"Dimana ini..." Laki-laki berambut abu-abu itu terlihat bingung dengan tempat yang ia tempati sekarang. Sebuah jalan yang dipenuhi oleh padang rumput yang luas. "Kenapa aku ada disini..."

"Hiks..." Seorang anak laki-laki terlihat menangis didepannya. Ia tidak bisa menatapnya dengan jelas karena gelap dan juga berkabut.

"Siapa..."

"Kenapa kau tidak mengingatnya...?"

...

"Apa...?"

"Disini dingin... Gelap... Kumohon keluarkan aku..." Anak kecil itu seperti kedinginan dan hanya memeluk lututnya. Lelaki itu akan mendekatinya sebelum tiba-tiba anak itu ditebas oleh sesuatu yang tidak terlihat.

Title : Fate of Your Life

Rated : T

Genre : Friendship/Angst

Main Pairing : SouNaoOC

Based Story :

Fear of The Life (Remake Version)

Disclaimed :

Fate of Your Life © Me

Fear of The Life © Me

Persona 4 © Atlus

Warning : Gaje, AU story, OOC parah, OC

.

Chapter 1, Senzai Stanley

"Hah..." Laki-laki berambut abu-abu dengan matapun juga berwarna senada sedang menunggu disebuah stasiun kereta di kota Tokyo. Menghela nafas sesekali, ia mencoba untuk mencari tempat duduk yang bisa untuk ia duduki. "Ayah dan ibu memang terkadang tidak bisa dibaca fikirannya..."

"Souji-kun, maaf ya sepertinya kau harus kembali ke Inaba... Ayah dan ibu harus kembali ke Alaska untuk melanjutkan [strike]Liburan[/strike] proyek pekerjaan kami..."

"Yah, yang pasti aku bisa bertemu lagi dengan mereka..." Souji hanya mengangkat bahunya dan menghela nafas pendek. "Tetapi sepertinya ada yang lupa deh..."

"Souji..." Merasa seseorang memanggilnya, Souji refleks menoleh dan menemukan sosok berambut putih sedikit panjang dan memakai jubah berwarna putih dan celana berwarna hitam. Melihat parasnya yang terbilang manis, semua orang hanya bisa terpana melihatnya. "Kukira kau akan meninggalkanku..."

...

Souji yang bak kesambet roh Junpei (Junpei : woi gw masih hidup!) Cuman bisa bengong dan menoleh kekiri dan kekanan. Mencoba untuk meyakinkan kalau perempuan itu berbicara padanya.

"Kau... Berbicara padaku?"

"Kalau kau adalah laki-laki, berambut mangkok dan memiliki mata berwarna abu-abu sama seperti rambut mangkokmu, jawabannya ya."

"Apakah... Aku mengenalmu?" Perempuan itu terdiam melihat kearah Souji yang duduk didepannya. Ia menatap dan mendekatkan wajahnya hingga beberapa centi dari wajah tampannya itu. "E-eh?"

"Aku tanya, menurutmu aku ini laki-laki atau perempuan?" Jawabnya dengan senyuman penuh arti.

"Kenapa kau menanyakan hal itu? Tentu saja kau perempu...an...?" Souji melihatnya yang sekarang tetap tersenyum tetapi aura gelap menyelimuti sekitarnya.

"Kau pilih ingin kulubangi atau kupotong kecil-kecil..."

"W-wha-!"

"Ingat kembali apa yang dikatakan paman dan bibi..." Perempuan (?) Itu menyilangkan tangannya didepan dadanya.

"Ah iya, sepupumu dari Tsukioka akan datang dan menemanimu... Kau tahu dia kan?"

"J-jangan bilang..." Souji hanya bisa jawdrop melihat 'perempuan' yang ada didepannya itu. "K-kau Senzai?"

"Benar, dan maaf ya tuan muda Seta Souji yang terhormat! Aku bukan perempuan melainkan sepupu laki-lakimu satu-satunya!"

"Soalnya sejak dulu wajahmu itu mirip sekali dengan perem-" kata-kata Souji terhenti ketika perem- (*deathglare*) maksudnya laki-laki bernama Senzai itu mendeathglarenya mati-matian. "Lupakan kata-kataku... Lalu, kenapa kau ingin pindah? Kau sudah tinggal di Tsukioka selama 10 tahun bukan?"

...

Ia hanya terdiam dan tidak menjawab pertanyaan Souji.

"Senzai?"

