"Neee, Kuroko-cchi! Ingat pukul tujuh, ssu!" seorang pemuda jangkung berambut pirang melambai sambil berlari ke arah gerbang.
"Um? Ok, Kise-kun," yang namanya disebut—Kuroko, hanya mengangguk dengan wajah datar.
"Ada apa, Tetsuya?" tanya seseorang berambut merah di sebelah Kuroko. Wajahnya terlihat menginvestigasi si pemuda rambut biru cerah.
"Oh, Kise-kun mengajakku menginap dua malam mulai malam minggu ini. Keluarganya sedang tidak dirumah."
"Hn?" si rambut merah, Akashi Seijuurou, mengangguk dan merangkul Kuroko, menemaninya berjalan pulang.
That Saturday Night
Disclaimer: KUROKO NO BASUKE ©Fujimaki Tadatoshi. Kise hanya milik author seorang /bricked.
Rate: T++++.
Genre: Romance, BL, Humor (maybe?-_-)
Pairs: KiKuro / KuroKi. slight AkaKuro, AoKise.
Words: 2032
Warnings: (probably) OOC, missed typo(s), Kawaii!Kise (?)
Summary: Kise dan Kuroko nonton film BL! Kuroko tidak mengerti apapun mengenai cinta antara laki-laki, dan Kise-lah yang membuatnya mengerti.
.
"Knock, knock, aku datang," ujar Kuroko pelan. Ia memakai celana pendek dan kaos santai, berdiri di depan pintu sebuah rumah mewah dengan papan bertuliskan tulisan hiragana dari 'Kise' yang menggantung di pagar. Ia melirik arlojinya. Benar, pukul tujuh. Dia tidak terlambat.
Langkah buru-buru terdengar dari dalam, dan suara tabrakan cukup keras terdengar juga. Lalu pintu terbuka, memperlihatkan pemuda pirang yang mengelus dahinya.
"Ne, ne, maaf aku tidak mendengarmu, ssu," Kise Ryouta, si pemuda pirang, menarik Kuroko masuk sambil mengelus dahinya. Mereka duduk di sofa ruang tengah.
"Dahimu, Kise-kun. Ada apa?" Kuroko mengerjap dan menempelkan telapak tangannya di dahi Kise.
"Uh, tidak apa-apa. Kuroko-cchi jangan kahawatir, ssu," Kise tertawa pelan.
"Aku tidak khawatir kok," ujar Kuroko masih dengan wajah datarnya.
"?!" Kise merengut dan manyun. "Mau minum apa, ssu?"
"V—"
"Ya."
Kise melambaikan tangannya santai dan pergi ke dapur. "Matte ne. Kuroko-cchi naik saja dulu ke kamarku, ssu."
Kuroko tersenyum sedikit dan membawa tasnya ke lantai dua. Kise tidak pernah lupa minuman favoritnya. Si iris biru cerah memasuki kamar Kise yang tidak terkunci. Ia melihat kamar yang tersusun sangat rapi padahal biasanya tidak pernah jauh dari istilah 'kapal pecah'. Ia meletakkan tasnya disudut, dimana terdapat sebuah meja yang memajang tiga pigura foto. Foto pertama, enam anggota Kiseki no Sedai dengan 6 warna rambut dan ciri khas berbeda. Itulah julukan untuk tim basket inti SMP Teikou tempat mereka bermain. Foto kedua, Kise dan Kuroko saat mereka menikmati vanilla milkshake di restoran kesukaan Kuroko. Lalu foto ketiga, Kise dan Aomine Daiki, teman dekat Kise di SMP, yang juga seorang anggota Kiseki no Sedai.
"Kuroko-cchi!" teriak Kise dari dapur di lantai satu.
Kuroko bergegas menutup pintu dan menyusul Kise.
"Silahkan, ssu!" Kise menyodorkan segelas vanilla milkshake yang segar kepada Kuroko. Kuroko mengambil sedotan dan meminum sedikit. "B-bagaimana, ssu?! Lebih enak dari yang di restoran itu kan?!"
"Uh," Kuroko berpikir sebentar. "Biasa saja."
"K-kuroko-cchi! H-hidoi, ssu!" Kise melempar kantong plastik di meja dapur kepala Kuroko.
"Aku bercanda, Kise-kun. Enak kok," Kuroko menghisap habis milkshakenya. Dia tertawa pelan dan mengambil kantong plastik yang dilempar padanya. "Tentu saja enak, karena Kise-kun membelinya kan?"
Plak.
Kise merasa tertampar. Oh, itu. Plastik yang dilemparnya adalah plastik bekas belanjanya di restoran kesukaan Kuroko.
