.
Disclaimer : Masashi Kishimoto
Genre : Horror/Mystery/Tragedy/Romance
Warning : T rate/Typo(s)/Death chara
Main Pair : NaruHina
Others Pair : Slight SasuSaku/SasoKonan/ShikaTema/SaiIno/KibaTen
Story by Devilish Grin
Based on Japanese's Urband Legend
Hyuuga Mansion Secret
-Prolog-
Konoha University
Siang itu di halaman kampus semua mahasiswa baru jurusan bahasa asing tengah berkumpul. Mereka sedang berbaris rapih dengan rambut penuh jepitan untuk yang perempuan dan wajah ditempeli stiker lama untuk yang laki-laki.
"Baiklah, semuanya! Sekarang jalan di tempat sambil berhitung dengan suara sampai 100 kali!" seorang senior perempuan tingkat 5 tampak sedang sibuk mengatur para mahasiswa dan mahasiswi baru itu, sementara dua orang rekannya malah sibuk sendiri santai-santai di belakang.
"Pasukan, jalan di tempat grak!" seorang pemuda pirang berteriak penuh semangat memberikan aba-aba meskipun nyaris semua teman-temannya yang lain sudah kelelahan. "Berhitung dimulai!" teriaknya lagi masih dengan semangat yang berapi-api.
Sementara mahasiswa baru itu sibuk berhitung, senior perempuan berambut biru yang khas dengan jepitan bunganya itu segera menghampiri dua rekannya dengan wajah garang.
"Astaga kalian, bisa-bisanya santai begini sementara kalian menyuruhku mengurusi semua anak baru itu sendirian!" gadis yang sebenarnya cantik meskipun dingin itu melotot tajam ke arah dua pemuda yang sedang asik-asiknya minum soda dingin.
"Istirahat sebentar doang, masa dilarang?" celetuk pemuda rambut orange tingkat 6 yang memiliki beberapa tindikan pada wajahnya, sedikit menggerutu saat dimarahi.
"Sebentar tapi sampai satu jam lebih?" tak pelak lagi mata abu-abu gadis itu semakin melebar dan membuatnya semakin seram saja.
"Sudahlah, Pein ayo bangun! Jangan sampai kau dihajarnya kalau tak mau bernasib sama seperti Kakuzu!" seru seorang pemuda berambut putih yang duduk di sebelah Pein yang langsung ditariknya untuk segera berdiri.
"Tentu saja aku tidak mau sampai kena karate dari nenek sihir itu!" timpal Pein cepat.
Oh, pemuda itu masih ingat kejadian saat gadis berambut biru keunguan itu membanting salah satu temannya yang bernama Kakuzu. Membuat laki-laki yang sudah duduk di semester akhir itu harus berakhir di rumah sakit selama 2 minggu lebih. Cepat-cepat kedua pemuda itu berdiri sebelum gadis galak itu mengamuk. Pein beserta temannya Hidan (senior tingkat 5) segera bergabung bersama Konan, berdiri di hadapan para mahasiswa baru.
"100!" teriak para mahasiswa dan mahasiswi baru itu secara serempak begitu hitungan mereka sampai pada angka seratus serta diiringi dengan derap langkah kaki yang berhenti bersamaan.
"Bagus! Dengan ini ospek pada hari ini berakhir dan kalian telah resmi menjadi mahasiswa Konoha!" Konan memberikan selamat pada mahasiswa dan mahasiswi di hadapannya yang kelak akan menjadi juniornya di kampus.
Seluruh wajah lelah anak-anak baru itu segera berganti dengan senyuman sumringah, berubah menjadi cerah, secerah mentari yang sedang menaungi mereka kini.
"Tapi sebelum itu kalian harus melakukan satu hal," ucap sang senior dengan senyum misterius, membuat wajah anak-anak itu berubah penasaran.
"Sabtu besok kita akan melakukan perjalanan ke Tokyo dan akan menginap selama seminggu di sana dalam rangka mengeratkan hubungan antara senior dan junior." Para mahasiswa bersorak senang ketika mendengar mereka akan pergi liburan ke Tokyo.
"Kami akan mendata semua nama kalian. Bagi yang punya kelainan pada kesehatan lebih baik tidak usah ikut," ucap Pein mengambil alih pembicaraan.
"Termasuk yang lemah mental dan penakut!" timpal Hidan seraya tertawa.
"Apa hubungannya yang lemah mental dan penakut tidak boleh ikut liburan, senpai?" tanya seorang pemuda berambut coklat dan memiliki birth mark pada wajahnya yang menyerupai tato dengan bentuk segitiga terbalik.
"Karena nanti di sana kita akan uji nyali dengan bermain suatu permainan kuno yaitu, Hitori Kankurenbo," sambar pemuda berambut merah, senior tingkat 4 yang tiba-tiba saja ikut bergabung ke dalam pembicaraan. Ia bicara sambil memasang mimik serius pada wajah baby face-nya.
"Hi-hitori kankurenbo..."
Semua para anak baru yang mendengar penjelasan dari senior berambut merah itu langsung menelan ludah secara bersamaan. Tentu mereka tahu permainan apa yang dimaksudkan oleh senior mereka. Sebuah permainan yang melibatkan roh dunia lain.
TBC