"Hm? Tidak, aku hanya ingin mengganti suasana saja kok..." Senzai hanya bisa tertawa dan menepuk-nepuk pundak Souji yang hanya bisa bingung melihat sepupu satu-satunya itu.

TRIIING...

"Eh?" Senzai menghentikan tepukannya ketika menyadari sesuatu. Ia memegang tangannya dan mencoba untuk melihatnya.

"Ada apa Senzai, kereta akan segera berangkat..." Souji yang melihat sepupunya itu hanya diam memiringkan kepalanya bingung dengan tingkah sepupunya itu.

"Tidak-tidak..." Senzai hanya bisa tersenyum dan berjalan mengikuti Souji menuju kedekat rel kereta.

...

Hujan terlihat turun dengan derasnya di sebuah kota. Pemandangan kota itu benar-benar tidak bisa dikatakan baik. Dimana-mana reruntuhan terlihat, dimana-mana bercak darah terlihat membekas disudut-sudut bangunan yang sudah tak berbentuk. Terlihat beberapa orang sedang diam dan duduk diatas reruntuhan itu.

"Aku tidak bisa merasakannya...!"

"Sebenarnya kemana dia...?"

"Kenapa ia tidak bisa percaya pada kita! Walaupun kekuatannya menghilang, ia masih bisa membantu kita kan?"

"Kau seperti tidak tahu sifatnya saja Ayano..."

"Bagaimanapun, kita harus menemukannya..." Seseorang dari mereka berdiri dan menatap kearah langit yang menurunkan hujannya saat itu. "Senzai... Hanya ia yang bisa menghentikan takdir kehuancuran dunia ini..."

...

"Kenapa kau tidak mempercayai kami! Serahkan semuanya pada kami senpai!"

"Kami tidak selemah yang kau fikirkan Senzai..."

"Walaupun kekuatanmu menghilang, kami masih bisa melindungi kota ini..."

"Kami tidak akan bisa apa-apa tanpa kau senpai..."

"...zai...Senzai... SENZAI!" Suara Souji sukses membuyarkan lamunan Senzai. Saat ini ia sedang berada dikereta api dan sedang bersama dengan Senzai disana.

"A-Ada apa?"

"Kau dengar tidak apa yang aku katakan tadi?" Souji hanya bisa menghela nafas ketika mengetahui kalau Senzai tidak mendengar sedikitpun perkataannya.

"Maaf, aku sedikit mengantuk..." Senzai hanya menggaruk kepalanya sedikit dan tertawa pelan. "Lalu, apa yang ingin kau katakan Souji?"

"Tidak..." Souji yang berada di depannya hanya bisa memalingkan wajahnya dan menatap keluar jendela. "Sepertinya kau memiliki masalah... Jadi, sebaiknya aku tidak menambahkan masalahmu..."

"Tidak apa-apa..." Senzai hanya tersenyum sambil memangku dagunya dengan sebelah tangan. Semua orang yang ada disana (yang masih beranggapan kalau dia adalah perempuan) hanya bisa menatapnya sembunyi-sembunyi dengan wajah memerah. Yang bersangkutan malah cuek-cuek aja sambil memasang headset berwarna perak seperti rambutnya dan juga membaca buku yang tebalnya bisa mencapai 2 kali lipat buku H*R*Y P*T*E*.

"Pfft..." Suara Souji yang menahan ketawa membuat Senzai menatapnya.

"Ada apa?"

"Kalau melihatmu aku jadi ingat seseorang..." Souji hanya bisa tertawa-tawa mengingat secara keseluruhan Senzai mirip dengan perempuan, sementara aslinya dia cowo. Dan kalian pasti tahu siapa yang dibicarakan.

...In Inaba...

"Hatchi...!"

"Naoto, kau flu?" Rise yang berada didekat Naoto hanya bisa terkejut melihat Naoto.

"Tidak..." Naoto hanya bisa mengelap hidungnya dan membenahi topinya. "Tetap entah kenapa aku ingin sekali memukul senpai sekarang ini..."

"Tenang saja, toh sebentar lagi Souji akan datang kan?" Yosuke yang entah kenapa menjadi orang yang bijaksana (ceileh) itu tersenyum dengan senyuman p*ps*d*nt.

...Back to Train...

"Begitu ya..." Senzai hanya tertawa kecil dan tersenyum dengan api neraka dan juga buntut setan sebagai latar belakangnya. "Kau... Ulangi kata-katamu tadi bisa, Sou-ji?"

