Siang itu cuaca begitu cerah, menggiring orang untuk berada di luar walau hanya sekedar duduk santai di bangku taman. Dan Sung Min, yang menyendiri di tengah hiruk pikuk keramaian menikmati cuaca yang tersaji, dengan sebuah buku di tangan. Duduk di tribun penonton tanpa pemain di tengah lapangan.
Rambut hitamnya yang tegerai sesekali berkibar terbawa semilir angin, namun ia tetap dalam kebisuan yang dibuatnya sendiri. Sung Min hampir mencampai tengah halaman saat suara berisik datang dari pintu masuk. Ia menoleh dan mendapati gerombolan gadis cheerleader memasuki lapangan indor, seketika itu pula Sung Min menutup bukunya. Sudut matanya melirik gadis-gadis yang telah siap dengan pakaian latihan mereka saat ia bersiap beranjak dari tempatnya.
Sung Min berjalan dengan perlahan menyususri pinggir lapangan menuju pintu ke luar saat bisik-bisik di belakangnya terdengar. Sung Min tak perlu menoleh apalagi berbalik untuk memastikan topik apa yang mereka angkat, karena itu hanya akan membuang-buang waktunya.
.
.
Miss Invisibble
.
.
©Jejae Present
.
.
Cho Kyu Hyun
Lee Sung Min
.
.
Romance / Chapter
Songfiction
.
.
Warning!
GS! (Gender Switch), Typo(s), OOC! (Out Of Caracter)
.
.
Disclaimer: SJ's member are belong to their self, GOD, and family.
But the storuline is MINE!
.
.
Don't Like, Don't Read!
And Don't be Silent Reader^^
.
.
.
Chapter 1
(Alone)
.
.
.
Suasana kantin begitu ramai saat Sung Min berjalan menuju antrian. Tangannya terulur meraih nampan dan siap mengambil beberapa potong daging asap dan salad juga buah. Sesekali ia melirik ke sekeliling, memastikan apakah masih ada tempat untuknya duduk sekedar mengisi perut setelah berkutat dengan lembaran kertas ujian harian. Sung Min telah mengambil bagian akhir dari menu makan siangnya saat ia berhasil menemukan tempat kosong di dekat tanaman hias, tidak terlalu pingir tapi juga bukan tengah ruangan.
Sung Min melangkah hati-hati di antara meja-meja kantin, takut-takut bila saja ada diantara mereka yang duduk dengan sengaja menjulurkan kakinya saat ia lewat dan membuatnya menanggung malu, walau kenyataannya hal seperti itu tidak pernah terjadi—untuk saat ini. Dan seperti yang sudah di harapkan, Sung Min berhasil sampai pada meja tanpa tumpahan makanan atau tawa olok-olok yang menemaninya. Jadi dengan nafas lega yang dihembuskan perlahan Sung Min mengambil duduk setelah menaruh nampan makanan miliknya.
Sung Min tersenyum tipis sebelum mengangkat sumpit dan menikmati daging asap dan semangkuk sup kimchi juga salad buah, menikmati dengan perlahan tiap gigit dari makan siangnya. Ia tengah berada di tengah acara makan siang saat suasana kantin semakin ramai—walau beberapa orang telah meninggalkan meja yang mereka gunakan, saat seseorang mengintrupsinya dengan sebuah suara.
"Maaf, bisakah kau berbagi meja dengan kami?"
Sung Min menaikan wajah dari nampan miliknya. Matanya hampir melotot—sebelum ia mampu mengendalikan diri dengan baik, saat ia melihat siapa yang berbicara padanya. Seniornya yang berada di kelas XII A-II. Salah satu siswi populer yang merupakan ketua Klub Dance kebanggaan sekolah mereka.
"Te-tentu saja Hyu, eum... maksudku Eun Hyuk Sunbae-nim " Sung Min menjawab terbata menyadari fakta di hadapannya, juga melihat siapa saja di belakang Eun Hyuk membuatnya tak berani mengangkat wajah lebih lama.
