LADY IN RED

.

.

Disclaimer : ada yang percaya kalo saya punya Capcom? Nggak kan..LOL, cerita ini diambil dari ide penulis ditambah semua unsur dan cerita di game Resident Evil. Leon dan Ada milik kita bersama,hahahaha.

Warning :

Resident Evil 6 SPOILERS (sedikit banyak pokoknya mengandung spoiler)

Diperuntukkan buat Aeon fans berusia 15 tahun ke atas (tapi tidak mengandung unsur-unsur membahayakan kok)

Semoga ceritanya berkenan, dan maafkanlah segala bentuk kesalahan penulis newbie. Maklum baru pertama kali ini bikin,hehehe.

Tolong reviewnya yaah semua,makasihhh.

.

.


"For the next time you see her…"

Untuk kesekian kali aku memandanginya, melihat lambang kupu-kupu yang menjadi khas wanita itu, mengamati tiap detail benda mungil ini. Ya, ini salah satu alat riasan yang dia pakai untuk menyimpan chip bukti-bukti kejahatan Derek Simmons. Bukti yang membersihkan namaku dan Helena.

Kotak make-up miliknya...

Ada Wong.

.


Washington D.C., Desember 2013

Sudah beberapa bulan berlalu sejak peristiwa itu terjadi. Tragedi Tall Oaks dan Lanshiang yang mengguncang dunia, bukti dari ancaman B.O.W yang bisa menghancurkan umat manusia. Setelah berduka akan kematian mantan presiden Amerika Serikat, sekaligus temanku, Adam Benford.. kini kami rakyat Amerika tengah mempersiapkan pemilihan presiden baru. Aku tidak tertarik pada dunia politik, yang jelas kini unit D.S.O tempatku bekerja sedang dibekukan untuk sementara. Karena sang pencetus yaitu , juga menteri keamanannya yang tak lain Simmons, telah tiada.

Aku masih ditempatkan sebagai salah satu agen bagi pemerintah Amerika Serikat. Dan kabar baiknya, saat ini aku kembali menikmati kehidupanku. Kehidupan normal tanpa berada di sekeliling zombie dan monster-monster itu.

Dan sialnya, tiba-tiba ponselku berdering.

"Leon, kau dimana?"

Sigh. Hunnigan.

"Di apartemenku, Hunnigan. Kau sadar jam berapa ini?" kataku sambil melihat jam yang sudah menunjukkan pukul dua dini hari, "Pulanglah… Orang tuamu pasti khawatir."

"Bukan urusanmu, Leon. Aku masih ada beberapa urusan di kantor untuk pertemuan para petinggi negara besok. Kau sudah tahu tugasmu?" tanyanya ketus.

"Tidak, tidak ada informasi apapun." kataku. Aku berharap tidak sulit, karena aku masih butuh hari-hari normalku ini.

"Ya, ini memang agak mendadak. Besok kau ditugaskan untuk menjaga tamu-tamu penting, Leon. Mereka berada dalam tanggung jawab pemerintah Amerika Serikat, beberapa agen sudah dikerahkan, termasuk dirimu..."

"Leon, apa kau masih mendengarku?"

"Ah..eh, ya Hunnigan. Jam berapa aku harus ke kantor?"

"Jam 9 pagi, Leon… Kendaraanmu sudah disiapkan. Baiklah, sampai nanti..good night.." dan Hunnigan menutup teleponnya.

Dan tak lama kemudian aku pun tertidur lelap.

.


Kalau saja aku cukup kuat untuk melindunginya, atau setidaknya bisa mengeluarkan dia dari Racoon City. Mengapa dia melindungiku? Kenapa aku harus melihatnya tidak bernafas di tanganku? Aku tidak cukup kuat untuk menyelamatkan orang-orang…

"Kuharap kau mau bekerja pada kami, kau memiliki pengalaman dan kami akan melatihmu menjadi agen yang handal. Untuk Pemerintah Amerika."

Ya. Kurasa dengan cara ini aku bisa bertambah kuat, selain untuk menjamin keselamatan Sherry Birkin. Aku harus meningkatkan kemampuanku… Jangan sampai terjadi hal buruk lagi seperti di Racoon City.

