Choice!
Pair: Fang x Ying & Boboiboy x Yaya
Genre: Supernatural, Romance-Humor
Disclaimer: BoBoiBoy adalah milik Animonsta, Nii hanya meminjam karakter-karakternya saja
Warning: AU, Typo, Gaje, OOC, Abal-abal, Humor gagal, Judul mungkin nggak sesuai dengan ceritanya, dll.
Happy Reading~!
RnR please?
Chapter 1 – Ordinary Day
-INTRO-
"Selamat pagi dunia!"
Hai semua! Namaku Boboiboy. Aku adalah seorang superhero elemen di Pulau Rintis dan tinggal di tempat kakekku bersama dengan robot bernama Ochobot yang kutemui sekitar empat sampai lima tahun yang lalu. Banyak pengalaman yang telah kulalui sebagai superhero. Dimulai dari melawan alien-alien jahat yang datang ke bumi, sampai menjelajahi galaksi. Tapi kini, aku memutuskan untuk kembali menjadi seorang siswa laki-laki biasa di sebuah SMP di Pulau Rintis.
Heroine-ku setelah semua, tentu saja Ya-
"Heh! Boboiboy! Apa-apaan malah kau yang narasi?!" protes Fang memotong narasi panjang Boboiboy dengan mengetuk kepala cowok itu dengan lembaran naskah.
"Memangnya salah?! Tokoh utama serial ini kan aku!" ujar Boboiboy blak-blakan secara ketus.
"Heh! Heh! Fanfic Choose! kan sudah tamat, jangan meper-meper ke ceritaku juga dong!" tukas Fang lagi.
"Apaan sih? Mau fanfic Choose! tamat, kan ini sequel-nya! Jadi aku bebas bernarasi semauku dong!" kata Boboiboy.
"Sayang sekali dugaanmu salah, Boboiboy." Fang membenarkan posisi kacamatanya. "Sequel dari fanfic Choose!, yaitu Choice! akan lebih berfokus di antara aku dan Ying. Menggantikan kalian yang jadi main pairing di fanfic Choose!" jelas Fang sambil membusungkan dada sombong.
"Ugh-!" Boboiboy mingkem. Merasa tidak terima. "Ja-Jangan seenaknya ya! Pokoknya lihat aja! Aku dan Yaya bakal mesra-mesraan lebih banyak biar bisa kembali jadi main pairing di fanfic ini!"
"Boboiboy! Aku dengar lhoo!" teriak Yaya entah darimana membuat bulu kuduk Boboiboy merinding kemudian cowok itu nyengir kuda.
"Nah, nah, lihat kan? Jadi menyerahlah untuk merebut posisi peran utama dariku kali ini!" ucap Fang songong.
"Huh! Iya deh iya. Main pairing apaan. Cewekmu aja sampai sekarang nggak kelihatan. Kemana tuh dia?"
"Hah!" Fang baru ngeh. Ying, gadisnya dari tadi belum juga kelihatan. "Yingg! Kau dimana! Aaaaakhhh!" Cowok berambut acak-acakan itu segera ngacir mencari gadisnya tersayang. "Entah kenapa firasatku buruk…"
"Entah kenapa aku dilupakan." Gopal pundung sendiri di pojok ruang siaran.
-START!-
Pagi yang cerah. Hari yang baru, artinya juga awal yang baru! Tapi entah kenapa kecerahan pagi ini tidak mampu mencerahkan suasana hati gadis berambut hitam kebiruan berkepang dua kebawah dan memakai bando biru-kuning itu. Ia berjalan menuju sekolahnya dengan lesu.
Seseorang menepuk bahunya. Tangannya besar, tidak mungkin seorang gadis memiliki tangan sebesar itu. Berarti jawaban yang memungkinkan adalah…
"Fang."
"Pagi." sapa cowok yang bernama 'Fang' itu sambil tersenyum tipis. Ying ikut membalas senyuman cowok itu.
"Pagi juga." balasnya disertai senyuman manisnya yang pasti membuat jantung cowok itu berdebar-debar.
Mereka berdua berjalan beriringan menuju kelas sambil sesekali mengobrol santai tanpa menghiraukan cemoohan ataupun tatapan tidak percaya dari para penggemar Fang atau Fang FC yang masih tidak terima bahwa cowok itu sudah menjadi milik seseorang ataupun suitan para fangirl yang sudah menjodoh-jodohkan kedua orang itu sejak lama (Authornya termasuk).
