Title: The Right Way

Rate: T?

Genre: Romance

Summary: Apakah aku dapat berjalan sendiri? Kegelapan adalah tempatku, hidupku. Sejujurnya, Aku hanyalah seorang Atheis, yang membutuhkan bimbingan dari orang yang kukasihi, tapi aku juga akan membimbingnya dengan keyakinanku.

© Naruto belongs to Masashi Kishimoto

Tak ada keadaan yang tetap, waktu terus berjalan, bumi tak berhenti berotasi bahkan satu detik saja. Tahukah, beberapa orang yang mengatakan bahwa dirinya 'dekat' dengan Tuhan mengatakan hidup ini terus berputar, takkan ada keadaan yang tetap. Keadaan manusia hanya seperti terbit dan terbenamnya Sang Dewa Cahaya. Tak ada satupun makhluk Tuhan yang bisa merubah ketetapan ini.

Suatu saat, ada seorang anak yang mempertanyakan hal itu. Jika kehidupan manusia berjalan layaknya Sang Mentari pada bumi ini, apakah mereka melupakan Dewi Malam yang ikut menyertai bumi ini? Kedua benda surya itu sama-sama berotasi, tak ada bedanya,bukan?Ketika ia menanyakan hal itu pada orang-orang terdekatnya, tak ada yang menjawab hal itu. Semua berkata, "Tanyalah hal itu pada Tuhan." Tapi, mengapa Tuhan tak memberikannya jawaban.

Waktu terus berjalan, pemuda kecil ingin tahu itu bermetafosa menjadi pria yang sempurna, dimana semua orang takjub oleh pesonanya. Tapi, dalam kesempurnaan itu, tahukah mereka bahwa ia tak meyakini Tuhan, hanya karena pertanyaan yang tak terjawab? Sungguh fakta yang tak dapat dipercaya. Pria itu menganggap untaian doa yang orang lain ucapkan, baginya hanya omong kosong belaka. Seharusnya berharplah ia agar Tuhan mengampuni dirinya. Oh, hampir saja terlupa, pemuda itu adalah Uchiha Sasuke.

Uchiha Sasuke, pemuda berusia 20 tahun, yang memiliki cukup banyak catatan tindak kejahatan kecil di kepolisian San Francisco, California. Selain itu, perannya dalam dunia sandiwara ini adalah sebagai seorang Atheis, tentu kau tahu apa arti kata tersebut. Kehidupannya semakin berantakan ketika ia meninggalkan keluarganya dua setengah tahun lalu. Mungkin, jika di lihat sisi baiknya, pergi merupakan jalan terbaik untuk Sang Uchiha. Mengapa demikian? Karena ia menemukan seberkas cahaya yang membawanya pulang dari kemelut kegelapan.

(Los Angeles, tiga tahun lalu)

"Sasuke, bisa kau bantu aku menghias pohon?"

"Maaf, aku sibuk."

Selalu terjadi hal yang sama ketika perayaan hari besar keyakinan, dimana Sasuke hanya mengurung diri di kamarnya merasa risih dengan segala persiapan. Ia berfikir itu semua adalah hal yang merepotkan. Sepuluh tahun sudah, Sasuke meninggalkan keyakinannya pada Tuhan. Meskipun, ia tak menunjukkan hal ini pada siapapun.

Semua orang mungkin mengira, seluruh Uchiha adalah pemegang keyakinan yang kuat, tapi bagaimanakah dengan Sasuke? Apakah dalam dirinya mengalir darah Uchiha yang berbeda? Tidak, semua Uchiha adalah sama, hanya saja Sasuke memiliki keraguan pada keyakinan.

Ketika Sasuke sedang menatap bintang, Itachi menepuk bahunya. Mereka berdua larut dalam kesunyian malam. Tak ada satu pun yang angkat bicara, bahkan tak ada suara hembusan angin, sungguh sunyi, dan begitu gelap.

