Araelf Mizuchi Malter

.

Beautiful Day.

.

Pintu utama rumah mewah itu terbuka. Seorang pria dengan paras tampan tanpa cacat nya melangkah masuk diiringi belasan maid yang membungkuk hormat padanya.

Dengan wajah yang terlihat datar tapi tidak menghilangkan keangkuhannya, dia berjalan melewati mereka semua. Terus melangkah hingga mata sehitam langit malam nya melihat sosok ssseorang yang sangat dirindukannya sedang duduk disofa. Dengan mata yang terfokus pada layar datar didepannya yang menampilkan objek-objek bergerak saling menyerang dan tangannya sibuk menekan berbagai tombol di stick game nya. Sepertinya dia terlalu sibuk bermain game hingga tidak menyadari keberadaannya.

Kibum tersenyum tipis. Dia terlihat semakin tampan saat tersenyum, menciptakan kesan hangat. Seolah Kim Kibum yang dingin dan angkuh itu tidak pernah ada.

Itu hal yang wajar bagi orang-orang yang mengenal Kibum. Dia hanya akan berbuah menjadi hangat seperti ini dihadapan satu orang. Seseorang yang selalu menemani hari-hari Kibum yang monoton dan membosankan, membuatnya menjadi penuh warna. Satu-satu nya orang yang berada dihatinya sekarang. Dan dia adalah -

"Ekhem!"

Suara deheman Kibum yang sengaja diperkeras itu sukses mengalihkan perhatiannya. Bisa Kibum lihat mata bulat itu membulat lucu saat menyadari kehadirannya. Dengan senyum terkembang dan tanpa peduli dengan stick game yang dia lempar entah kemana, dia berlari menerjang Kibum. Memeluk tubuh kekar itu dengan erat untuk melepas rasa rindunya.

"Daddy."

-anak kesayangannya.

Tangan Kibum mengangkat tubuh mungil anaknya untuk dia gendong. Kibum menatap wajah manis putra nya. Betapa dia sangat merindukan wajah dan senyum manis ini.

Mereka sudah lima hari tidak bertemu karena tugas Kibum sebagai seorang Direktur mengharuskannya untuk berkali-kali pergi ke luar kota untuk mengurus cabang perusahaannya yang ada disana. Membuat mereka tidak bisa menghabiskan waktu berdua seprrti ayah dan anak lainnya.

"Miss me?"

"Tentu saja. Kihyun sangat kesepian saat Daddy pergi. Tidak ada yang bisa Kihyun ajak main." Kihyun mempoutkan bibirnya, tangan mungilnya memainkan kancing kemeja yang dikenakan Kibum.

"Oh, jadi Kihyun hanya rindu bermain dengan Daddy? Bukan rindu dengan Daddy."

Kibum mengalihkan pandangannya dari Kihyun. Dia sedang pura-pura ngambek ceritanya. Dia memang rindu anak manisnya ini, tapi dia juga rindu menjahili Kihyun.

Lihat kan?

Belum apa-apa tapi Kihyun sudah gelagapan sendiri. Dia mengibaskan kedua tangannya didepan wajah Kibum.

"Bukan begitu, Daddy. Kihyun benar-benar rindu Daddy. Serius." Kihyun mengangkat jari telunjuk dan tengahnya membentu randa 'peace', menunjukkan pada Daddy nya ini bahwa dia benar-benar serius.

"Rindu bermain dengan Daddy juga sih." Gumam Kihyun sambil menatap memelas pada ayahnya.

"Selama Daddy pergi Kihyun selalu main sendiri. Para maid sibuk dengan pekerjaan masing-masing, mereka tidak punya waktu untuk bermain."

Helaan napas keluar dari mulut Kibum. Mata hitamnya menatap sendu pada Kihyun yang sedang menundukkan kepala dan menggigit bibir bawahnya.

Kibum tau anaknya ini kesepian. Dia tidak punya teman untuk diajak bermain ataupun berbagi cerita menarik. Dia juga tidak punya Kakek dan Nenek untuk tempat merengek, karena mereka sudah lama meninggal bahakan sebelum Kihyun lahir. Kihyun hanya punya Kibum, ayahnya dan satu-satunya keluarga yang dia punya.

Ibu?

Ibunya sudah lama mati. Itu yang Kibum katakan pada Kihyun saat anaknya itu bertanya.

Kibum tidak bohong. Ibu Kihyun memang sudah mati bagi Kibum setelah dia meninggalkan Kihyun yang masih begitu kecil hanya untuk bersama dengan kekasihnya.