Sung Min memperhatikan bagaimana Eun Hyuk dan kedua temannya menyeret kursi yang tersisa, Eun Hyuk mengambil duduk di sampingnya sementara kedua temannya—Jae Joong dan Jun Su, duduk di hadapan dirinya dan Eun Hyuk. Ia mengira-ngira keberuntungan apa yang menghampirinya hari ini sehingga ketiga diva sekolahnya menghampirinya dan memintanya berbagi meja. Sung Min tanpa sadar memperhatikan sekeliling, beberapa tempat sebenarnya masih tersisa kursi kosong dan meskipun Eun Hyuk atau kedua temannya meminta salah satu diantara mereka untuk berpindah tempat sudah pasti bukan hal yang tidak mungkin.
"Kau baik-baik saja?"
Sung Min refleks menoleh ke arah Jae Joong. "Ye?"
"Kau terlihat tidak nyaman, apa kau merasa kebeatan dengan keberadaan kami?" Sung Min mengerjapkan matanya dua kali lebih cepat saat mendengar penuturan Jae Joong, namun belum sempat ia membuka mulut untuk menyangkal Eun Hyuk sudah mendahuluinya.
"Abaikan saja Jae Joong-ah, kalau dia merasa keberatan itu sudah terlambat."
Jae Joong meringis kesal mendengar ucapan tajam Eun Hyuk, malu-malu ia melirik ke arah Sung Min yang terlihat menundukan wajahnya. "Maafkan dia eum.. siapa namamu?"
"Lee Sung Min, sunbae"
"Ah ya, maafkan dia ya Sung Min-ah."
Sung Min menyunggingkan senyum tak enak, buru-buru ia menggeleng melihat Jae Joong harus repot-repot meminta maaf padanya atas nama Eun Hyuk. Sebenarnya ia sudah mendengar dari bisik-bisik banyak orang jika Eun Hyuk bukanlah orang yang senang beramah-tamah pada orang yang belum ia kenal, sekalipun itu adalah adik kelas atau bahkan teman satu angkatannya sendiri. "Tidak! Tidak! Aku tidak keberatan sunbae, hanya saja… rasanya aneh kalian tidak berada di ruang khusus." Sung Min berucap lirih.
"Ah itu~" Jae Joong menggaruk tengkuknya canggung. Ia tidak benar-benar memiliki jawaban yang pas untuk diberikan kapada gadis kelinci di hadapannya itu. Mungkin gadis itu hanya merasa canggung harus berbagi tempat dengan mereka yang biasanya menggunakan ruangan khusus yang bersebelahan dengan kantin, ruang makan khusus untuk siswa VIP.
"Itu karena Hyuk Jae sedang kesal dengan pangeran ikannya yang genit itu dan dia sedang tidak ingin dekat-dekat dengannya." Jun Su, Kim Jun Su berbaca begitu lancar di sela kunyahannya, mengabaikan delikkan galak Eun Hyuk karena gadis paling mungil di antara ketiganya itu menyebut nama aslinya di hadapan adik kelas asing dan membeberkan masalahnya dengan Dong Hae sang kekasih.
TAK!
Tak hanya Sung Min, namun hampir seisi kantin menoleh ke arah yang ia pandang saat suara keras dari sumpit yang beradu dengan dasar meja. Sung Min meringis dalam hati, merutuki dirinya yang mengajukan pertanyaan yang tidak perlu. Tapi sekalipun itu bukan Sung Min sudah tentu pertanyaan yang sama akan diajukan juga, mengingat kebiasaan ketiganya juga tatapan keingin tahuan yang besar dari penghuni kantin yang lain.
"Kalian berdua." Eun Hyuk menunjuk Jun Su dan Sung Min bergantingan dengan pandangan tidak suka. "Kalian merusak selera makanku." Lalu setelahnya gadis ketua klub dance itu mendorong kursi dengan sangat keras dan beranjak dari kenting dengan langkah kesal yang kentara, meninggalkan bisik-bisik lain yang terdengar jelas ke penjuru kantin. Tentang kemungkinan yang dibenarkan begitu saja jika Sung Min lah penyebab Eun Hyuk meninggalkan kantin dengan langkah kesal dan umpatan yang entah tentang apa.