Cukup sudah Uchiha bersaudara itu termenung, itachi pun memulai pembicaraan.

"Masuklah, udara semakin dingin, tentu kau tak ingin sakit saat natal, kan?"

Sasuke hanya tersenyum hambar dan menyanggupi apa yang dikatakan kakaknya. Walaupun, sosok Sasuke terlihat dingin dan tak perduli, tapi ia sungguh menyayangi kakaknya, Uchiha Itachi. Karena hanya Itachi yang bisa mengerti Sasuke. Sudah 16 tahun ia bernafas di dunia ini, hanya sosok kakaknya yang ia sayangi. Hanya Itachi seorang.

Tapi, semenjak Sasuke berusia 15 tahun, terjadi kerenggangan hubungan antara ia dan orang tuanya, karena kesalah pahaman.

5 bulan kemudian, atmosfir dalam keluarga itu semakin memburuk, ketika perpecahan yang Itachi berusaha untuk cegah, telah datang di iringi melodi duka, karena perginya seorang Uchiha.

"Sasuke, beraninya dirimu! Kau jangan bodoh! Kau harus yakin padaNya!"

Sakit sudah hati Itachi dan Mikoto, mendengar perkataan Sasuke yang menghina Uchiha bahkan keyakinan, terlebih lagi mereka berdua harus menatap Fugaku yang menampar Sasuke, seperti menampar seorang iblis.

"Ayah, hentikan! Sasuke juga anakmu!"

Itachi terus berusaha menghentikan tamparan Fugaku pada adiknya.

"Aku tak takut pada kalian, Aku pergi."

Sasuke meninggalkan ruang berkumpul dan mengambil tas yang telah ia siapkan. Ia tahu, sikapnya pasti sangat menyakiti keluarganya, tapi ia tak ingin perduli. Tiba-tiba saja Fugaku berteriak.

"Aku akan hapus namamu dari silsilah Uchiha, anak muda!"

Sasuke berbalik dengan tatapan kosong, dan terlihat mengejek pada Fugaku.

"Buang namaku dari keluarga ini, aku tak perduli."

Kalimat tajam dari mulut Sasuke sungguh memberika tamparan keras bagi Fugaku dan juga Itachi. Mikoto pun jatuh pingsan ketika melihat Sasuke berjalan meninggalkan keluarganya. Bagaimana tidak? Mikoto melahirkan putra bungsunya dengan penuh perjuangan, tapi apa balasan anak muda itu pada mereka semua, hanya cercaan yang menusuk.

Tak tahan melihat sikap adiknya, Itachi bangkit dan menyusul Sasuke.

"Sasuke, dengarkan aku. Sadarlah! Aku yakin tadi itu bukan adik kesayanganku"

Itachi mengguncang bahu Sasuke, tetapi Sasuke hanya tertawa tak berarti.

"Kumohon kembalilah, Sasuke! Apa kau tak perduli pada ayah dan ibu?"

"Perduli? Takkan. Lihat, kak. Aku pasti bisa hidup dengan caraku sendiri."

"Apa kau ingin hidup menjadi seorang Atheis?"

"Kau memang jenius. Ya, aku akan hidup tanpa keyakinan, tanpa keluarga, dan tanpa segala petuah darimu, kakakku tersayang. hahaha"

Itachi terdiam, ia melepaskan tangannya dari Sasuke. Ia tak sanggup dengan Sasuke sekarang.

"Pergilah. Jangan pernah datang kehadapanku lagi, jika kau masih seperti ini."

Itachi menutup pintu rumah itu untuk Sasuke, Itachi tahu ia harus tetap tegar dan menyemangati kedua orangtuanya.

Sasuke terkejut dengan perlakuan kakaknya. Ia menganggap, kakaknya yang selama ini ia sayang telah membuangnya seperti yang lain.

"Aku janji, tak akan datang kehadapanmu lagi, kak. Aku menyayangimu ." gumam Sasuke.