"Haha… Uhm, lupakan saja, ssu," Kise tertawa garing dan melemparkan deathglare pada Kuroko. "Kuroko-cchi belum mau mandi, ne?"
"Aku mau mandi sekarang saja. Kise-kun mau ikut?"
Bagai mendapat durian jatuh—
"Eh—eh ya, ssu!" Kise berlari dan mengambil handuknya. "M-matte ne, Kuroko-cchi!"
"Kise-kun adalah teman sekolah pertama yang mandi bersamaku. Jadi, jangan kaget, ya," Kuroko terkekeh kecil.
Kaget?! M-maksudmu apa, ssu?! "Hm," Kise hanya mengangguk dan tersenyum, dia melepas kaos atasnya, namun tidak melepas boxernya. Sementara itu, Kuroko melucuti semua pakaiannya sendiri tanpa tersisa.
"Kise-kun? Kenapa tidak dilepas semuanya? Kise-kun malu ya?" Kuroko mengernyit.
Aku malu dilihat oleh Kuroko-cchi, k-kyaaaa! Jangan-jangan Kuroko-cchi maho?! "Tidak, aku cuma kurang suka, ssu," Kise menggeleng dan mengalirkan air ke bath tub.
Kuroko mengangguk dan melompat pelan ke dalam bath tub. "Hangatnya…"
K-kyaaa! Anu-nya Kuroko-cchi, ssu! Kise melangkahkan kakinya ke dalam bath tub, duduk berhadapan dengan Kuroko. Kise menuangkan sabun cair ke dalam bath tub, menimbulkan busa busa yang banyak. Ia tidak tahan melihat pemandangan di dalam air.
"Kise-kun, aku boleh tidur?" Kuroko memandangnya dengan lesu.
"Tidur saja, ssu," Kise mengangguk sementara membersihkan dirinya.
.
"Kise-kun…?" Kuroko mengerjapkan matanya. Ia sudah terbaring di kasur Kise yang empuk, sementara si pemilik kasur tidak ada disana. Dia melihat dirinya sudah berpakaian benar, memakai celana pendek selutut dan kaos kebesaran—pasti milik Kise. Padahal dia sudah membawa baju sendiri.
"Kuroko-cchi payah, ssu!" Kise muncul dari balik pintu. "Kita kan mau tidur nanti subuh, Kuroko-cchi malah tidur duluan, ssu!"
"Eh? Gomen, gomen," ujar Kuroko. "Kita mau melakukan apa sekarang?"
"Nonton film, ssu. Kuroko-cchi mau?" Kise menatap Kuroko sambil menunjukkan kaset di tangannya.
"Film apa? Film biru?"
"Huaaaaa, e-ero, ssu!" Kise menunjuk-nunjuk wajah Kuroko.
"Maksudku… film semacam The Smurf," Kuroko berkata dengan wajah polos.
Kise sweatdrop. "Aku sudah memilih film, ssu. Sebaiknya Kuroko-cchi ikut saja neee."
"Uh," Kuroko mengangguk dan mereka berdua turun menuju ruang tengah.
.
.
.
"APA INI?!"
Kuroko yang biasanya kalem, sekarang sedang berteriak pada Kise. Dia berdiri dari sofa dan memukul pelan kepala si pirang.
"Hm… Ini namanya yaoi, ssu," Kise terkekeh dan menunjuk tvnya yang sedang memutar film ber-genre BL. Lalu terlihat adegan dua orang anak muda berjeniskelamin jantan sedang mojok di atap sekolah.
"MAKSUDMU MAHO?" Kuroko mengangkat alis dan mematikan tv Kise.
"E-eh?! Kenapa, ssu?!" mata Kise melebar mentap Kuroko.
"Aku tidak mengerti," ujar Kuroko pelan, duduk dan menyalakan kembali tvnya. "Apakah cinta antara dua laki-laki itu benar-benar ada."
"T-tentu saja ada, ssu!" Kise tersenyum lebar dan menatap Kuroko bersemangat.
"Ngomong-ngomong tentang yaoi—" ujar Kuroko pelan. "Kemarin Akashi-kun mengatakan sesuatu yang aneh."
"Hm? Akashi-cchi bilang apa, ssu?"
"Etto…" Kuroko bersandar dan berpikir. "Dia bilang suka padaku."
Perempatan imajiner muncul di dahi Kise. Sunyi sebentar.
Krik.
Krik.
Krik.
"A-APPPAAAAA?!"
Kuroko menatap Kise dengan tatapan mengantuk. "Akashi-kun itu aneh, kan," dia menguap dan berbaring, meletakkan kepalanya di atas paha Kise.
"L-lalu…" Kise mengalihkan pandangannya, menyembunyikan tatapannya. "Kuroko-cchi bilang apa, ssu?"
