Ini fict pertama ling2 di CROSS-OVER. CROSS-OVER antara anime Black Cat & FullMetal Alchemist.

Fict ini bukan pertama kalinya ling2 update. Dulu ling2 tulis fict ini di sebuah situs Mob*m*ngl*. Nah, karena ada satu dan dua hal, ling2 belum sempat nulis lanjutannya. Disini ling2 tulis ulang dan ada sedikit perubahannya. Err... sedikit apa banyak ya? Yah, pokonya silahkan membaca sendiri. Selamat membaca ^^

MILK & CAT?

Story by Ling-ling Chinese

CROSS-OVER Black Cat & FullMetal Alchemist

Disclaimer : Black Cat punya Kentaro Yabuki, FullMetal Alchemist punya Hiromu Arakawa.

Genre : Adventure / Fantasy

CHAP. 1 PERJALANAN

Alphonse's POV

Hari ini seperti biasa, aku dan kakakku melanjutkan perjalanan untuk mencari Philosopher's stone.

Karena ingin membangkitkan ibu yang meninggal karena sakit, kami menggunakan jurus terlarang yang berimbas pada tubuh kami. Lihatlah kami sekarang tubuhku maya. Yang ada hanya rohku yang ditrasfer kakak ke baju Zirah milik ayah. Sedangkan kakakku harus kehilangan tangan kanan dan kaki kirinya sehingga dipasang automail berbentuk tangan dan kaki palsu pada tubuhnya.

Anak Kec-UPS? Maksudku laki-laki berkepang berambut pirang yang duduk didepanku ini adalah Edward Elric, sang FullMetal Alchemis, Alkemis kenegaraan, yang tak lain adalah kakakku. Dan aku, yang berupa baju Zirah kosong adalah Alponse Elric, adik dari Edward Elric.

Walaupun kakak 'PENDEK', dia sangatlah hebat. Dengan ilmu alchemist yang diajarkan guru Izumi dan setelah melihat 'KEBENARAN', kakak dapat merubah suatu benda menjadi benda lain hanya dengan menepukkan kedua tangannya saja. Tidak sepertiku yang harus menggambar lingkaran trasmutasi terlebih dahulu.

Namun, tak seharusnya aku memanggilnya 'PENDEK'. Walaupun hanya dalam hati, jika ketahuan habislah riwayatku. Kata-kata yang paling dibenci oleh kakak adalah 'PENDEK', 'KECIL','KERDIL' dan teman-teman sebangsanya. Yang dibenci kedua adalah SUSU. Aneh kan... pantas saja badannya tidak besar-besar.

"Ffft... Ffft...," Aku tertawa kecil-atau lebih tepatnya menahan tawa atas apa yang baru saja aku pikirkan.

'DRANG!'

Aku kaget. Tiba-tiba saja kakak menendang baju Zirahku dengan kerasnya.

"A-ada apa kak?" tanyaku yang masih kaget. Aku berusaha mengalihkan perhatianku agar tidak tertawa.

"Aku merasa mendengar kata yang ku benci." Geramnya dengan wajah kesal.

DEG?

"Tadi aku merasa ada yang menyebutku 'KONTET' sampai berkali-kali." Katanya dengan nada penuh kemarahan.

"AKU TIDAK MENYEBUT KAKAK 'KONTET', KOK! HANYA PENDEK. DAN ITU PUN HANYA TIGA KALI! WALAUPUN DENGAN TEMAN-TEMANNYA. NAMUN TIDAK PERNAH SEKALI PUN AKU MENYEBUT KAKAK 'KONTET'!" teriakku spontan dan sekuat tenaga berusaha membela diri dengan panik. Namun SIAL! Aku dan mulut besarku! Aku sadar aku menyebarkan ranjau berbahaya. Aku telah menggali lubang kuburku sendiri.

"HO... JADI KAMU YA...!" suaranya meninggi. Terlihat ilusi tanda silang di beberapa tempat di wajahnya. Tangannya di kepalkan dan dibunyikan semua suara di jemarinya. 'KRETEK KRETEK' begitulah bunyinya.

"APA MAKSUDMU 'HANYA TIGA KALI' DAN 'TEMAN-TEMANNYA' ITU HAH?" teriaknya marah besar seraya menendang-nendang tubuh Zirahku dengan sekuat tenaga sehingga kepalaku copot dan tubuhku babak belur.

"Maaf~." Sesalku setelah kakak puas menganiayaku.

