.


The Trace Autumn Left

.

Kuroko no Basket adalah milik Fujimaki Tadatoshi. Saya tidak mengambil keuntungan apapun dalam pembuatan fanfiksi ini, ini dibuat semata-mata untuk hiburan dan berbagi kesenangan.

Aomine Daiki, Kagami Taiga, Kise Ryouta, GoM, Momoi Satsuki, T, Romance/Friendship

© kazuka, february 22nd, 2014

.

"Senja sudah semakin mendekati malam, angin musim gugur tidak tanggung-tanggung lagi menyapu alam. Kagami merasakan rambutnya dilewati oleh angin yang cukup kencang, dinikmatinya sebentar sambil meresapkan oksigen dalam-dalam ke paru-parunya. Kurasa aku menyukainya."

.

"Kami pulang dulu, ya! Terima kasih atas waktunya Tetsu-kun, Kagamin!"

"Kami yang harus berterima kasih, Momoi-san," beberapa lembar kertas digenggam oleh tangan kanan Kuroko, "Terima kasih atas data-data para pemain lawannya, ini akan sangat berguna untuk pertandingan nanti."

Momoi tersenyum lebar, gigi-giginya sampai terlihat. "Sama-sama, Tetsu-kun, senang bisa membantu kalian—ayo Dai-chan, pulang!" dia pun mendorong tubuh Daiki yang berdiri di sisinya dan memantul-mantulkan bola basket.

"Oi, jangan memaksaku, Satsuki!"

"Pulang, pulaaang!" dorong Momoi lagi. "Kaulupa, ibumu minta belikan yakiniku untuk makan malammu'kan? Sebentar lagi tokonya tutup!"

"Iya, iyaaa!"

"Hati-hati di jalan, Momoi-san, Aomine-kun."

"Awas kau Aomine, nanti kalau kita bertemu lagi, one-on-one!"

"Berisik," Aomine berjalan menjauh, bola basket tadi pun dilemparkannya ke arah Kagami dan Kuroko.

"Jaa!" Momoi masih mengucapkan salam perpisahan sambil melambaikan tangan, bahkan ketika mereka sudah jauh.

Kuroko dan Kagami tidak langsung meninggalkan lapangan basket itu. Kuroko tampak mengamati isi kertas yang tadi diberikan Momoi, sesekali mengerutkan kening. Dia pikir Riko lebih tepat untuk melakukan analisa ini; dia tak terlalu mengerti isi grafik dan tabel-tabel tersebut. Kagami pun diam, cuma suara pantulan bola basket yang menjadikan suasana tidak sekaku yang dibayangkan.

"Oi, Kuroko," barulah Kagami buka suara, setelah bunyi bola yang melewati ring terdengar.

"Ada apa, Kagami-kun?"

Senja sudah semakin mendekati malam, angin musim gugur tidak tanggung-tanggung lagi menyapu alam. Kagami merasakan rambutnya dilewati oleh angin yang cukup kencang, dinikmatinya sebentar sambil meresapkan oksigen dalam-dalam ke paru-parunya.

"Kurasa aku menyukainya."

"Menyukai siapa?"

Kagami mengambil bola yang barusan dia tembak menuju ring, untuk kemudian memasukkannya lagi dari posisi three-point. "Yang sudah memberikan kita data-data analisa ini."

Angin yang sama kencangnya berlalu di depan wajah Kuroko, dan pemuda ini yakin sang angin tidak salah membawakan kalimat. Kalimat itu memang benar meluncur dari mulut Kagami, bukan? Itu membuatnya tersenyum tipis, tipis sekali. Setipis rona merah yang mengisi pipi Kagami—yang tak mau dia perlihatkan pada Kuroko.

.

xxx

.

Apa yang lebih membuat dag-dig-dug ketimbang kabar mendadak bahwa besok pagi akan langsung diadakan tes matematika, yang bahkan babnya pun belum dipahami seluruhnya oleh hampir seisi kelas?

Ada.

Mengirimkan pesan.

Hm, kenapa bisa?

Lihatlah Kagami. Satu pesan telah selesai diketik, kontak tujuannya pun telah dipilih, hanya tinggal menekan opsi 'kirim', tapi dia tidak kunjung melakukannya. Ponselnya masih dia goyang-goyangkan di tangannya, dia memandang ke arah luar jendela sambil bertopang dagu. Memilih untuk menekan 'kirim' atau membuang pesan tadi sekarang menjadi dilema besar untuknya. Kalau dia mengirimnya, dia jadi memperhitungkan bagaimana reaksi si penerimanya, apa si penerima akan takut? Jadi benci padanya? Atau malah merasa jijik? Semuanya membuat perutnya bergolak dan detak jantungnya meliar.

Kirim, tidak, kirim, tidak, kirim—

Kuroko merebut ponsel itu secara tiba-tiba. Keberadaan tipisnya masih menjadi sesuatu yang tak mudah disadari Kagami, begitu dia menyadarinya, ponsel itu telah berada di tangan Kuroko.

"Oi, Kuroko!"

"Sudah kukirimkan, Kagami-kun."

Kagami lekas-lekas merebut kembali ponselnya, wajahnya panik dan matanya terbuka lebar. Begitu dia cek—sambil berharap bahwa Kuroko hanya bergurau—ternyata dugaannya salah. Pesan itu telah terkirim. Terkirim sukses pada sang tujuan: Momoi.

"KAAAU!" Kagami sudah siap untuk menghajar Kuroko, namun Kuroko buru-buru berujar untuk menghentikan gerakan tangan Kagami.

"Momoi-san suka orang yang langsung terang-terangan, Kagami-kun. Lagipula, kau sudah mengetik pesan itu sejak setengah jam yang lalu. Kalau tidak mengirimnya sekarang, kapan lagi, Kagami-kun?"

Kagami meluapkan kekesalannya dengan mendecih dan membuang muka dari Kuroko. Dia melipat ponsel itu, dan berlalu di depan Kuroko. Membuang rasa malu dengan cara menjauh sementara, mungkin? Tapi Kuroko tetap saja tersenyum menghadapi sikap Kagami.

"Semoga kencannya menyenangkan, Kagami-kun. Salam untuk Momoi-san."

.

| t b c |

.


A/N: ini fic multichapter pertama yang sebenar-benarnya di fandom knbi buatku :"D kalo yang Semanis Berry kan cuma semacem antologi, nah yang ini baru cerita bersambung yang sesungguhnya. mmm i'm just in a hunger to find any momoi fics in bahasa jadi yaaa aku ngisi sendiri deh hehehe ulllllu soal pairingnya, baru bakal diungkap di akhir karena ini melibatkan cukup banyak tokoh dalam satu loveline. hehe. thanks sudah menyempatkan diri mampir o/