Sekeping Perasaan

Digimon (c) Akiyoshi Hongo

Fanfic by Ratu Galau..

.

.

[Tidak seluruh peduli kuartikan cinta.]

.

Dan lihatlah bagaimana Daimon Masaru. Seolah enggan berpaling. Seakan mengabaikan seluruh hal yang seharusnya ia sadari.

Kuakui, kami masih bertengkar, adu tatapan sangar, atau sekadar saling tolak pendapat. Tapi aku tak dapat menampik, bahwa aku menikmati saat-saat itu. Aku memerhatikan seluruh reaksinya terhadapku. (Marah. Kesal. Tersipu. Malu-malu. Cuek. Buang muka) semuanya.

.

.

[Hanya diriku sendiri yang mengerti. Tidak dengan Yoshino. Tidak dengan Gaomo. Hanya aku]

.

Ketika jantung berdegup-degup manis. Ketika bahagia perlahan merebak menuruni sanubari. Ketika Daimon Masaru menarik diriku dalam interaksinya. Hanya aku yang tahu bagaimana perasaanku. Hanya aku yang paham bagaimana hatiku.

Hanya aku seorang.

.

.

[Menarik perhatian bukan hal yang seharusnya kulakukan. Tapi hati dan tubuhku seolah membangkang. Hingga akhirnya akulah yang tertarik padanya]

.

Seharusnya Touma H. Norstein tahu bahwa sedikit rasa yang meracuni hati dapat menjerumuskannya ke dalam jurang yang lebih curam.

Kalimat itu seharusnya kucambukkan setiap bertemu dengannya.

Bodohnya, aku selalu tak mampu melepaskan pandangku terhadapnya. Selalu gagal mengalihkan perhatianku dari sosok berapi-apinya. Hingga tanpa sadar, lingkup duniaku seolah berputar padanya. Angan-anganku seolah bergantung padanya.

Cinta?

Kubilang peduli.

Karena peduli tak selalu bermuara cinta.

.

Itu yang kutahu.

.

.

[Jika yang kurasa sakit, apakah aku masih harus peduli?]

.

Aku peduli padanya dan seharusnya tetap begitu.

Lihatlah dia mulai membicarakan figur yang baru kutahu akhir-akhir ini.

Ekspresinya berubah, bermacam-macam. Termasuk yang tak pernah dia tampakkan padaku.

Daimon Suguru.

Dia bercerita bagaimana sosok Daimon Suguru. Bertutur tentang pria yang begitu ia sayangi bahkan sedari kecil. Seluruh topik obrolan kami di kantor DATS mulai diisi oleh namanya. Ya. Daimon Suguru.

Hingga Masaru akhirnya memutuskan untuk mengejarnya ke Dunia Digital.

Argumen kami berbuntut panjang. Dia tetap berkeras. Aku emosi.

Kau nekat. Kau bodoh. Kau tolol.

Bahkan kata-kataku, yang mati-matian melarangmu pun kau abaikan. Seolah angin lalu.

.

.

[Tak ada yang tahu bagaimana cinta menelusup batin dan membuat segalanya menjadi kacau.]

.

Aku dan Masaru bertengkar hebat hari ini.

Semua karena aku sudah sangat muak mendengar nama Suguru. Suguru. Suguru. Muak. Telingaku panas.

Kuakui aku memang kurang suka mendengar nama itu keluar dari mulutmu. Tapi aku juga seharusnya tahu, bahwa aku tidak punya andil untuk merasa cemburu.

Kau menghentakkan kaki, membulatkan tekad untuk pergi ke dunia data.

Baiklah. Terserahmu.

Itu hakmu.

.

.

[Penyesalan dan cinta datang berseling. Seharusnya aku tahu, cinta datang bersama rasa sakit.]

.

Sudah setahun berlalu. Seluruh Digimon di dunia manusia telah pulang ke Dunia Digital.

Kami, DATS tetap bekerja seperti biasa, namun dengan banyak perubahan visi dan misi.

Tidak ada kabar tentang Daimon Suguru maupun Daimon Masaru. Nihil. Dan itu yang menyiksaku setiap harinya, sejak kepergian Daimon Masaru ke dunia data.

Bodoh.

Benar.

Bodoh.

Kami sama-sama bodoh.

Sekarang, aku hanya dapat menatap kosong kepulan awan di luar sana, membiarkan pikiranku menari-nari mengenangnya. Bertanya-tanya bagaimana kabarnya di sana, walau tanpa mendapat jawaban apapun.

.

.

[Sekeping perasaan, untuk satu susunan cinta]

.

END

.

Elah, saya nulis apa malem-malem gini hahahaha kebanyakan galau sih.