"Sepertinya tidak bisa..." Souji yang sudah merasakan aura-aura neraka dibelakang Senzai hanya bisa menggaruk kepala belakangnya yang ketombean (*ditabok*).

...

"Yah... Baiklah, perjalanan kita masih panjang. Jadi, sebaiknya kita tidur saja dulu..." Souji menguap dan merenggangkan tangannya.

"Tidak, aku masih harus menyelesaikan buku ini..." Senzai tersenyum tipis sambil mengibaskan tangannya.

"Baiklah, bangunkan aku jika sudah sampai..." Souji hanya mengatakan hal itu sebelum ia tertidur. Senzai yang melihatnya hanya bisa terdiam dan menutup bukunya. Ia meletakkan tangannya sejajar dengan dada Souji. Tidak melakukan apapun, tetapi ia mencoba untuk merasakan sesuatu.

"Maafkan aku Souji..."

...Velvet Room...

"Welcome to the Velvet Room..." Kakek-kakek yang sering kita sebut sebagai Igor itu menyambut dengan senyuman biasa dan juga tatapan yang tajam. Souji yang sadar jika ia berada didalam velvet room dan tentu saja terkejut karena ia dikirim ketempat yang sama hanya bisa terdiam.

"Kau terkejut kenapa aku memanggilmu kemari?"

"Bukankah Izanami sudah aku kalahkan...?" Souji menatap heran Igor yang ada didepannya. Igor hanya tertawa kecil, hanya menatap kearahnya.

"Bukan itu anakku... Tujuan utamamu yang sebenarnya bukan itu..."

"Lalu?"

"Roda takdirmu sempat terhenti ketika kekuatannya bangkit menggantikan takdirmu yang menyakitkan... Dan sekarang, kekuatannya yang menahan roda takdirmu tertidur... Dan roda takdirmu mulai berjalan kembali, perlahan-lahan..."

"Siapa yang kau maksud...?" Souji hanya bisa menatap Igor dengan tatapan tak percaya.

"Kau akan tahu..." Igor mengeluarkan kertas perjanjian yang sama dengan biasanya. "Tandatangani ini, kau akan mengetahuinya..."

"..." Souji menatap surat itu, dan tanpa ragu menandatanganinya.

"Baiklah, sampai kita bertemu lagi..."

...Back to the Train...

"...Ji... Souji..." Suara Senzai membangunkannya. Ia menatap perem- (*dihantam*) laki-laki yang ada didepannya itu dengan keadaan setengah mengantuk.

"Hn..."

"Kita sudah sampai..." Senzai hanya berdiri dan juga mengambil tasnya.

"Kau tidak tidur?"

"Tidak..."

"Setahuku kau itu tukang ti-" Souji langsung mendapatkan hadiah berupa deathglare dari Senzai yang mampu membuatnya bungkam sepuluh ribu bahasa. "Lupakan apapun yang aku katakan tadi..."

"Kau ingat tidak, ketika usia kita 5 tahun kita pernah tinggal bersama disini selama 1 tahun sebelum aku pindah ke Tsukioka?" Senzai hanya bisa tertawa-tawa mengingat kejadian masa kecilnya itu.

"Hum? Benarkah aku pernah tinggal disini?" Souji mencoba mengingat semuanya tetapi tidak bisa.

"Sudahlah, kau pelupa..." Senzai hanya bisa mengibas-ngibaskan tangannya seraya berjalan diikuti oleh Souji yang masih bingung dengan cerita Senzai.

...Yasoinaba Station...

"Siapa yang akan menjemput?" Senzai melihat kekiri dan kekanan, mencoba untuk melihat-lihat pemandangan yang ada disekelilingnya. "Benar-benar tidak berubah sejak 10 tahun yang lalu...!"

"Seharusnya mereka ada disini..."

"Souji!"

"Souji-kun!"

"Souji!"

"Senpai!"

"Senpai!"

"Senpai!"

"Sensei!"

Tujuh orang yang kita kenal sebagai Yosuke, Chie, Yukiko, Kanji, Rise, Naoto, dan Teddy langsung menghampirinya dan memeluk Senzai tanpa berfikir kalau perbuatan mereka bisa mengirim Senzai minimal ke rumah sakit.

"S-sesak! Jangan memelukku bersamaan!" Souji mencoba untuk melepaskan diri dari kerumunan sahabat-sahabatnya yang menatapnya seperti hewan buas yang siap menerkam mangsanya.

Senzai yang menyalakan rokok yang ada disakunya hanya bisa terdiam dengan tatapan terkejut melihat mereka. Ia mengingat sesuatu ketika melihat mereka semua.