"Menurut informan kami, Albert Wesker masih hidup. Dia bekerja sama dengan seorang mata-mata wanita. Sepertinya wanita itu Asian…mereka berbahaya. Apa kau mengenal mereka, Leon?"

"Tidak..." kataku.

Oh Tuhan. Dia masih hidup?

"Long time no see, Leon…"

.

.

.

"ADAAAA!" Aku terjaga.

Aku melihat keseliling, berusaha mengatur nafasku yang terengah-engah, mengusap kening yang basah oleh keringat. Ternyata hanya mimpi, mimpi yang sering datang dan membuatku seperti orang bodoh. Seakan aku tidak bisa terlepas dari masa lalu, padahal sudah 15 tahun berlalu sejak tragedi Racoon City. Berkali-kali memimpikan peristiwa itu, penderitaan, penyesalan, dan wanita itu.

Ada Wong. Ada Wong. Lagi-lagi tentang Ada Wong…entah kutukan apa yang membawaku mengenal wanita misterius ini. Wanita yang kukira menjadi korban Racoon City, seorang mata-mata yang ternyata menolongku dari kematian, lalu mengorbankan nyawanya. Aku melihatnya, bahkan aku yang memeluknya di saat dia menghembuskan nafas terakhir. Selama enam tahun aku berada dalam pelatihan agensi Amerika, mencoba mengatasi rasa depresi yang membuatku berkali-kali menyerah dan ingin mati. Kekuatanku satu-satunya untuk melewati semua itu hanyalah Sherry dan Claire, yang bernasib sama denganku. Juga perasaan bersalah yang kurasakan karena aku belum terlalu kuat untuk menyelamatkan orang, setidaknya wanita yang berarti untukku.

.

Tapi ternyata dia masih hidup.

.

Bahkan lebih buruk, wanita yang kusesali selama enam tahun itu bekerja sama dengan Wesker. Salah satu iblis dibalik nama Umbrella yang menyebabkan semua bio-terorisme. Umbrella yang benar-benar membuatku marah dan muak. Ada Wong sang mata-mata professional, bodohnya aku. Tapi aku tidak membencinya, jujur dalam hatiku, aku bersyukur bertemu dia di Spanyol dalam keadaan hidup.


Tak banyak waktu yang tersisa setelah bangun dan bersiap-siap. Aku berlari-lari kecil menaiki tangga, menuju kantorku. "Ah untunglah aku tidak terlambat.." kataku sambil melirik jam. Ketika aku membuka pintu, ternyata para agen sudah berbaris. Terbagi menjadi dua barisan.

"Agen Kennedy, silahkan bergabung dengan grup di sebelah kanan Anda," dari depan Hunnigan memberikan perintah, "Mengulang dari apa yang aku katakan sebelumnya, hari ini para petinggi, orang-orang penting Amerika dan beberapa menteri dari negara lain datang. Mereka akan mengadakan pembicaraan mengenai rencana perdamaian dan pembentukan aliansi penanggulangan dampak terorisme. Acara ini penting, semua tamu adalah prioritas dan mereka berada di bawah perlindungan Amerika."

Hunnigan melanjutkan, "Para agen yang berada di sebelah kanan saya, akan dipimpin oleh Agen Brooke untuk mengawasi daerah luar gedung termasuk halaman dan keamanan pintu masuk dan keluar. Sebaliknya, Agen Kennedy akan memimpin mengawasi jalannya acara dari dalam gedung. Laporkan semua kegiatan yang terlihat mencurigakan, selalu tenang dan bersikap profesional. Kalian mengerti?"

"Yes, ma-am!" semuanya menyahut.

"Semoga sukses, agen..." Hunnigan tersenyum yakin.

Dan kami pun menuju gedung pertemuan, dengan pembagian wilayah jaga yang sudah diatur.

.

.