"Cieee … pagi-pagi udah mesra aja nih," celetuk Gopal saat Fang melintas di sampingnya.
"Iya dong. Makanya cepat cari cewek. Jangan tiru Boboiboy. Lihat aku dong!" ujar Fang songong sambil membusungkan dada.
"Eh! Enak aja!" Boboiboy yang duduk mejanya yang berada tepat di depan meja Fang mencibir.
"Halah, itu sama aja. Boboiboy biar jomblo kan sudah ada calonnya," Gopal balik mencibir saat Boboiboy hanya nyengir dengan muka merah. Beruntungnya Yaya sedang ada urusan di Klub Matematikanya pagi ini, jadi tidak mendengar percakapan gaje tiga sekawan itu.
Jam pelajaran pertama Olahraga. Gurunya tentu saja the bestie, Pak Guru Papa Zola. Entah kenapa guru yang satu ini ngikut terus setiap Boboiboy dkk naik kelas atau ke jenjang yang lebih tinggi. Di tingkatan itu juga dia mengajar. Begitu ditanya, dia menguasai seluruh materi Matematika dan Olahraga, jadi hal itu tidak masalah baginya, membuat semua orang sweatdrop berjamaah dan mikir kenapa pak guru yang satu ini nggak langsung ngajar ke SMA aja, atau sekalian jadi dosen gitu, pakai ngikut perkembangan Boboiboy dkk segala.
"Semuanya! Hari ini kita akan memulai materi olahraga kita yang baru!" serunya lantang.
"Olahraga apa Pak?"
"RENANG!"
"Renang?"
"Yaa … benar sekali!" ujar Papa Zola. "Kemarin setelah sekolah direnovasi besar-besaran dengan biaya dari beberapa sumber, kami juga membuat sebuah kolam renang yang luas untuk pelajaran olahraga!"
Perkataan Papa Zola langsung membuat mata para murid berbinar-binar.
"Jadi kami bisa pakai kolam itu duluan Papa?!" tanya Gopal sambil memasang mata puppy eyes andalannya.
"Ck ck ck … tentu tidak …"
"Haaahh?"
"Kalian harus terlebih dulu … MEMBERSIHKAN KOLAMNYAAA!"
"Ini sih namanya bukan pelajaran berenang! Tapi bersih-bersih kolam!" Boboiboy mencak-mencak saat sedang menggosok pinggiran kolam yang penuh debu keramik yang baru saja dibersihkan.
"Jangan banyak protes! Setidaknya kita diberi hak istimewa untuk menggunakannya pertama kali saat sudah selesai membersihkannya!" ucap Yaya yang tekun dalam tugasnya.
"Iya kalau stamina untuk berenangnya masih ada. Nih kolam airnya aja belum ada! Nunggu ngisi airnya sampai penuh itu makan berapa waktu sih? Mikir dong, Sayang!"
"Hei! Tadi kau bilang apa?!" Mata Yaya memicing. "Lagian mana ada ngisi air ke kolamnya lama. Masa kau lupa?"
"Lupa apa?"
"Ini anak, sama diri sendiri aja lupa. Kan ada Boboiboy Air!"
Di saat Boboiboy dan Yaya masih asyik berdebat, Gopal masih misuh-misuh mengerjakan tugas mereka, Fang dan Ying tumben-tumbennya stay calm. Masih sambil membersihkan kolam, namun diam-diam saja, tidak ribut seperti biasa. Membuat orang-orang di sekitar heran, kok bisa sifat kedua pasangan ini ketuker?
Setelah setengah jam anak-anak kelas IX-J membersihkan kolam dan mengisi airnya dengan bantuan sang superhero elemen, yaitu Boboiboy Air. Memang susah sih, ngebujuk si pemalas satu itu buat kerja, tapi setelah disogok dengan selusin special ice chocolate Tok Aba disertai ancaman akan disumbat biskuit Yaya, akhirnya Air mau juga mengisi air kolam dengan tulus, ikhlas, dan tentunya tidak pamrih.
"Sekarang saatnya … BERENAAANGG!" Bubuhan cowok-cowok langsung dengan santainya melepas baju mereka dan langsung lompat ke dalam air, tidak memedulikan jejeritan para anak gadis yang nggak kuat melihat roti-roti (?) mereka.