"Ahaha..." Senzai hanya tertawa kecil melihatnya.

"Senzai, jangan tertawa seperti itu..." Souji hanya bisa sweatdrop mendengar sepupunya itu tertawa tanpa membantunya terlebih dahulu. Para I.T menoleh kearah Senzai yang masih tertawa ketika mendengar jawaban Souji.

"Whoaaa, Souji datang kembali membawa pacar!"

"Senpai! Aku patah hati..."

"Seleramu lumayan juga senpai..."

"Walaupun sepertinya setipe dengan Chie-" Yosuke yang mengatakan hal itu berakhir dengan tendangan maut Chie tepat dibagian penting keluarga Hanamura itu.

"Apa maksud kata-katamu itu!"

"Hmph..." Souji hanya bisa menutup mulutnya, menahan tawa ketika mendengar perkataan para sahabatnya itu. "Ahahaha..."

"Apa yang lucu senpai...?" Naoto yang paling waras disana hanya bisa menatap senpainya yang entah kenapa tertular virus gila dari Yukiko itu.

"Tidak... Dia itu kan-"

"Big bro!" Suara itu membuat Souji menghentikan pembicaraan dan melihat kearah belakang. Disana, Nanako sudah berlari menerjangnya dan memeluknya dengan sangat erat.

"N-nanako-chan, hampir saja aku jatuh..."

"Hahaha... Jangan sampai membuat pesta penyambutan Souji diadakan dirumah sakit Nanako..." Doujima yang berjalan santai masih dengan kemeja putih yang selalu ia pakai itu tertawa melihat semuanya. "Lalu, bagaimana kalau kau memperkenalkan kekasihmu ini...?"

"Pft... Ahahaha, bahkan paman tidak mengenalimu!"

"Paman... Kau lupa, ini aku Senzai..." Senzai hanya bisa sweatdrop+Jawdrop melihat semua orang disini menganggapnya sebagai seorang perempuan yang pada kenyataannya dia adalah seorang lelaki.

"Senzai... Senzai Stanley?" Doujima melihat kearah Senzai dengan seksama. Lalu kemudian ia menepuk-nepuk pundak Senzai. "Ahaha, sudah 10 tahun tidak melihatmu! Banyak perubahanmu Senzai..."

"Ya begitulah..."

"Rambut panjangmu sepertinya kau potong?" Doujima melihat rambut Senzai yang bisa dibilang nanggung antara panjang ataupun pendek.

"Paman seperti tidak tahu trauma masa kecilku saja..."

"Ahaha... Ya, ya, aku ingat ketika istriku memakaikan baju gothic itu, dan juga kimono kecil itu. Kau benar-benar seperti seorang wanita!" Doujima tertawa mengingat kejadian itu. "Bahkan pada saat kecil Souji selalu menatapmu dengan wajah memerah, mengira kau adalah perempuan...!"

"Jangan mengingatkan hal itu Doujima-san..."

"Memang aku pernah ya melihat Senzai dalam keadaan memalukan seperti itu?" Souji lagi-lagi tidak bisa mengingat semua kejadian bersama dengan Senzai itu.

"Kau lupa? Itu, pada saat kalian berusia 3 tahun..."

"Begitu ya?" Souji memiringkan kepalanya mencoba untuk mengingat kejadian itu sekali lagi.

"Tunggu dulu-!" Yosuke memotong pembicaraan tiga umat manusia itu. "Mirip dengan perempuan? Jadi dia-"

"Namaku Senzai Stanley, dan tentu saja aku ini lelaki bukan wanita..." Jawab Senzai sambil menatap Yosuke dengan tatapan membunuh yang setingkat dengan tatapan eksekusi Mitsuru Kirijo itu.

...

"Hah!" Semua anggota I.T terkejut bukan main mendengar itu.

"Bahkan ia lebih cantik dari Chie!"

"Tidak, ia lebih 'cantik' dari Teddy!"

"Aku setuju denganmu kali ini Teddy..."

"Sepertinya aku menemukan orang yang senasib denganku kali ini..." Naoto hanya bisa menatap Senzai dengan tatapan datar.

"Baiklah, baiklah... Bagaimana kalau sekarang kita keluar dari sini..."

...Shopping District...

Setelah kejadian yang menggemparkan semua orang yang ada disana, akhirnya mereka berakhir di Junes. Yosuke, dan semua anggota I.T masih menatap Senzai dengan tatapan tak percaya, sementara Senzai yang mulai risih hanya bisa menutup matanya saja.