Kibum tidak peduli sama sekali dengan itu. Toh, mereka menikah juga terpaksa karena dijodohkan oleh orang tua masing-masing. Malahan Kibum merasa sangat bersyukur wanita itu pergi dari hidup mereka.

Hanya saja, Kibum merasa bersalah pada anaknya yang tidak bisa merasakan kasih sayang seorang ibu. Kibum juga tidak bisa memberikan kasih sayang sepenuhnya sebagai seorang ayah karena kesibukannya mengurus perusahaan menyita banyak waktunya.

"Kihyun ingin ikut Daddy?"

"Kemana?"

"Nowon. Tempat tinggal Daddy dulu." Tangan Kibum mengusap rambut lembut Kihyun. "Daddy harus mengurus cabang perusahaan yang ada disana selama seminggu. Bangaimana?"

Kihyun tersenyum manis dan mengangguk. Membayangkan dia akan pergi ketempat tinggal ayahnya dulu membuatnya jadi bersemangat.

"Kapan kita akan berangkat, Daddy?"

"Kita akan berangkat besok. Tapi ingat!. Kita kesana bukan untuk liburan. Daddy pasti akan sangat sibuk jadi tidak bisa mengajak Kihyun jalan-jalan. Apa tidak masalah?"

"Tidak apa-apa. Itu lebih baik karena Kihyun akan bersama Daddy daripada garus sendirian disini."

Kata-kata yang diucapkan dengan wajah polos itu membuat Kibum hanya bisa tersenyum miris. Seberapa besar rasa kesepian yang Kihyun alami?

"Karena kita akan berangkat besok, bagaiman jika Daddy menemani Kihyun bermain sepuasnya sekarang?"

Kibum menaik turunkan alisnya menatap Kihyun yang memekik senang mendengat perkataannya tadi. Kibum juga mendapatkan pelukan dan ciuman dipipi dari Kihyun.

Ah, anaknya ini benar-benar manis.

.

Araelf

.

Pria manis itu melangkah menelusuri taman dengan tangan yang dimasukkan kesaku celana training nya. Rambut didahinya sedikit basah karena dia baru saja jogging dari rumahnya ke taman ini. Matanya melihat kesekeliling taman yang terlihat sepi karena hari yang menjelang sore.

Kaki rampingnya terus melangkah dijalan setapak itu hingga akhirnya dia berhendi disebuah bangku taman yang tersembunyi karena tempatnya mengarah ke danau dan dikelilingi oleh pepohonan. Dia mendudukkan dirinya disana dan sepasang caramel lembutnya terpaku menatap kedepan.

Dia sudah lama tidak datang ke tempat ini. Mungkin sudah 9 tahun? Atau 10 tahun? Entahlah dia tidak begitu ingat. Yang pasti setelah kejadian itu dia tidak pernah datang kesini lagi.

Ini adalah tempat yang dia dan orang itu sukai. Mereka pertama kali bertemu disini dan setelah itu mereka selalu datang untuk bermain. Tapi tempat ini juga yang menjadi saksi hancurnya persahabatan mereka karena perasaan sialan yang muncul dihati Kyuhyun untuknya.

Mata caramel itu menerawang ke depan dan secara perlahan kenangan saat itu mulai kembali hinggap dipikirannya.

"KYUHYUN!"

Teriakan keras dari suara berat itu mengalihkan perhatian remaja manis itu dari PSP kesayangannya. Bibirnya tersenyum manis saat melihat remaja lainnya sedang berlari kearahnya dengan senyum diwajah tampannya.

"Kau terlambat, Kim." Kyuhyun bersedekap dan menatap tajam.

"Maaf. Aku tadi mampir ke minimarket untuk membelikanmu ini."

Kyuhyun baru sadar jika sahabatbya ini membawa sesuatu ditangan kanannya. Disambarnya kantong plastik itu dan dia memekik senang kemudian saat melihat apa yang ada didalamnya.

"Ice cream. Wah, kau memang yang terbaik."

"Kau barusadar itu?" Pemuda didepannya ini tersenyum miring. "Kau tau? Kau tidak akan pernah menemukan teman sebaik dan setampanku."

Kyuhyun memutar bola matanya. Penyakit narsis temannya ini kambuh lagi. Kyuhyun jadi heran sendiri, temannya ini akan bersifat dingin dan angkuh didepan orang lain. Tapi saat bersama dengannya, dia malah terlihat seperti orang konyol.