"Gyaaa! Boboiboy! Ganti baju di ruang ganti kenapa! Jangan langsung main buka-buka gitu!" Yaya protes saat Boboiboy melempar kaus olahraga miliknya ke arah Yaya dan gadis itu dengan cekatan langsung menangkapnya. Gadis itu buru-buru menutup wajahnya dengan tangan, menolak melihat pemandangan 'wow' di depannya.
Hal yang serupa juga terjadi pada Ying. Bedanya gadis itu hanya terkejut dan merengut kecil. Tidak mengeluarkan omelannya yang biasa. Yaya memiringkan kepalanya heran melihat tingkah sahabat baiknya itu.
"Ying, kau sakit? Nggak enak badan?" tanya Yaya saat mereka berdua duduk di kursi plastik di pinggir kolam.
"Nggak … Nggak kok. Kenapa?" Ying malah balik bertanya.
"Kau menolak untuk ikut berenang."
"Tapi kau juga sama."
"Aku punya alasan yang tepat untuk itu. Tapi kau sedang tidak dalam kondisi yang sama sepertiku. Benar kan? Seharusnya kau baru tidak boleh berenang minggu depan menurut siklusmu," analisis Yaya.
Ying terdiam. Gadis itu menggigit bibirnya.
"Kalau kau tidak sedang sakit ataupun itu, kenapa kau menolak untuk berenang? Padahal kau sangat senang berolahraga," tukas Yaya lagi.
"Bukan apa-apa. Cuma lagi malas kok, benar." Ying memaksakan diri tersenyum. Yaya menatap gadis itu kecewa.
Akhirnya Yaya menghela napas dan memutuskan untuk mengakhiri topik pembicaraan ini.
"Baiklah. Tapi kalau ada apa-apa, jangan ragu untuk cerita padaku ya," Yaya tersenyum simpul. "Ngomong-ngomong sudah sejauh apa hubunganmu dengan Fang?"
Blush!
"A-A-Apa katamu? Ng-Nggak seperti yang kau pikirkan kok! Yaya, kau nggak mikir yang aneh-aneh kan?" tuding Ying dengan muka merah.
Yaya tertawa kecil. Kalau sudah menyangkut topik tentang cowok berkacamata itu, pasti Ying langsung salah tingkah. Padahal yang diomongin sedang cueknya berenang dengan gaya bebas.
"Tapi ya … selancar apa pun, tetap ada rasa takut dalam diriku. Aku takut kalau aku tiba-tiba dipanggil kembali …"
"Eh?" Yaya menyadari kejanggalan dari kalimat Ying. "Kau … dipanggil kembali? Oleh siapa?"
Ying terkejut. Refleks gadis itu memalingkan mukanya, lalu menoleh ke arah Yaya lagi, sambil berusaha mempertahankan senyumnya. Tapi jujur, itu bukan senyumannya yang biasa. Senyuman itu terlihat dipaksakan. Benar-benar senyum yang menyayat hati.
"Tidak apa-apa kok. Lupakan."
Yaya menatap sahabatnya tidak percaya.
'Aku nggak suka ini …'
"Hari ini menyenangkan ya?" ucap Fang saat dia dan Ying tengah berjalan beriringan sepulang sekolah.
Ying hanya mengangguk singkat, membuat Fang mendelik.
"Kenapa? Kau sakit? Nggak enak badan?" Fang menaruh telapak tangannya di dahi Ying yang langsung membuat gadis itu kaget.
"A-Aku nggak apa-apa!" serunya dengan muka merah.
"Hmm? Tapi sekarang dahimu malah jadi tambah panas?" tanya Fang heran.
"Aku nggak apa-apa, sungguh!" Ying melepaskan tangan Fang dari dahinya dan menggenggam tangan besar itu dengan kedua tangan mungilnya. Membuat Fang jadi salah tingkah. "Terima kasih sudah mencemaskanku."
"Ying, kau aneh deh hari ini. Nggak, bukan hanya hari ini. Belakangan ini kau selalu terlihat kalem. Sifat tsundere-mu itu seakan-akan hilang. Apa ada sesuatu yang terjadi?" Fang segera mengganti topik.
Ying menggigit bibir. Tidak mungkin ia akan menceritakan unek-uneknya pada Fang. Kalau cowok itu mengetahui semuanya, pastilah dia tidak akan sudi menatapnya lagi. Jadi Ying hanya diam dan menggeleng lemah.