"Aku bilang cinta antara laki-laki itu tidak ada," Kuroko mendengus dan mulai memejamkan matanya.
"K-kalau aku yang bilang suka pada Kuroko-cchi, bagaimana, ssu…?"
"Hn?"
"E-eh," Kise tertawa dan menggaruk kepalanya. "Tidak, tidak."
Awkward.
Kuroko mengangguk pelan dan kembali mencoba tidur, sementara Kise memfokuskan diri pada film yang diputarnya.
Hyaaah, Kise. Baka, baka, baka! Kenapa bisa keceplosan, ssu?!
Kise menatap Kuroko yang meletakkan kepala berambut birunya di atas pahanya. Dia sepertinya sudah tertidur, huh. Cepat sekali, ssu. Kise membelai pelan rambut Kuroko. Rambutnya sangat lembut, huh. Pipinya putih bersih dan kadang ada warna merah muda… Kuroko-cchi kawaii sekali, ssu.
Sepintas terlewat di benak si pirang, masa-masa ketika ia pernah berpacaran dengan seorang model cantik berambut merah muda cerah. Dia cantik, pintar, dan sangat menyayangi Kise, sayangnya, fakta bahwa Kise sudah belok, tidak bisa diluruskan lagi.
"Masa-masa suram itu sudah berlalu, ssu. Aku tidak mau dekat dengan dengan wanita lain lagi," Kise menggeleng kuat dan kembali membelai wajah Kuroko. Ia menggosokkan kedua telapak tangannya dan menempelkannya di pipi Kuroko. "Hangat kan, ssu?"
Kyaaaa, moe! Aku tidak tahan melihatnya, ssu! Kise kembali berperang dalam pikirannya. Matanya beralih pada bibir cerah Kuroko yang sepertinya belum pernah dicoba siapa-siapa. Ia ingat, Kuroko pernah bilang beberapa hari yang lalu, "Apa? First kiss? Belum."
Hihi… Kise tertawa pelan dalam imajinasinya. Dia mendekati bibir Kuroko dan mengecupnya pelan. Ia lanjutkan acaranya itu dengan menciumnya semakin dalam, dan…
Eh?
K-kenapa…?
…
Kyaa!
K-kuroko-cchi…
Kise-cchi. Baka, baka, baka.
Kise mengutuk dirinya sendiri. Dia tidak menyadari Kuroko baru saja membalas ciumannya dan ternyata si pemuda biru cerah masih sepenuhnya sadar.
"?!" Kise berdiri dan berjalan awkward menuju dapur. Dia segera membuka kulkas dan mencari snack. Lalu dia memasukkan sebungkus penuh kacang ke dalam mulutnya. Ya, dengan sedikit keringat dingin.
Namun aktivitas kacang-kacangannya berhenti setelah ia menyadari ada yang melingkarkan lengan di lehernya. Tangan itu lembut dan mengelus lehernya. Lalu ia menyadari ada kecupan hangat mendarat di lehernya, dan sedikit gigitan lembut. Ia juga merasakan beberapa helai rambut menggelitik telinganya.
Kise membalikkan badannya pelan. Melihat siapa yang melakukannya.
"Kalau cinta antara laki-laki itu benar-benar ada, maka aku pasti akan jatuh cinta dengan Kise-kun…"
Cup.
Bibir yang barusan mengatakan itu sekarang terdiam, dan mengusap bibir milik si pirang. Kise hanya mematung gugup dan menatap orang yang sekarang ada disampingnya.
"K-kuroko-cchi…"
"Kise-kun benar-benar menyukaiku?"
"Ah… tidak, ssu," Kise mengalihkan pandangannya.
"Tsun-tsun. Kawaii yo," Kuroko, masih dengan wajah datarnya, mencium pipi Kise. "Aku menyukai Kise-kun."
"Kuroko-cchi bercanda, ssu," Kise tertawa garing.
"Aku serius."
"Ekspresimu tidak sungguh-sungguh, ssu."
Kuroko diam, berpikir sebentar. Lalu ia berdiri di depan Kise dan tersenyum lebar—
"Kise-kun ga suki desu," katanya, dengan ekspresi wajahnya yang sangat jarang ditunjukkan.
Kise masih mematung gugup. Lalu dia mengangguk pelan sambil tersenyum.
"Kenapa mengangguk? Aku belum menyuruh Kise-kun menjawab."
"?!" Kise jawdrop, membalikkan badan dan mengerucutkan bibirnya.
"Chu."
Kuroko, dengan hawa keberadaannya yang lemah, tiba-tiba sudah berpindah ke depan Kise sambil mencium bibirnya (lagi). "Aku memberikan ciuman pertamaku pada Kise-kun. Kise-kun… mau jadi pacarku?"