ARA Executive Conference Center, Washington

Gedung pertemuan ini terbilang baru dan mewah. Aku masih bisa mencium wangi kayu dari interior yang menghiasi sisi dinding, tiap ruangan dibalut dengan eksterior yang mewah dan terkesan elegan, dengan lampu-lampu hidden-light di atasnya. Para tamu sudah memulai acara mereka sejak dua jam yang lalu. Tamu akan mengadakan break untuk makan siang tepat jam 12, lalu meeting dilanjutkan hingga pukul 4 sore. Setelah itu kami masih harus mengawal mereka sampai ke tempat penginapan. Aku duduk di depan ruangan pertemuan, hanya ditemani oleh secangkir kopi hitam yang sudah mulai dingin, dan rasa kantuk yang tidak juga hilang. Semua agen sudah disebar di beberapa ruangan, di semua lorong dan sudut bangunan, dan aku sedang menunggu laporan posisi mereka.

"Leon?! Tak kusangka aku akan bertemu denganmu disini!" sapa seorang wanita.

"Helena?!" aku kaget. Helena Harper, partnerku saat kami menjalani misi di Tall Oaks dan Lanshiang.

"Kau nampak lebih 'terawat' dari terakhir kali kita bertemu di pemakaman Deborah..sepertinya kau sehat."

"Yea, kurasa itu gunanya barber shop dan pisau cukur?" Aku terkekeh, "Sedang apa kau? Kukira divisi Secret Service tidak seharusnya ada disini..."

Helena duduk di depanku.

"Aku harus menemani salah satu tamu, dia Nyonya Rosette. Kami pernah bertemu ketika aku masih bekerja di CIA, ia meminta langsung agar aku yang menemaninya karena sifatnya memang tertutup.. Tapi untunglah aku bertemu denganmu, bosan juga rasanya menunggu. Anyway, senang melihatmu lagi, Leon!"

"Wah, aku merasa tersanjung. Ada wanita cantik yang kangen padaku rupanya?" godaku.

"Hahaha… kangen pada pria yang selalu memikirkan wanita lain itu bukan tipeku, Leon..."

Ugh. Kata-kata itu serasa menusukku.

"Hee… Aku tidak mengerti ucapanmu barusan," aku mengelak.

.

.

"Kau sudah bertemu lagi dengan Ada?" tanyanya tiba-tiba.

Aku hanya menggelengkan kepala, "Dari sekian ratus topik pembicaraan, kenapa bertanya tentang dia?"

Dia hanya tertawa kecil menanggapinya.

"Kurasa karena itu sisi yang paling ingin kau simpan, tapi tidak bisa ditutupi..." saat itu Helena menatapku, "Seperti kataku waktu itu, kau punya perasaan terhadapnya kan?"

Apa yang kurasakan pada Ada Wong?

"Sejujurnya pertanyaan itu juga yang kutanyakan pada diriku sendiri, Helena".

.

Lalu karena Helena mendesakku dengan beberapa pertanyaan, aku menceritakan secara singkat tentang Ada Wong. Bukan karena aku tidak mau bercerita, tapi aku pun tidak tahu banyak. Tentu saja aku tidak menyebutkan bahwa dia adalah mata-mata atau bekerja sama dengan Wesker, karena berbahaya.

"Wanita misterius yang menarik perhatianmu selama 15 tahun. Oh God, Leon! Kau mengenalnya selama lima belas tahun tapi tidak tahu dirinya secara jelas, hubungan kalian hingga saat ini tidak ada kepastian, bahkan dia menjadi incaran B.S.A.A? Hmm..oh sori, maksudku kini bukan incaran, karena menurut mereka Ada Wong telah tewas.." Helena berusaha menangkap inti ceritaku, "Tapi… kurasa seharusnya kau bergerak, atau menyerah sama sekali terhadapnya. Aku bahkan heran kau bisa bertahan selama itu!"

"Helena, itu tidak semudah yang kau pikirkan. Aku sendiri masih tidak ya.."

"Tidak yakin terhadapnya?" Helena memotong ucapanku, "Jelas dari perbuatanmu, kau yakin dia adalah bagian dari hidupmu yang tidak bisa kau lupakan".

Perkataan Helena lagi-lagi menusuk..seakan-akan dia bisa membaca pikiranku.