Apakah dia mengidap kepribadian ganda?

"Ya ya ya. Tidak ada yang setampan dan sebaik Kim Kibum. Aku sangat beruntung punya teman sepertimu. Jadi sekarang bisakah kau duduk, Tuan Kim? Kau mengahalangi pemandangan indah didepanku dengan wajah konyolmu itu."

Kibum mencibir, tapi dia tetap saja menuruti perkataan Kyuhyun untuk duduk disampingnya. "Lidahmu semakin tajam saja, Cho."

"Benarkah?" Kyuhyun bertanya dengan wajah terkejut. Tapi Kibum tau itu hanya pura-pura.

"Aku yakin kau pasti bisa membelah semangka dengan lidahmu itu."

"Bisa jadi. Mungkin karena aku selalu mengasahnya setiap hari." Kyuhyun tersenyum bangga pada Kibum. "Kau ingin dengar yang lebih tajam?"

"Tidak, terima kasih. Orang dengan hati yang lembut sepertiku tidak akan sanggup mendengar kata-kata tajammu itu." Tangan Kibum menyentuh dadanya dengan gaya dan ekspresi kesakitan.

Kyuhyun mendengus geli. Mata caramelnya menatap Kibum yang balas menatapnya. Mereka terus saja saling menatap hingga suara tawa keluar dari belah bibir keduanya.

"Kau konyol, Kim." Kyuhyun berbicara disela-sela tawa. Tangannya menghapus air mata yang menggenang dipelupuk matanya karena terlalu banyak tertawa.

Kibum hanya tersenyum menatap melihat Kyuhyun yang masih saja tertawa.

"Cepat makan ice cream mu itu." Ucap Kibum sambil menunjuk ice cream yang ada ditangan Kyuhyun. Jika dibiarkan lebih lama pasti akan mencair.

Kyuhyun menagngguk, membuka bungkus ice cream itu dan memakannya sedikit. Kemudian dia menyodorkannya pada Kibum.

"Kau mau?" Kibum menggeleng, dia tidak suka manis. "Eih. Ayolah. Sekali saja Kibum. Rasanya tidak seburuk yabg kau kira."

Bujukan Kyuhyun tidak mempan karena Kibum masih saja menggeleng. Tapi jangan sebut dia Cho Kyuhyun jika tidak bisa mendapatkan apa yang dia inginkan. Masih ada satu cara.

"Hyung." Kyuhyun menggenggam tangan Kibum dan menggoyang-goyangkannya.

Kibum mulai merasa was-was. Dia memang lebih tua beberapa bulan tapi Kyuhyun tidak pernah memanggilnya dengan sebutan Hyung. Kalaupun iya berarti hanya ada satu alasan, dia ingin sesuatu dari Kibum.

"Hyung." Rengekan Kyuhyun semakin menjadi. Dia menatap memelas pada Kibum dengan mata yang berkaca-kaca sehabis tertawa tadi. Terlihat sangat menggemaskan sebenarnya.

Kibum menyerah, dilepaskannya genggaman tangan Kyuhyun dengan wajah malas. "Baiklah akan kumakan."

Senyum manis merekah dibibir Kyuhyun. Dia tertawa senang dalam hati melihat wajah sengsara Kibum yang sangat menggelikan saat rasa manis dari ice cream itu menempel dilidahnya. Kyuhyun yakin Kibum pasti akan meminum kopi pahit setiap hari setelah ini.

"Bagaimana? Enak kan?"

"Diam kau, Cho."

Kyuhyun kembali tertawa mendengar jawaban ketus dari Kibum. Mereka terus saja berdebat karena Kyuhyun yang kembali menjahili Kibum tentang wajah anehnya saat makan ice cream.

"Kibum."

Empunya nama menoleh pada Kyuhyun yang fokus menatap kedepan -kearah danau. Kibum mendengus. "Seingat ku baru beberapa menit yang lalu kau memanggilku Hyung. Sekarang sifat aslimu sudah keluar, huh?"

Kyuhyun memberikan senyuman lima jarinya pada Kibum tanpa menanggapi sindiran yang diarahkan padanya itu. "Aku ingin bertanya sesuatu padamu."

"Apa?"

Kyuhyun menoleh pada Kibum yang menatapnya. "Bagaimana menurutmu jika ada seseorang yang menyukaimu?."

Kibum mengernyit. "Kenapa kau bertanya tentang itu?"

"Jawab saja Kibum. Kau terlalu banyak bertanya."