Mulai hari itu, seorang Uchiha Sasuke telah pergi dengan cara yang sungguh menyakitkan. Sejak saat itu juga, kehidupan Sasuke berubah menjadi lebih keras.

(San Francisco)

"Hh."

Sasuke mengela nafas berat, ketika ia sampai pada suatu tempat yang sama sekali tak ada bias dalam pikirannya, untuk memijakkan kakinya di San Francisco. Tempat yang sama sekali tak pernah ia kunjungi. Merasa asing dengan tempat itu, tentu Sasuke merasa terintimidasi pada setiap mata yang mengawasinya.

Tiba-tiba saja, seseorang tak dikenal mendekati Sasuke dengan senyuman yang meluluhkan.

"Hi! Are you a Japanese?"

Sasuke memperhatikan orang itu penuh curiga, ia tak pernah kenal dengan pria itu. Setelah, merasa sedikit yakin bahwa orang dihadapannya adalah keturunan Jepang juga.

"yes, I'm."

Pemuda dihadapan Sasuke tersenyum cerah, seakan menemukan malaikat petunjuk hidupnya.

"Ah, finally. Sorry before I didn't introduce my self. I'm Neji, 19 years old. And I'm a Japanese like you."

Neji mengulurkan tangannya untuk berjabat dengan Sasuke, tapi tak ada sambutan yang ia terima. Sasuke hanya memandang hal di sekelilingnya.

"I'm Sasuke, 16 years old "

"Aku baru sampai di sini. Apakah kau tahu dimana tempat ini?"

Neji menunjukkan secarik kertas pada Sasuke.

Sasuke menggeleng pelan, ia sendiri tak tahu harus kemana. Tak disangka ada yang bertanya padanya.

"Maaf, telah merepotkanmu. Aku kira kau sudah lama di Friscò"

Perbincangan yang cukup singkat itu berakhir begitu saja. Sasuke pun meninggalkan tempat itu.

Akan tetapi, ia tak tahu kemana ia harus melangkah.

Pemuda tampan itu hanya berjalan mengikuti kemana kakinya melangkah.

Kemelut malam tak menggubris keberanian Sasuke, kota yang dapat dikatakan ketika malam, tak ia takuti. Karena yang ia inginkan hanyalah kebebasan.

Pemuda tampan itu memasuki sebuah jalan kecil yang berada di antara pertokoan. 'Harum'nya asap rokok dan penggunaan ganja juga alkohol, begitu memikat dalam dunia malam di jalan itu. Beberapa wanita yang sedang berbuat tak pantas dengan beberapa pria dan juga penggunaan segala narkotika. Bahkan Sasuke pun tyertarik untuk bergabung pada satu kelompok disana.

Alkohol, tentu hal yang tak dapat ditolak ketika kau dalam kemelut masalah.

Untuk benda itu, Sasuke menghabiskan sisa uangnya hanya untuk merasakan nirwana sementara. Sekejap nirwana itu hilang begitu saja, karena tanpa sengaja Sasuke mngeluarkan isi perutnya pada seseorang.

Hal itu, membuat Sasuke mendapat beberapa kekerasan pada dirinya.

"Take that, bastard. Hahahaha"

Setelah puas memukuli Sasuke, kelompok pemabuk itu pergi. Mereka membiarkan Sasuke terkapar dengan penuh luka. Beberapa wanita malam, menertawakan keadaannya. Keadaan tetap 'indah' seperti adanya.

Tanpa ada pemberitahuan dari seseorang yang dapat di percaya, terdengar sirine polisi. Semua bagian dari jalan itu, berhambur tanpa kejelasan yang pasti. Cahaya merah lampu polisi, beserta lolongan anjing pencari menngema dalam jalan kecil itu.

Dilupakankah keadaan Sasuke? tentu tidak. Tidak semua dalam kegelapan adalah jahat, itu hanyalah cerminan hampa masyarakat. Kegelapan pun memiliki hati, meski pun hati itu sangat rapuh jika tersentuh tajam.