Obrolan kami terhenti oleh laporan salah satu agen di dalam ruangan, sudah jam dua belas. Waktunya makan siang rupanya. Para tamu pun satu per satu keluar dari ruangan menuju ruang makan, dengan berbagai bahasa, saling menyapa atau berkenalan dengan rekan baru. Dan giliran kami yang mengikuti dan memeriksa dari belakang. Ruangan sudah sepi ketika kami masuk untuk mengecek keadaan.

"LEON!"

.

Aku menoleh dan terdiam, melihat sesosok wanita berambut pirang yang rasanya pernah kukenal. Rambutnya panjang dan dia mengenakan baju formal berwarna hitam serasi dengan tas tangannya, juga satu map berwarna kuning. Dia tersenyum lebar dan menghampiriku dengan cepat. Ingatanku berputar seketika, mengingat lagi kejadian di Spanyol, tahun 2004. Tugasku yang pertama sebagai agen keamanan pemerintah Amerika di bawah kepemimpinan presiden baru, Mr. Graham. Sudah sembilan tahun sejak terakhir aku bertemu dengannya.

.

"Ash…Ashley?"

.

.


"Leon! Oh ya ampun, sudah lama sekali... Bagaimana kabarmu?" sapa Ashley ramah seraya mengulurkan tangannya untuk berjabat tangan.

"Kabarku baik, Ashley… ini kukenalkan padamu…"

"Miss Helena Harper, pastinya. Aku mendengar banyak tentang kalian" potong Ashley sambil menyalami Helena, "Halo, perkenalkan saya Ashley Graham. Aku membaca setiap artikel kalian di surat kabar tentang Tall Oaks juga Lanshiang.. kalian benar-benar hebat!"

"Suatu kehormatan bagi saya, Miss Ashley. Bagaimana kabar Mr. Graham?"

"Ayahku? Haha, dia sehat… Menikmati hari tua, masih hobi bermain catur dan golf seperti biasa," jawabnya ramah, "Leon, sepertinya kau berjodoh dengan kasus-kasus B.O.W, tapi untunglah kau bisa selamat."

Aku hanya tersenyum.

Waktu benar-benar merubah Ashley menjadi seseorang yang berbeda, aku tidak menyangka gadis berusia 20 tahun yang dulu berteriak minta tolong padaku sekarang telah berubah menjadi wanita karismatik dan berwibawa seperti ini.

"Kau..berubah, Ashley. Aku hampir tidak mengenalimu tadi," kataku, "Lebih baik, pastinya."

"Thanks. Setiap orang bisa berubah, Leon. Tergantung pada keinginan mereka, ke arah yang baik atau sebaliknya. Bisa dibilang sembilan tahun ini aku banyak berpikir, khususnya setelah pengalaman buruk tahun 2004, aku ingin berjuang bagi rakyat agar terbebas dari ancaman bio-terorisme. Untuk itulah aku ada disini sekarang..." jelasnya dengan nada pasti dan ceria.

"Wow, visi yang mulia. Ya ya baiklah Nona Ashley, tapi sebaiknya kita segera bergabung ke ruang makan… kau pasti lapar. Mari kami antar kau kesana." kemudian kami pun beriringan menuju ruang makan sambil mengobrol singkat. Helena mendapat telepon dari Nyonya Rosette sehingga ia meninggalkan kami berdua. Sepanjang perjalanan ke ruang makan Ashley sibuk menceritakan keikutsertaannya dalam program pemerintah kali ini, dia terlihat sangat yakin dan bersemangat program ini memiliki prospek cerah.

...

..

"Leon, apa kau sudah menikah?" tanya Ashley tiba-tiba.

Aku terkejut hingga tak bisa menahan tawa, dan dia hanya menatapku dengan pandangan bingung.

"Hahahaha... Menikah? Ah, eh, sori Ashley... Belum, hidupku lebih banyak dikelilingi monster atau zombie, di antara mereka aku tak bisa memilih. Mana yang lebih pantas untuk kunikahi?"

"Ah, dasar kau. Tapi di usiamu sekarang sebaiknya kau mulai memikirkannya Leon..." kata Ashley sambil tertawa, "Kau punya banyak agen cantik di sekitarmu, yang belum berubah menjadi zombie tentunya".

Ya, aku hanya terdiam mendengar nasihatnya.