"Jangan kau pedulikan dia, juga mereka yang tidak punya kerjaan." Lagi-lagi Jun Su berkomentar kelwat santai menanggapi kepergian Eun Hyuk dan suara yang makin terdengar nyaring di sekitar mereka.
"Maafkan aku sunbae." Sung Min berucap penuh penyesalan, biar bagaimana pun ia merasa itu adalah salahnya.
"Sudahlah, lanjutkan makanmu." Jae Joong berucap menenangkan dengan senyum manis terukir di bibir merah mudanya, tangannya terulur mendorong nampan makan Sung Min, memberi gestur pada gadis kelinci itu untuk melanjutkan makannya. "Dan kalian!" Jae Joong berucap nyaring, menghentikan suara riuh bisik-bisik sesaat lalu. "Jangan berbicara saat makan atau mungkin saja kalian akan tersedak sumpit, mengerti?"
Lalu untuk sesaat suasana menjadi hening, Jae Joong menggeser kursinya dan melanjutkan makan siang dan bersamaan dengan itu seisi kantin terkecuali mereka yang berada di meja Sung Min kembali meraih peralatan makan atau hal lain kecuali membicarakan Sung Min dan hal yang berhubungan dengan kepergian Eun Hyuk sesaat lalu, karena sekalipun Jae Joong berbicara dengan tidak menaikan volume suaranya namun itu tidak menjamin jika sesuatu yang buruk tidak akan terjadi pada mereka, terlebih mengingat siapa kekasih dari gadis bermata doe tersebut.
.
—oOo—
.
Sung Min berjalan seorang diri menyusuri koridor panjang di lantai dua menuju kelasnya—XI B-I, saat beberapa orang gadis yang ia kenal sebagai teman sekelasnya melintas melewatinya. Dengan beberapa buku di tangan masing-masing, mengobrol di sela langkah mereka sambil sesekali tertawa. Sung Min berbalik dan menatap bingung ke arah mereka yang melewatinya begitu saja seperti ia tak ada, Sung Min yakin setidaknya seorang dari mereka yang berjalan sedikit lebih di belakang melihat ke arahnya namun hanya beberapa detik sebelum berpaling darinya.
Dengan sebuah tanda tanya Sung Min kembali melanjutkan langkahnya hingga hampir mencapai pintu kelas, namun lagi-lagi beberapa orang—yang sebenarnya teman sekelasnya, melewatinya begitu saja. Sung Min kembali berbalik, memperhatikan dalam diam punggung-punggung yang menjauh darinya. Apakah Guru Song tidak hadir?, monolog Sung Min dalam hati.
"Sung Min-ah?" Sung Min tersentak dan refleks menoleh saat seseorang memanggil dan menepuk pundaknya. Mendapati jika seseorang tersebut adalah ketua kelasnya, Kim Jong Woon.
"Apa tidak ada yang memberi tahumu?"
"Tentang apa?" Sung Min bertanya bingung dan di hadiahi senyum tipis dari lelaki di hadapannya.
"Guru Song meminta kita ke ruang multimedia, kita akan praktik. Ini sangat mendadak jadi—"
"Tidak apa-apa Jong Woon-sii, terimakasih memberi tahuku." Sung Min memotong cepat perkataan Jong Woon saat mendengar nada menyesal dari suaranya. Itu bukan salah Jong Woon jika ia tidak mengetahui pengumuman mendadak seperti ini, salahnya yang terlalu lama menghabiskan waktu di perpustakaan setelah makan siang, berpikir jika ia masih memiliki banyak sisa waktu sebelum mata pelajaran berikutnya.
Sung Min telah beranjak dan hampir melewati pintu saat Jong Woon sekali lagi menyerukan namanya dan meminta Sung Min untuk membawa buku yang dibutuhkan. Dan dengan ucapan terimakasih yang samar namun masih bisa di dengar Sung Min bergegas masuk ke dalam kelas dan mengambil buku-bukunya, sementara Jong Woon melanjutkan langkah menuju ruang multimedia.