Sebenarnya siapa yang banyak bertanya disini? Bukankah dari tadi hanya Kyuhyun yang bertanya? Tapi kenapa jadi Kibum yang salah.

Kibum mengedikkan bahunya. "Jika aku menyukainya, mungkin aku akan mengajaknya kencan. Tapi jika tidak, aku tidak akan peduli."

"Bagaimana jika yang menyukaimu itu laki-laki?"

Mata hitam Kibum menatap intens pada Kyuhyun. "Aku jadi penasaran kenapa kau tiba-tiba bertanya soal ini padaku. Kau biasanya tidak peduli dengan yang namanya suka atau pun cinta. Jangan-jangan -"

Sepuah pukulan melayang ke lengan Kibum dari Kyuhyun, membuatnya tidak dapat menyelasaikan kata-katanya.

"Aku hanya menyuruhmu menjawab pertanyaanku, Kibum. Bukannya malah balik bertanya padaku."

Kibum menghela napas, dia salah lagi.

"Aku akan langsung menghajarnya. Kau puas?" Ucap Kibum dengan ketus dan menatap tajam pada Kyuhyun. Tapi beberapa detik kemudian dia menyeringai dan mendekatkan wajahnya pada Kyuhyun. "Tapi jika kau yang menyukaiku, kurasa aku akan membuat pengecualian untukmu. Tapi dengan satu syarat."

Kyuhyun menatap Kibum dengan binar penasaran dimata bulatnya, tanpa sadar dia juga mendekatkan wajahnya pada Kibum. Membuat jarak diantara wajah mereka menjadi sangat dekat.

"Syaratnya adalah..." Kibum memasang wajah seriusnya. "Kau harus bisa memberikanku seorang anak." Kemudian dia tertawa dengn kerasnya karena dia pikir dia sudah berhasil menjahili Kyuhyun. Kibum tidak tau bahwa yang dia katakan itu akan benar-benar menyakiti Kyuhyun dan membuat Kyuhyun pergi darinya.

Sejak kejadian itu, Kyuhyun mulai menjauhi Kibum dan sebisa mungkin menghindarinya jika mereka tidak sengaja bertemu. Untung saja fakta bahwa mereka beda kelas menguntungkan Kyuhyun hingga dia tidak perlu bertemu terus-menerus dengan Kibum.

Saat Kibum bertanya ada apa dengannya, Kyuhyun hanya menjawab bahwa dia sedang sibuk belajar untuk Ujian Kelulusan. Bahakan saat dia memutuskan untuk pindah keluar negeri setelah hari kelulusannya Kibum sama sekali tidak tau, karena Kyuhyun memang tidak memberitahunya.

Kyuhyun tau dia pengecut, tapi dia juga tidak tau bagaimana harus mengatasi perasaannya pada Kibum. Saat itu Kyuhyun hanyalah remaja 17 tahun yang baru pertama kali merasakan yang namanya jatuh cinta, dia tidak tau apapun tentang yang namanya cinta.

Kyuhyun tidak siap jika Kibum tau perasaannya kemudia dia akan menjauhi atau bahkan membencinya. Lebih baik Kibum tidak tau apapun.

Kyuhyun harus pergi untuk menata hatinya agar dia bisa melupakan Kibum. Kyuhyun berjanji dia akan kembali saat dia sudah merasa siap.

Dan disinilah Kyuhyun sekarang. Butuh waktu 10 tahun baginya untuk kembali lagi ke tempat ini. Walaupun dia tidak tau apakah dia sudah benar-benar bisa melupakan Kibum atau tidak, yang penting dia sudah mencoba.

Mata caramel lembut Kyuhyun mengitari sekitarnya. Tempat ini tidak berubah sama sekali bahkan jadi semakin indah. Tapi tetap saja masih sama sepinya seperti dulu. Hanya Kyuhyun sendirian yang ada disini... atau mungkin tidak lagi, karena Kyuhyun melihat seorang anak kecil yang sedang berlari dengan tawa bahagia yang terdengar dari bibirnya. Sepertinya dia sedang mengejar kupu-kupu yang terbng didepannya itu.

Kyuhyun tersenyum, dia juga seperri itu saat masih kecil dulu. Berlari kesana kemari sambil tertawa riang tanpa mempedulikan sekitarnya. Berakhir dengan dia yang selalu -

"BRUKK!"

-terjatuh.

Kyuhyun cepat-cepat berlari mengahmpiri anak itu dan membantunya berdiri. "Kau tidak apa-apa?"