"Tapi pesonamu masih kuat, Leon. Kau tahu? Sebelum aku keluar dari ruangan pertemuan, aku bicara dengan salah seorang peserta. Dia sangat cantik, sepertinya aku pernah melihatnya di suatu tempat… Yaa tapi aku lupa, mungkin dia salah satu agen ayahku dulu. Tiba-tiba dia bilang ingin berkenalan denganmu. Berkat dia aku jadi tahu kau ada di ruangan tadi. Tertarik?" tawarnya.

"Terima kasih tawarannya Ashley... nah kita sudah sampai di ruang makan." kataku menggantungkan ajakannya, aku tidak tertarik. Aku bersiap-siap berbalik badan untuk melanjutkan patroli, tapi tangan Ashley menahanku.

.

Dia mengajakku masuk ke ruang makan.. dan berkeliling. Ruang makan ini cukup luas dan meja-meja besar telah disiapkan sedemikian rupa membentuk beberapa kelompok. Sebagian besar kursinya telah terisi penuh. Pramusaji hilir-mudik mendatangkan makanan, menawarkan minuman, atau membereskan piring-piring kotor. Para tamu tengah menikmati makan siang di meja yang telah ditentukan, sambil mengobrol dan bergurau satu sama lain. Aku dan Ashley berjalan mengitari ruangan, ia mencari seseorang.

"Aneh, wanita itu tidak ada disini Leon. Apa kau yakin sudah semuanya?" tanya Ashley.

"Kita yang keluar terakhir dari ruangan tadi. Mungkin ia pergi ke kamar mandi? Nah, itu kursimu, Ashley," kataku sambil menunjuk salah satu kursi kosong dengan papan nama bertuliskan 'Ashley Graham', "Lagipula, kalian akan bertemu lagi di ruang pertemuan. Kau harus makan siang, dan aku juga harus kembali berpatroli... Ayo, duduklah".

"Sayang sekali, Leon. Aku berniat mengenalkannya padamu... Kurasa kalian cocok. Yah, nanti kalian juga akan bertemu. Dia pakai baju berwarna merah dan sangat cantik... mungkin dia orang Asia ya?"

.

.

Perkataan itu membuat jantungku berdegup lebih kencang.

.

"Siapa namanya, Ashley?"

Ashley tertegun melihat perubahan sikapku.

"A.. Ada sesuatu, Leon? Aku tidak tahu namanya, dia… OHH!" dia cepat-cepat merogoh saku dan mengeluarkan secarik kertas, "Dia menitipkan ini untukmu. Mungkin dia memberi nomornya untuk berkenalan?"

Kertas berwarna merah.

Aku membuka lipatannya, dan untuk sesaat pandanganku terasa gelap.

.

.

"Kau terlihat tampan seperti biasanya, Leon…"

XOXO

.

.


*XOXO : digambarkan sebagai cap bibir khas Lady in Red a.k.a Ada Wong

.

Author's Note :

Halo semuanyaa…salam kenal. Ini pertama kalinya nulis fanfic, dan telah diputuskan mau nulis tentang Leon x Ada… \(^_^)/ *yeaaayyy~~

Settingnya diambil sesudah RE 6 jadi sedikit banyak ada beberapa spoiler buat yang belum maenin…tapi pasti bisa dimengerti kok tanpa merusak keasikan maen RE 6 itu sendiri. Untuk yang penasaran tapi ga main gamenya, nonton lewat cutscene pun pasti ngerti. Dan ada beberapa flashback diambil sedikit dari cerita-cerita sebelumnya.

Inti cerita sebenernya simple, mau menekankan "kegalauan" hati Leon yang udah 15 taun sama Capcom dibuat ber-status kucing-kucingan ama Ada Wong, hehehehe.

Mau nulis pake inggris apa boleh buat kosakata tidak memadai xD

Mohon maaf apabila banyak bahasa yang 'ganggu' atau kurang nyambung….mohon koreksi dari kalian semua.

Akhir kata saya mohon review atau mungkin ide untuk ke depannya…terimakasih banyak buat yang mau meluangkan waktu untuk baca dan review! Sampai ketemu di chapter selanjutnya ^^