Seseorang dengan keadaan tertutup menyelamatkan Sasuke dari penjelajahan penegak hukum.


"Kau kembali, Inuzuka-san?"

"Tentu saja Lee, aku takkan mati karena pecundang hukum tersebut. Hahaha."

"jangan remehkan mereka, Young Master. Shikamaru-sama, mengkhawatirkan anda."

"Hh, baiklah penasihat yang baik. Aku segera menemui Shika-kun. Ah, ya. Perketat pengawasan daerah A-3. Tadi tiba-tiba saja para pecundang itu datang."

"Segera saya lakukan. Bagaimana dengan bawaan anda, Young Master?"

"Letakkan ia di ruang perwatan, dia mabuk berat, dan di pukuli."

"Anda mafia terunik yang saya temui, haha."

Kiba pun ikut tertawa mendengar perkataan Lee, tiba-tiba saja ia teringat sesuatu.

"Lee, apakah kau mengetahui tentang pemuda itu? Sepertinya aku merasa bahwa ia pendatang"

"Mungkin anda benar. Ah, iya. shikamaru-sama menunggu anda."

Pemuda bernama Kiba itu, beranjak dari perbincangan kecil itu. Pikirannya terpusat pada pemuda yang terkapar tadi, ia merasa bingung mengapa ingin menyelamatkan dia yang ia tak kenal sama sekali. Kiba menyusuri lorong gelap bangunan tua itu. Beberapa ruang tempat menyimpan perjualan 'gelap' senjata, dengan beberapa penjaga ia lewati. Sampailah ia di depan pintu besar yang terlihat tua dan rapuh, penjaga pintu membukakan jalan untuknya. Keringat dingin, itulah yang ia rasakan ketika menemui kekasihnya. kadang ia merasa begitu nyaman dan juga takut jika berada di sisi Shikamaru.

"Naa~ Shika-kun."

tangan Kiba mengalungi leher sang kekasih, pemuda itu tersenyum melihat kekasihnya yang tertidur damai. Ketika ia mencium pipi Shikamaru. Sang Pemimpin terbangun dari buaian mimpi panjangnya.

"Kemana saja kau?"

tak perduli dengan suara dingin Shikamaru, Kiba tetap mempertahankan posisinya. Bahkan ia, menyandarkan wajahnya pada bahu Shikamaru.

"Hanya sedikit berjalan-jalan penghilang suntuk."

"Aku telah mendengar pemuda yang kau bawa. Siapa dia? 'Simpanan'mu?"

tak perlu terkejut, Inuzuka telah terbiasa dengan sindiran tajam pujaan hatinya itu.

"Aku hanya menyelamatkannya dari pecundang hukum. Seperti yang kau lakukan dulu. Simpanan? aku cukup memiliki dirimu."

Mendengar pernyataan Kiba, Shikamaru tersenyum simpul. Dan menepuk lembut kepala kekasihnya itu.

"Jika ia telah sadar apa kita menggunakannya?"

"Itu tergantung, jika ia memiliki kemampuan. Aku akan mengangkatnya, jika tidak kita bisa membuangnya ke tempat semula."

Kiba hanya bisa mendesah kecil, ia tahu hidup di dunia ini bukanlah hal yang mudah. Hanya membuang dan mendapatkan, Hal itulah yang terjadi pada rotasi waktu milik Sasuke. Pemuda itu selalu mengingat perkataan Shikamaru ketika pertama bertemu. "Tak ada hal yang lembut dalam dunia ini, semuanya begitu keras. Meskipun duniaku dan duniamu berbeda, sadarkah kau? Kita sama-sama memiliki sisi gelap yang lebih lembut di banding sisi terang. tak ada kelembutan dalam duni ini, itu hanyalah kebohongan semata yang di berikan pada anak 5 tahun sebagai pengahantar tidur." Perkataan itulah yang memurnikan pikiran Kiba, yah, dunia ini memang keras. Perkataan itu juga yang mengalihkan pandangan Kiba tentang dunia, Ah, tak hanya itu Shikamaru membawa raganya pergi dari dunia yang sebelumnya ia miliki.