Lalu dalam kecepatan luar biasa yang pernah Sung Min punya dan lakukan, ia setengah berlari menuju ruang multimedia. Ia harus melakukan itu atau bahkan jika bisa ia akan berteleportasi menju ruangan tersebut, bukan karena ia takut dengan Guru Song yang cukup disiplin—mungkin sedikit, dan mendapatkan hukuman atas keterlambatannya, namun lebih karena ia tak ingin teman satu kelasnya yang lain juga mendapatkan hukuman atas kesalahan yang tidak mereka lakukan.
Di beberapa minggu sebelumnya Guru Song pun memberikan hukuman kepada kelas mereka karena salah satu teman Sung Min tak membawa buku catatan, padahal mereka memiliki banyak halaman untuk di catat sebagai materi tambahan yang akan menjadi acuan tugas mereka sebelumnya, karena itu Guru Song memberikan hukuman kepada mereka untuk berdiri dengan satu kaki selama dua puluh menit. Berbaris mengitari ruangan dengan satu kali di naikkan dan kedua tangan menjewer telinga selama dua puluh menit bukanlah pekerjaan yang ringan, sekalipun dikerjakan bersama-sama.
Sung Min sampai di depan pintu ruang multimedia—yang berada di lantai satu, dengan nafas tersengal-sengal. Tangannya terulur hampir meraih gagang pintu bertepatan dengan seseorang yang membuka pintu dari dalam. Sung Min terkesiap begitu juga dengan seseorang di depannya. "Masuklah Sung Min, dan kerjakan seperti yang mereka kerjakan. Waktumu tersisa empat puluh lima menit karena kau terlambat, mengerti?"
"Ya, sonsaengnim." Sung Min menyahut dengan wajah tertunduk dan kerutan di keningnya menemui sikap aneh gurunya yang hanya memintanya mengerjakan tugas walau dengan waktu yang lebih sedikit dari yang lain, tapi tetap saja itu seperti seseorang yang begitu menggemari makanan manis tiba-tiba menjadi anti dengan gula, karamel atau bahkan cokelat.
Sung Min melirik dari sudut matanya saat Guru Song berjalan melewatinya, lalu sesaat kemudian ia mengalihkan pandangannya pada seisi ruang multimedia yang muali terlihat riuh karena beberapa teman laki-lakinya yang mulai berkeliling menggoda gadis-gadis. Sung Min berjalan memasuki ruangan dan tanpa sengaja matanya menangkap sosok ketua kelas yang memberikan gestur agar ia mendekati lelaki itu.
"Kertas materimu." Jong Woon menyodorkan satu bendel materi ke hadapan Sung Min bahkan sebelum gadis itu bisa membuka mulut untuk bertanya.
"Hmm... terimakasih." Sung Min bergumam lirih seraya menerima lembaran kertas di hadapannya.
"Itu berisi materi untuk tugas hari ini dan sisanya bisa di kerjakan di rumah, kau harus membuatnya dalam bentuk soft copy dan kumpulkan padaku sebelum Hari Selasa."
"Baiklah, terimakasih Jong Woon-sii."
"Ya, sama-sama."
"Hmm... Jong Woon-sii?" Sung Min memanggil dengan nada ragu saat Jong Woon berbalik dan hampir melangkah menuju tempatnya.
"Ye?" Jong Woon berbalik dan memperhatikan bagaimana gadis yang paling irit bicara di kelasnya itu terlihat ingin mengatakan sesuatu. "Apa kau ingin mengatakan sesuatu?"
"Ah, itu..." Sung Min hampir membuka mulutnya untuk mengatakan kata selanjutnya, namun tertahan kembali di bibirnya, dan itu membuat Jong Woon gemas sendiri. Ia harus mengerjakan tugasnya dengan cepat karena ia telah kehilangan banyak waktu.
"Sung Min-ah, apa yang ingin kau katakan? Maaf tapi aku juga harus mengerjakan tugasku."
Sung Min tersentak dengan perasaan tak enak mendengar ucapan dari ketua kelasnya yang hari ini telah membantunya. "Itu, eum.. kenapa Guru Song tidak marah padaku? Maksudku, biasanya dia—"
"Sudahlah." Jong Woon menyela cepat. "Hal seperti itu tidak perlu kau pikirkan, oke?" Jong Woon melanjutkan, menepuk sekilas pundak Sung Min dan segera beranjak.