"Aku nggak apa-apa. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan," ucap Ying sambil tersenyum. Tapi sama seperti tadi, itu bukan senyumnya yang biasa. Senyuman yang dibuat di tengah-tengah kesedihan yang mendalam. Siapa pun yang melihat senyum itu pasti berpikir hal yang sama. Termasuk Fang.
'Aku nggak suka … senyum itu.'
Hari itu Fang memutuskan untuk mengantar Ying sampai ke rumahnya, meski letak rumahnya dan rumah Ying berbeda arah. Tapi itu tidak masalah. Lagipula ia benar-benar curiga dengan gadisnya ini. Belakangan ini benar-benar aneh. Sifat tsundere khasnya nyaris tidak pernah muncul lagi.
"Terima kasih sudah mengantarku." ujar Ying saat mereka sampai di rumahnya. "Sudah sore. Kalau kau tidak cepat pulang nanti Abangmu mencarimu."
Fang tidak menjawab. Cowok itu menarik tangan mungil Ying dan mendekap gadis itu ke pelukannya. "Jangan dipendam sendiri. Kau bisa menceritakannya padaku kapanpun kau mau. Aku bersedia menjadi pelampiasan untuk semua masalahmu."
"Fa-Fang … aku …" Ying yang awalnya kaget, balas memeluk cowok itu. "…maafkan aku." Air mata mengalir dari pelupuk mata gadis itu.
Fang melepas pelukannya dan mengusap air mata gadis itu. "Jangan nangis. Ying yang kutahu adalah gadis yang kuat."
"Tapi … aku-!" Ying berniat menyela. Tapi saat melihat ke dalam iris cowok itu, ia mengurungkan niatnya. "…tidak jadi. Tetaplah di sisiku. Aku mencintaimu."
Setelah puas mendekap cowok itu untuk yang kesekian kalinya, Ying akhirnya menunjukkan senyum tulusnya.
"Ampun deh, harus berapa kali kupeluk sih, agar bisa mendapat senyummu itu?" Fang nyengir.
"Eh? Senyum apa?"
"Ah, lupakan. Kalau begitu aku pulang dulu ya."
"Tunggu-!" Ying menarik ujung seragam Fang. Tepat saat cowok itu menoleh ke arahnya, gadis itu mengecup pipinya singkat lalu berlari kencang menuju pintu rumahnya. "Se-Selamat tinggal!"
Fang masih speechless selama lima menit kedepan. Cowok itu menyentuh pipi kirinya yang terasa hangat. Sekejap wajahnya memerah sebelum akhirnya memutuskan untuk mengambil langkah menuju rumahnya. "Sial, kau curang, Ying."
"Selamat pagi …" Sebuah suara horor yang tidak biasa terdengar dari pintu kelas. Semua menoleh ke arah sumber suara, Fang.
"Woohooo~ pagi-pagi aja sudah murung! Memangnya ada kejadian apa semalam bro?" tanya Gopal sok akrab.
"Bukan urusanmu." jawab Fang dingin.
"Cih, mau dibantuin bukannya senang," Gopal mendesis. "Ya sudah, muram aja terus sepanjang hari."
"Gopal jangan kejam gitu dong," tegur Yaya pelan. "Tapi aku juga sama murungnya kok. Nggak tahu ya, padahal seharusnya tidak terjadi apa-apa kok."
"HAH!" Boboiboy syok. "Jangan-jangan ini yang dinamakan satu hati, satu pikiran, dan satu perasaan!" seru cowok itu ngawur. "Yaya, kau selingkuh ya?!"
Yaya mendelik. "Selingkuh sama siapa? Enak aja!"
"Fuuhh … sudah kuduga. Yaya memang tidak pernah mengkhianatiku." Boboiboy menghela napas yang dibalas Yaya dengan cibiran. "Jadi? Kenapa hari ini kau murung, Sayangku? Padahal Aa selalu disini untukmu kok."
Yaya melotot. "Aku murung bukannya memikirkanmu!"
Jlueb! Boboiboy langsung merasa tertusuk oleh seribu pedang tajam.
"…tapi aku khawatir tentang Ying," sambung Yaya lagi. "Sudah tiga hari kan, dia tidak masuk sekolah semenjak pelajaran berenang saat itu?"