Kise tidak menjawab. Tidak mengangguk, tidak juga menggeleng. Kuroko menatapnya seakan mengatakan "Oh, ayolah." Tiba-tiba Kise mengangguk pelan, dan Kuroko tersenyum sedikit sambil memegang tangannya. "Ayo nonton film BL lagi."
"E-eh?! Kuroko-cchi?!" Kise baru bersuara, masih tidak percaya dengan apa yang baru terjadi.
"Ne, ne. Kise-kun sekarang sudah jadi pacarku," ujarnya santai. "Aku harap Kise-kun tidak selingkuh."
"Apa-apaan, ssu," Kise mendengus dan memukul kepala Kuroko yang lebih pendek darinya. "Harusnya aku seme-nya."
"Seme itu apa?"
Jawdrop. Lagi-lagi.
"Lupakan," Kise mengibaskan tangannya, tertawa. "Aku kira, Kuroko-cchi tidak suka dengan sesuatu yang disebut BL, shounen-ai, atau yaoi itu, ssu. Aku tidak menyangka."
"Aku juga baru menyadarinya," Kuroko mengangguk dan menarik Kise duduk di sofa. "Kise-kun sangat baik dan cantik. Aku benci saat Kise-san dekat dengan Aomine-kun."
Cantik, ssu?!
"Ah, tidak," Kise tertawa garing dan menggaruk kepalanya. "Kuroko-cchi yang paling kawaii. Aku suka melihat Kuroko-cchi tidur."
"Uh," Kuroko mengangguk pelan. "Tapi sebenarnya, aku memang mengantuk."
Kise menyeringai setan dan tiba-tiba menggendong si pemuda biru cerah. "Aku akan menunjukkan seme itu apa, ssu. Di kamarku saja."
"Hn?" Kuroko masih menampakkan wajah datar, tidak bisa menghindar dari gendongan si pirang. Beberapa saat kemudian, dia sudah dibaringkan pelan-pelan di atas kasur Kise. Si pemuda pirang sekarang hanya memakai boxer.
"Kise-kun mau apa?"
"Yah—Kuroko-cchi akan tau sendiri," Kise, masih dengan seringai setannya, mulai mendekati Kuroko dan mengusap wajahnya.
"Hah. Ero."
"?!" Kise menarik pipi Kuroko pelan lalu mencubitnya. "Jangan macam-macam. Aku bisa menghukum Kuroko-cchi, ssu."
"Aku mau tidur," katanya polos. "Besok saja, Kise-kun."
"Pft," Kise mendengus, lalu mengangguk dan menyelimuti Kuroko. Lalu dia berbaring di sebelah Kuroko dan mengecup pelan dahi si uke. "Oyasuminasai, boku no Kuroko-cchi."
Kuroko tersenyum sedikit dan memeluk Kise. Kepalanya disandarkan ke dada bidang si seme. Hangat.
Kise tertawa dalam hati sambil mengelus rambut biru cerahnya.
Perjalanan kita masih panjang, Kuroko-cchi… Masih ada satu malam di rumahku, Kuroko-cchi tidak akan bisa lolos besok malam. Hahaha jangan sampai pincang saat pelajaran olahraga lusa nanti, ssu. Kuroko-cchi ga suki desu.
—
PLOT TWIST
"?!" Kise berdiri dan berjalan awkward menuju dapur. Dia segera membuka kulkas dan mencari snack. Lalu dia memasukkan sebungkus penuh kacang ke dalam mulutnya. Ya, dengan sedikit keringat dingin.
Namun aktivitas kacang-kacangannya berhenti setelah ia menyadari ada yang melingkarkan lengan di lehernya. Tangan itu lembut namun mengelus lehernya dengan kasar. Ia juga merasa ada sesuatu yang dingin menempel di lehernya.
Kise membalikkan badannya pelan. Melihat siapa yang melakukannya.
"Hm, Ryouta… Kau berani melakukan sesuatu pada Tetsuya-ku, hm?"
.
Beberapa hari kemudian, kelima anggota Kiseki no Sedai yang baru menyelesaikan pertandingan, segera naik kereta yang membawa mereka ke rumah sakit.
Tujuannya hanya satu—
Menjenguk sang copy-master tim mereka yang sedang dirawat karena sedikit irisan dari gunting.
"KYAAAA, AKU AKAN MEMBUNUH AKASHI-CCHI, AKU BERJANJI, SSU!"
...
...
Gaje banget ya._. -le sweatdrops.
Maafkan karya author yang gaje ini, yang penting minna, REVIEW ONEGAAAI ;A;