Aku meyesal sekali mengatakannya. Seharusnya aku tidak kelepasan bicara. Hah... payah...

Aku melirik kearah kakak. Sepertinya dia masih marah. Wajahnya merengut. Alisnya bertaut dan bibirnya membentuk huruf V terbalik.

"Ah, kita sudah memasuki kota." Kataku pada kakak. Berharap suasana hatinya kembali membaik.

Sesampainya di stasiun, kami turun dari kereta.

"ED! AL!" panggil seseorang yang suaranya sangat familiar di telingaku.

"WINRY?" seruku dan kakak bersamaan.

Perempuan berambut kuning pucat yang memakai bandana itu adalah Winry Rockbell. Teman masa kecil kakak dan aku. Dan mekanik Automail kakak. Dia maniak terhadap Automail. Sekarang seharusnya dia sedang berada di Rush Valley untuk belajar menjadi mekanik Automail yang hebat.

"Kenapa kau ada di sini?" tanya kakak tidak suka.

"Aku mendapat kabar dari Kolonel Mustang bahwa kau akan kemari." Jawab Winry cuek dengan sikap tidak sukanya Ed.

"Lalu?" tanyanya lagi dengan nada tidak suka.

"Masa' Cuma kalian yang bersenang-senang!" rajuknya."Katanya makanan di kota ini enak-enak. Aku ingin sekali mencicipinya." Katanya senang. Sepertinya Winry sudah membayangkannya.

"Lalu, pekerjaanmu di Rush Valley?" tanya kakak lagi dengan nada tidak suka dan wajah yang masam.

"Tentu saja aku ambil cuti donk." Katanya sekarang dengan nada agak tinggi. Sepertinya dia tahu bahwa kakak tidak begitu suka Winry ikut. "Kenapa sih?" Kali ini Winry yang merasa tidak suka karena di intrograsi.

"Kami kesini bukan untuk main-main tahu." Kata kakak mulai kesal.

"Iya, aku tahu!" tukas Winry sama kesalnya. Jika tidak segera dihentikan akan menjadi perang nih.

"Sudah... Sudah... Jangan bertengkar...," leraiku seraya menjadi penengah sebelum suasana mulai bertambah panas. Gawat juga kalau bertengkar disini. Bisa-bisa di anggap kabur dari rumah sakit jiwa lagi. "Ayo kita cari makan dulu." Ajakku. "Kata Letnan Hawkeye, ada cafe yang makanannya enak yang memiliki berbagai jaringan informasi. Namanya Cafe Cait Sith. Kita bisa mencari info disana." Kali ini kudorong kakak dan Winry secara bersamaan untuk keluar dari stasiun dan menuju Cafe Cait Sith.

END ALPHONSE'S POV

XXX

Eve's POV

'Sebal! Sebal! Sebal!' gerutuku dalam hati. Rasanya hati ini begitu kesal. Wajahku kubuat seseram mungkin. Semua aura membunuhku kukeluarkan semua. Semua ini kulakukan agar orang yang ada di sebelahku ini sadar.

"Ada apa Tuan Putri? Kenapa wajahmu seram seperti itu?" tanya Train yang-akhirnya-sadar-juga. Tapi dalam nada bicaranya, dia tidak sedikitpun khawatir. Malah wajahnya cengar-cengir, kelihatan tidak bersalah sama sekali. "Ah! Jangan-jangan ingin kekamar kecil." Katanya yang seketika itu juga langsung kuterbangkan dengan bogem palu rambutku. Benar-benar membuatku marah!

"Putri kenapa sih?" tanyanya dengan muka SOK memelas dan tangannya memegang pipinya yang tadi kupukul. Aku mengeluarkan death-glareku. Dia lagi-lagi SOK ketakutan seperti anjung buangan yang meminta perlindungan. Dia bersembunyi dibelakang Sven.

"Ada apa Eve?" tanya Sven akhirnya. Wajahku mulai melunak. Aku hanya cemberut sekarang. "Mengapa wajahmu seperti itu? Hari ini kan kita berhasil mendapatkan buronan yang harganya cukup bagus. Kenapa kau tidak senang?" tanyanya heran.

"Betul Tuan Putri. Hari ini kita makan enak." Girangnya seperti anak kecil. Dia sudah lupa bahwa aku masih marah padanya. Aku membuang mukaku dan melanjutkan perjalanan yang tertunda.