Sementara Sung Min, ia tersenyum tipis memandang punggung Jong Woon dan mulai menuju tempatnya. Ia berada beberapa puluh sentimeter dari tempatnya saat Jessica memanggilnya. "Maaf tadi kami.." Gadis itu melirik ke arah teman-teman gadisnya yang lain sebelum kembali pada Sung Min. "Melewatimu begitu saja dan tidak memberitahumu tentang praktik mendadak ini." Lanjutnya setengah hati.
Dan Sung Min menjadi pihak yang harus memaklumi, karena ia tidak ingin memiliki urusan lebih dengan Jessica dan kawan-kawannya. "Tidak apa-apa." Sung Min menarik sebuah senyum di wajahnya lalu segera mengambil duduk dan membuka buku juga kertas materi yang dibutuhkan. Namun tidak lama terdengar suara bisik-bisik yang nyaring—sebenarnya, membicarakan tentang Sung Min.
"Aku tak percaya kau benar-benar melakukannya?" Teman Jessica yang memiliki tubuh lebih mungil berbisik di antara gerombolan mereka.
"Kau tidak ingat ancaman Jong Woon? Kalau bukan karena ancaman kepala besar itu yang tidak akan mau menerima tugas kali ini aku juga tidak akan meminta maf padanya." Jessica menimpali. Dan salah satu dari mereka yang juga Sung Min kenal menyahut jika hal itu bukanlah salah mereka jika Sung Min saja sulit dicari di saat-saat genting seperti itu.
Sung Min menghela dan menghembuskan napas perlahan dari mulutnya, menulikan telinganya dari pembicaraan yang akan melebar kemana-mana dari gadis-gadis yang duduk di hadapannya. Sebenarnya Sung Min tidak memiliki masalah pribadi yang serius dengan mereka atau selah satu diantaranya, hanya saja—seperti itu adalah identitas atau hal yang telah menjadi kepribadian dari mereka, mereka tidak senang di repotkan atau dibebani sasuatu hal atas diri orang lain, bahkan jika itu adalah hal yang kecil. Dan jika mereka sampai memiliki masalah karena hal itu, mereka akan terus membicarakannya seperti itu adalah berita terpenting yang tengah terjadi di Korea.
.
—oOo—
.
Semburat jingga keunguan mewarnai gumpalan awan yang berarak, menerpakan cahayanya pada tiap-tiap apa yang berada di bumi. Senja melambai dan Sung Min masih bergeming di sudut taman, terduduk dalam lamunan yang entah apa sambil terus memandangi hamparan rumput hijau. Jam kegiatan belajar mengajar telah usai sejak puluhan menit yang lalu, namun Sung Min masih enggan beranjak dari sana. Menikmati hambusan angin yang menerpa setelah mungkin harus bersusah payah menerobos bangunan Jeonghan Senior High School.
Bangunan super megah untuk ukuran sebuah sekolah bertaraf internasional, dengan fasilitas, tenaga pengajar, infratruktur yang super lengkap, diisi hanya oleh anak-anak dari kalangan menengah atas. Mengatas namakan sebuah kebutuhan atas pendidikan terbaik yang harus dimiliki putra-putri mereka di jaman serba modren, membuat para orangtua terkadang menjadikan donasi yang mereka gelontorkan untuk sekolah tersebut sebagai alat ukur kemampuan finansial nama keluarga, berimbas pula pada tingkag laku dan pola pikir dari anak-anak mereka.
Dan Sung Min adalah salah satu anak yang beruntung bisa berada di sana. Ia bukanlah seorang siswa beasiswa, karena sekalipun ia memang pintar dalam beberapa mata pelajaran ia tidak akan mungkin mampu bersaing dengan ribuan orang untuk lolos dan diterima di Joenghan Senior High School. Dan meskipun Sung Min berasal dari keluarga yang lebih dari cukup, tidak ada satu orang pun—kecuali kepala sekolah dan dewan komite, yang mengetahui latar belakang keluarga gadis bermarga Lee tersebut.