Kegelapan, yah hanya itu yang ia lihat. Tak ada cahaya seberkas pun, Sasuke bermimpi panjang dalam gelapnya begitu panjang tanpa perhentian. Ia bagaikan berjalan di atas semua dosanya, semua penkhianatannya, dan semua kebohongannya. Pemuda itu ingin menghentikan waktu, ingin segalanya segera berakhir. Tapi, ketika semuanya berada di akhir, Sasuke sadar. Ada seorang pemuda dihadapannya, tersenyum dan mengulurkan tangannya pada Sasuke. Seseorang yang ia kenal, dan akan selau ada di hatinya hingga dunia berakhir begitu saja.

Perlahan, Sasuke mulai membuka matanya. Kepalanya sedikit nyeri akibat pukulan malam itu. Yang ia lihat hanyalah sebuah ruangan kecil yang kiranya berada dalam bangunan tua, dan tak satu pun orang disana. Terhenyak dalam pikirannya bahwa ia tertangkap oleh penegak hukum. Tapi, tidak ketika tiga orang pemuda menghampirinya. Seseorang dengan pakaian serba hijau, membetulkan tabung infus Sasuke. dan dua orang lainnya berdiri di hadapannya.

"Akhirnya, kau sadar juga."

Seorang pemuda dengan tattoo berbentuk taring merah di kedua lesung pipinya, menyambut kembalinya Sasuke dengan hangat. Merasa tak mengenal Sasuke hanya berdiam diri.

"Tenang saja kau aman di sini, setelah beberapa hari kau beristirahat. Kita perlu bicara."

saut pemuda yang merangkul pemuda dengan tattoo.

Setelah selesai memeriksa tekanan darah Sasuke, pemuda dengan pakaian serba hijau itu membetulkan selimut Sasuke.

"Siapa namamu, Tuan Muda?"

agak ragu untuk menjawab, tapi ada desakan paksa terpancar dari bola mata hitam itu agar Sasuke menjawab.

"Sasuke."

"Nama keluargamu?"

"Aku membuangnya. Sebab itu aku pergi ke frisco."

Semua dalam ruangan itu tampak mengerti permasalahan yang Sasuke hadapi.

"Kalau begitu, aku yakin dia 'aman', tak ada sangkut paut dengan kepolisian."

Ketiga orang itu pun merasa lega, mengetahui bahwa Sasuke 'bersih'.

"Ah ya, Aku Inuzuka Kiba, kau bisa memanggilku Kiba. Dan ini tunanganku, Nara Shikamaru."

Suara pemuda bernama Kiba itu melenyapkan atmosfir gelap di ruangan itu.

"Saya Lee, penasihat untuk Shikamaru-sama. Dialah pemimpin kelompok mafia ini."

Namun, salah seorang dengan mimik tak perduli yang Sasuke tahu ia adalah Shikamaru, segera beranjak dan keluar dari ruangan itu. Lalu, Kiba izin meninggalkan ruangan tersebut dan menyusul kekasihnya itu.

"Maaf, Shikamaru-sama seperti itu, mungkin ada urusan mendadak."

"Hn, tak apa."

Selesai memeriksa keadaan Sasuke, Lee beranjak pergi juga, meninggalkan pemuda itu.

"Jika ada yang kau butuhkan. Panggil saja penjaga yang aka mengontrolmu."

Sasuke pun mengangguk dan memandang pintu kayu tua yang mulai tertutup.

(To Be Continued)


Naa~ maaf ceritanya terlalu aneh.

NejiSasunya juga belum telihat. huhu

Mind to review it?