Ya, hari ini kami memang menangkap buronan yang harganya cukup besar. Sehingga cukup untuk mencicil hutang dan kebutuhan beberapa hari.

Tapi, aku kesal bukan karena itu! Karena, walau 'bukan aku yang menangkapnya', aku senang Sven dapat mencicil hutang kami. Walaupun sebenarnya, hutang-hutang itu berasal darinya-Train.

Ya, walau-bukan-aku-yang-menagkapnya! Tapi, itulah masalahnya! Karena bukan aku yang menangkapnya itulah yang membuatku marah!

FLASHBACK

Hari ini aku dan Train menyamar menjadi kakak beradik untuk mengintai target. Walau tidak suka, aku melakukannya demi Sven dan uang imbalan. Siapa juga yang mau menjadi adiknya? Meski wajahnya bisa dibilang lumayan dan kemampuan menembaknya-kuakui-luar biasa. Namun sifatnya itu yang membuatku jengkel! Dan tentu saja karena dia dekat dengan Sven. Ugh. Pasti ada semburat merah di pipiku gara-gara ini.

Kami mulai mengintai target yang sedang berjalan di tengah kota. Train sudah mengoceh macam-macam. Aku tak menghiraukannya dan terus mengawasi target. Sepertinya target sudah mulai curiga. Saat aku akan mengejarnya, Train dengan suksesnya mengecohku.

"TUAN PUTRI, LIHAT." Aku menoleh kearah yang dia tunjuk.

Tak ada apa-apa disana. Yang ada hanyalah orang-oarng yang sibuk untuk bertransaksi jual beli. Aku menoleh kearah Train. Siap-siap untuk memarahinya. Namun, sial Train sudah pergi mengejar target.

'Sial, aku kecolongan!' runtukku dalam hati.

END FLASHBACK

Begitulah.

Saat aku sibuk menggerutu, Train sudah menangkap target.

Selalu saja begitu. Dia suka bertindak seenaknya.

Namun, yang membuatku kesal bukan itu. Tapi, kenapa aku harus kalah dengan orang seperti itu.

"Sven." Panggilku.

"Ada apa Eve?" Tanya Sven lembut.

Aku menelan ludahku. Rasanya kerongkonganku kering dan sulit untuk mengeluarkan kata-kata. "Ditugas yang selanjutnya, ijinkan aku untuk melakukannya." Pintaku sambil memperlihatkan daftaar seorang buronan dengan harga yang cukup tinggi.

Sven mengambil kertas pencarian buronan yang ada di tanganku. Dilihatnya wajah dan keterngan buronan itu dengan seksama.

"Tapi, Eve… Buronan ini terlalu berbahaya." Katanya khawatir.

"Tenang saja, Sven…" kata Train santai. Syukurlah akhirnya dia mengerti juga. "Aku yang akan menangkapnya." Bisiknya dengan penuh percaya diri. Cih. Kutarik kata-kataku tadi. Dia benar-benar sangat menyebalkan.

"Tidak perlu! Aku bisa menangkapnya sendiri." Tukasku kesal.

"Baiklah Eve… Kau boleh menangkapnya." Kata Sven akhirnya. Kulihat wajah Train akan menunjukkan protes. "Tapi…" Apa? Ada tapinya? "Kau tidak boleh memaksakan diri. Jika sudah mendesak, serahkan sisanya pada kami." Lanjutnya.

"Ta… tapi…" rengek Train.

Sven memang baik. Aku saying padanya. Kupeluk tangannya erat.

Aku melirik Train. Sepertinya dia benar-benar kecewa karena peran utama berikutnya akan aku ambil alih. Mata kami saling bertemu. Aku menjulurkan lidahku sebagai tanda kemenangan.

"Ayo kita ke tempat Annette." Ajak Sven bersemangat.

T~B~C

Yak. Chap 1 selesai ^^

Butuh banyak waktu untuk menyalin dari situs yang lama. Maklum, ling2 masih primitif, jadi di tulis tangan deh... huft.

Gimana? Baguskah? Anehkah?

Hahaha... tenang saja. Ini masih Chap 1. Chap 2 nanti pasti lebih ancur lagi. Hwakakakak...uhuk! uhuk! *keselek duren*

NANTIKAN CHAP 2 YA! ;)

Repiewnya ditunggu...(kalau ditunggu ga bakal dateng T_T)... Repiewnya diminta deh!*maksa*

Haha… :D

XIE~ XIE~