Sung Min ingat hari pertama menginjakan kaki di Jeonghan Senior High School, Kamis berawan yang menyenangkan. Itu semester ganjil di tahun ajaran baru, Sung Min adalah murid pindahan, darimana tidak ingin ia katakan. Ia mencoba berbaur dengan beberapa orang dalam kelasnya, membiasakan diri dengan usaha keras lebih dari yang pernah ia lakukan sebelumnya dan usahanya gagal hanya dalam waktu dua minggu. Harapan baru di tempat yang baru sepertinya tidak cocok untuknya, jadi ia memutuskan untuk menyudahinya begitu saja hingga kini kesendiriannya berjalan dua bulan.
Sebuah dering ponsel mengembalikan Sung Min pada kenyataan di hadapannya, bahwa senja hampir berganti malam. Ia meraih smartphone miliknya yang masih berdering dan menampilkan sebuah nomor yang sangat dihafalnya, menggeser ikon penerima panggilan. Sebuah suara yang menyiratkan kekhawatiran terdengar nyaring saat Sung Min baru saja mendekatkan ponselnya ketelinga, bahkan gadis itu belum mengucapkan satu patah katapun.
"Ya bu, aku akan pulang sekarang." Sung Min menyahut kalem dan sambungan terputus begitu saja setelah ibunya mengatakan ia akan menunggu anak gadisnya untuk pulang ke rumah dengan segera.
Sung Min memandang langit sejenak sebelum ia mengambil langkah untuk pergi dari sekolahnya. Berjalan ke arah barat dan masih harus menyusuri koridor lantai satu, tempat siswa kelas X C-I sampai IV juga X D-I sampai IV mengikuti kegiatan belajar mengajar setiap harinya. Dan ia masih harus melewati ruang di dekat lobi, dan lapangan taman depan yang luasnya hampir seperti lapangan sepak bola hanya saja memiliki kolam air mancur besar di tengahnya dan tanaman-tanaman hias juga beberapa pohon yang menjadikannya rindang, juga tanah yang dilapisi paving blok. Mengingat jarak yang harus ia tembuh untuk sekedar ke luar dari gerbang membuat Sung Min mendesah lelah bahkan sebelum ia mengambil langkah.
Sung Min menggendong tas ransel soft pink miliknya, berjalan sedikit lebih cepat dari biasanya guna mengurangi waktu tempuhnya. Berjalan melewati koridor dan lobi yang telah kosong, Sung Min menghentikan langkahnya sejenak saat sepatunya menginjak sesuatu. Selembar kertas bertuliskan identitas lengkap seseorang juga sebuah foto di pojok kiri bawah.
"Jamsiman gidariseyo!"
Sung Min menaikan wajahnya dan mendapati seorang gadis yang mungkin seusia dengannya berlari menuju ke arahnya.
"Maaf, sepertinya itu milik saya." Gadis itu berbicara dengan napas tersengal-sengal begitu berhasil mencapai Sung Min.
"Silahkan." Sung Min mengulurkan kertas di tangannya dan disambut dengan helaan napas lega dari gadis di hadapannya.
"Terimakasih." Gadis itu tersenyum begitu manis dan tulus, yang mau tak mau menular pada Sung Min. Sung Min mengembangkan senyumnya dan membungkuk sekilas sebelum beranjak pergi. Meninggalkan gadis yang baru ditemuinya dengan pandangan bingung dan lega secara bersamaan.
.
.
To be continued
.
.
.
Hi hi, saya kembali \(^,^)/
Ada typokah di atas?
Sesuai janji saya sebelumnya saya membawa cerita baru. Cerita ini terinspirasi dari lagu yang dinyanyiin oleh Taylor Swift dengan judul yang sama. Mudah-mudahan memuaskan untuk yang membaca.
Saya juga mau mengucapkan terimakasih untuk yang sudah meninggalkan dichapter terakhir He Said He Won't Wait /bow/ saya tidak akan membuat sequel mungkin hanya satu chapter tambahan untuk epilognya dan itu masih dalam proses.
Ok, tolong tinggalkan jejak kalian ya untuk cerita kali ini. Saya sangat senang jika kalian mau meninggalkan komentar, masukan, ataupun koreksi atau bahkan ide^^
