Sekian dan terima kasih atas perhatian kalian ya.
Tertanda.
Hikasya.
Kamis, 10 November 2016