"Ahh, kurasa kau benar juga. Kira-kira kemana dia?" Boboiboy baru ngeh. "Pantas, kukira apa yang bisa membuat Fang pundung gitu. Ternyata ceweknya."
"Diem lu." ucap Fang ketus lalu merebahkan kepalanya di meja.
'Ying … sebenarnya kau pergi kemana? Dan … apa maksudmu mengatakan 'selamat tinggal' tiga hari yang lalu?' Kedua manik Fang yang terhalang oleh kacamatanya menatap ke arah awan-awan yang berhamburan di langit, bergerak dengan perlahan tapi pasti.
Ia berkali-kali mencoba mengontak Ying. Bahkan saat ia ingin menelepon gadis itu pada malam setelah ia mengantarnya pulang, ponselnya sudah tidak aktif. Bukan hanya itu, telepon rumahnya juga tidak diangkat. Guru-guru pun tidak ada yang tahu keadaannya. Pastinya sedang terjadi sesuatu.
"Kita tidak tahu apa itu urusan keluarga! Kita tidak boleh ikut campur begitu saja!" larang Yaya saat Fang nekat ingin menjenguk Ying kemarin. Apa boleh buat, ia memang bukan apa-apa di keluarga Ying, setidaknya untuk saat ini/uhuk
"Jangan-jangan urusan keluarganya itu rapat membahas perjodohan Ying kali ya? Mungkin keluarganya nggak setuju kalau Ying punya hubungan sama si landak ini?"
Sial. Perkataan kejam Boboiboy kemarin juga masih terngiang-ngiang di kepalanya seperti nyamuk yang menyebalkan. Tapi ia tidak bisa begitu saja menyalahkan perkataan Boboiboy itu. Bisa jadi hal itu benar, karena kalimat terakhir yang Ying sampaikan untuknya adalah 'selamat tinggal'.
"Nggak ma-!" Tepat sebelum Fang ingin berteriak frustasi di mejanya, sebuah ledakan besar terjadi. Ruang kelas terasa berguncang.
"Apa-Apaan nihh!" seru Gopal yang sudah berlindung di bawah meja. Tempat yang paling aman saat gempa melanda.
"Nggak biasanya ada gempa kok. Kalian lupa? Kalau sekolah kita bergetar itu artinya ya … sedang diserang," ucap Boboiboy.
"Tenang banget dirimu! Ini lagi diserang lho! Ying juga lagi nggak ada! Si pegendali waktu! Penyelamat kita di saat susah!"
"Tenang saja, Yaya. Biasanya selama ini aku yang selalu membantas semua penyerang bumi kan? Kali ini pun begitu, jadi kau tenang saja. Aku yang akan melindungimu!" Boboiboy langsung melompat keluar lewat jendela.
"Boboiboy-!" Yaya langsung menyusul cowok itu.
"Jadi? Kau mau gimana, Fang?" tanya Gopal pada Fang yang masih tidak bergerak dari posisinya. "Mau mati muda?"
"Kalau Ying nggak kunjung kembali padaku mungkin yaa …" jawab Fang plin-plan.
"Heh, lembek." ejek Gopal. "Jangan mau mati karena cinta. Karena ini aku yang jomblo bisa hidup dengan bebas."
"Berisik ah." Lagi-lagi Fang menjawab asal.
Gopal menghela napas dan keluar dari bawah meja. Cowok bertubuh gempal itu menatap keluar jendela. Kedua manik matanya membulat. "FANG! Kau harus lihat ini!" Cowok itu menarik kerah baju Fang dan menunjuk keluar jendela.
"Apaan sih?!" seru Fang tidak senang, lalu dengan setengah hati dia mengikuti arah jari telunjuk Gopal. Kedua iris cokelatnya yang tertutup kacamata membulat lebar. Tidak mungkin!
"Itu ... Ying?"
~To Be Continued~
Yaaa~! Semuanyaa~! Setelah sebulan, baru Nii bisa kembali aktif di sini. Maaf, dikarenakan Ujian Semester selama dua minggu, terus mesti huru-hara kesana-kemari nambal nilai tugas, baru terealisasikan sekarang fanfic Choice! ini. Jadi … gimana menurut kalian? :3 Tolong doakan Nii sehat dan panjang umur agar terus bisa melanjutkan fanfic ini, readers Nii sekalian XD See u next chapter~ w