Tidak ada jawaban, anak itu hanya menunduk dan menggigit bibirnya. Kyuhyun mengikuti arah tatapan mata itu dan dia terkejut. Lutut anak itu terluka dan mengeluarkan darah, dia pasti sangat kesakitan.

Tanpa bicara apa-apa lagi, Kyuhyun langsung menggendongnya ke bangku taman dan mendudukkannya diapangkuannya.

"Apakah ini sakit?"

Kyuhyun bertanya dengan khawatir, ditiupnya luka dilutut itu. Anak kecil itu hanyak mengangguk, sepertinya dia sangat kesakitan hingga tidak menjawab pertanyaan yang Kyuhyun ajukan.

Kyuhyun menghela napas, dibawahnya tubuh mungil itu ke pelukannya dan diusapnya rambut cokelat halus itu.

"Tidak apa-apa, menangislah. Tidak baik jika kau terus menahannya. Kau bisa menangis didepanku, aku tidak akan membiarkan orang lain melihatnya. Aku janji."

Kyuhyun mengatakan itu karena dia merasa anak didepannya ini tipe introvert, dia pernah bertemu dengan anak yang seperti ini dulu saat masih kecil. Dan benar saja, Kyuhyun bisa mendengar suara isakan pelan juga baju bagian depannya yang basah. Mereka terus dalam posisi itu selama beberapa menit.

Kyuhyun merenggangkan pelukannya saat dirasa anak itu sudah mulai tenang, tangannya terangkat untuk mengusap bekas air mata dipipi chubby nya. Kyuhyun tersenyum tipis, anak didepannya ini tertanya punya wajah yang sangat manis. Kyuhyun baru sadar itu setelah melihatnya dengan jelas.

Tangan Kyuhyun menyibak poni didahi itu, kemudian dia memberikan kecupan singkat disana.

Membuat anak dipangkuannya itu cepat-cepat memegang dahinya dan menatap Kyuhyun dengan ekspresi terkejutnya yang lucu. "Apa yang kau lakukan?"

Kyuhyun nyengir. "Aku baru saja menciummu agar rasa sakitnya hilang. Itu biasanya cukup ampuh."

"Eoh? Daddy juga melakukan itu saat aku terluka dan dia juga mengatakan hal yang sama denganmu." Kyuhyun dapat melihat mata cokelat itu menampilkan binar indahnya saat dia berbicara. "Siapa namamu?"

Kyuhyun tertawa. Anak didepannya ini benar-benar lucu, dia seolah sedang berbicara dengan temannya daripada orang yang lebih tua darinya. Apa semua anak di Korea sekarang juga seperti ini?

"Kau bisa memanggilku Kyuhyun."

"Wah, kita bahkan memiliki nama yang hampir sama." Mata cokelqt itu kembali berbinar.

"Memangnya namamu siapa?"

"Namaku -"

"KIHYUN!"

Kyuhyun menoleh, sepertinya tadi dia mendengar seseorang berteriak. Tarikan pelan dibaju kaos nya membuat Kyuhyun harua kembali menoleh.

"Itu namaku. Kihyun." Anak kecil bernama Kihyun itu tersenyum manis pada Kyuhyun, kemudian dia menoleh ke belakang dan berteriak. "DADDY AKU DISINI!."

Beberapa saat setelah teriakan cempreng itu terdengar, Kyuhyun dapat melihat seorang pria sedang berlari ke arah mereka, sepertinya dia ayah anak ini.

Kyuhyun menyipitkan matanya, dia tidak dapat melihatnya dengan jelas karena matanya yang sedikit bermasalah. Kyuhyun terhenyak, matanya yang tadi menyipit sekarang teelihat membulat saat dia dapat melihat wajah itu dengan jelas.

Kyuhyun kenal pria itu, bahkan sangat kenal. Dia adalah alasan kenapa Kyuhyun pergi dan juga alasan kenapa Kyuhyun kembali.

"Kibum."

"Kyuhyun."

Kedua belah bibir itu berucap bersamaan, iris beda warna itu saling menatap. Berbagai macam perasaan berkecamuk dihati kedua nya dan itu terpampang jelas ditatapan mata itu.

Kyuhyun memang berharap dia bisa bertemu dengan Kibum tapi tidak secepat ini. Apa yang akan kau lakukan jika kau bertemu kembali dengan cinta pertamamu yang hancur?

.

TBC

.

HAPPY DECEMBER CERIA KIHYUN XD