"Bisakah kalian tidak menatapku seperti itu...?"

"Apa senpai yakin kalau senpai bukan perem-"

"Hmph..." Senzai langsung mendeathglare Kanji dan juga Souji yang akan tertawa mendengarnya.

"Ah kami belum memperkenalkan diri ya..."

"Tidak usah, kau Chie Satonaka, Yosuke Hanamura, Yukiko Amagi, Kanji Tatsumi, Rise Kujikawa, Naoto Shirogane, dan kau um..." Senzai melihat kearah Teddy.

"Teddy!"

"Bagaimana kau bisa tahu nama kami?" Chie hanya bisa terkagum-kagum melihat Senzai yang sekarang ini seperti cenayang itu.

"Itu rahasia..." Senzai hanya bisa tertawa penuh arti dan juga terlihat licik. Membuat semuanya hanya bisa jawdrop dan saat itu juga langsung berfikir kalau Senzai adalah seorang stalker.

"Lalu, kau tinggal dimana Senzai?"

"Aku? Aku tinggal Tsukioka..."

"Tsukioka?"

"Aku tidak pernah mendengar nama kota itu..." Yukiko mencoba untuk mengingat-ingat tetapi gagal menemukan memori itu.

"Bukankah Tsukioka itu..." Naoto mengingat sesuatu tentang kota itu.

"Kau tahu tentang kota itu Naoto?"

"Ya, tetapi kota itu-"

"Tsukioka, kota lama yang 10 tahun lalu menggemparkan seluruh Jepang akibat pembunuhan masal setengah dari penduduknya itu bukan...?" Semua orang terdiam mendengarnya. Naoto hanya bisa mengangguk dan hanya bisa menatap Senzai begitu juga dengan yang lainnya.

"Ada apa?" Senzai melihat kearah mereka semua yang terlihat tidak enak melihatnya. "Tidak apa-apa, memang faktanya seperti itu. Lagipula 2 tahun kemudian kasus pembunuhan itu tidak terlihat lagi kan?" Senzai tertawa seakan-akan tidak terjadi apapun.

"Sudahlah, bagaimana kalau kita pulang saja? Sudah jam 5 sore..." Senzai menatap jam tangan yang ada dipergelangan tangannya itu.

...Night Time...

"Senpai! Apa yang harus kita lakukan sekarang!"

"Mereka ada dimana-mana! Kita sudah dikepung!"

"Kalau kita tidak segera bertindak, mereka akan menyerang kita Senzai!"

"Senzai, itu dia pemimpinnya!"

"Kau-! Kau adalah..."

CRAAAT!

Semua tubuh itu tergeletak bersimbah darah. Pemuda yang dikenal sebagai Senzai itu hanya bisa terdiam. Ia menatap orang yang menyerang teman-temannya.

"Ada apa? Kau terkejut? Bukankah aku adalah-"

"GAAH!" Senzai bangkit dari tempat tidurnya dengan nafas terengah-engah. Ia memegangi kepalanya dan mencoba untuk mengatur kembali nafasnya yang memburu. "M-Mimpi itu lagi..."

11.55

Ia menatap kearah langit malam itu. Kabut tebal menyelimuti kota Inaba saat itu. Tetapi, ia masih bisa melihat bulan purnama yang ada disana.

"Bulan purnama..."

11.56

.

11.57

.

11.58

.

11.59

.

00.00

ZRRRRT...

Senzai terkejut mendengar suara itu dan menatap kearah TV yang ada dibelakangnya. Sebuah gambar yang tidak jelas karena gambar itu bergelombang dan juga tertutup oleh kabut.

"Apa... Ini..."

Tentu saja ia tidak tahu...

Tetapi, siapa yang tidak mengetahui kejadian yang terjadi setiap malam di kota Inaba ketika Izanami masih ada itu...?

Dan benar...

Sebuah fakta sudah dilihat oleh seorang Senzai Stanley.

Midnight Channel telah kembali...

...To be Continue...

...

Tambah Gaje ya?

Jangan salahkan bunda mengandung~ gw pengen ngeremake tapi kayaknya Souji dibuat koma atau mati itu biasa #dimaziodyne jadi mending dibuat gini deh :P

Oh iya timelinenya itu : 2 bulan setelah Souji balik ke Tokyo xD

Yang mau liat versi unremakenya silahkan lihat judul lamanya : Fear of The Life =^w^=

Mohon RnRnya (_ _)