;-;-;-;-;-;-;-;-;-;-;-;-;-;-;-;-;-;

Near IS

;-;-;-;-;-;-;-;-;-;-;-;-;-;-;-;-;-;

Story Nekuro Yamikawa

Infinite Stratos © Izuru Yumizuru

Genre : General / undetermined yet

Rate : T

A/N : Jika sekiranya ada fic milik author lain yang hampir serupa dengan fic ini di fandom ini, atau bahkan sama dengan novel asli. Maka itu murni kebetulan dan tanpa disengaja karena author tidak memiliki novel asli dan hanya mengetahui IS dari Anime dan Light Novel-nya.

WARNING !

Kemungkinan typo, OOC, dan lain sebagainya karena saya hanya author biasa yang sekedar meluapkan imajinasinya melalui fic ini.

.

.

.


Chapter 1


Tahun pelajaran baru telah di mulai di IS Academy. Kelas yang dulu ditempati Ichika dan teman-teman sekelasnya sekarang telah di warisi oleh para murid baru dari berbagai penjuru negeri. Tidak, penjuru dunia. Wajah-wajah baru siswi-siswi yang ceria saat saling berkenalan satu sama lain tampak di setiap sudut ruangan dengan fasilitas canggih tersebut. Semua begitu hanyut dalam kegembiraan setelah berhasil melewati ujian masuk yang dikenal cukup sulit.

Saking asyiknya suasana, beberapa murid yang masih berada di meja teman barunya sempat tertangkap oleh wakil wali kelas mereka yang secara tiba-tiba masuk ke ruangan tersebut untuk memperkenalkan diri. Ia seorang gadis muda berkacamata dengan wajah yang cukup meragukan untuk bisa dipanggil sensei. Sebab, sekilas ia terlihat tak jauh beda dengan para murid di sini.

Dan setelah suara pintu otomatis bergerak untuk ke dua kalinya saat langkah kaki wanita berambut hijau cerah tersebut tak lagi menghalangi jarak sensor, semua mata yang berjumlah tiga puluh pasang segera tertuju ke arahnya.

Wanita itu berjalan menuju satu-satunya meja di depan kelas. Masih dalam posisi berdiri, memperbaiki letak kacamata dan serumpunan poni di dahinya, pandangannya kemudian menyisir seluruh isi ruangan di ikuti gerak halus kepalanya yang berayun dari kanan ke kiri.

Seolah habis menghitung jumlah siswi di kelasnya, wanita itu akhirnya mengucap salam, tersenyum ramah pada setiap gadis remaja di hadapannya, di lanjut perkenalan diri yang berlangsung tidak sampai sepuluh menit.

"Nama saya Yamada Maya. Kalian bisa bisa memanggil saya Yamada Sensei. Saya adalah guru sekaligus wakil wali kelas kalian untuk satu tahun ke depan," ucapnya. Kemudian dia diam sejenak untuk menunggu bagaimana respon para siswi baru tahun ini. Diam, sama seperti saat ia mengajar di kelas Ichika yang sekarang telah menjadi murid tahun kedua. "baik semuanya, mari kita saling berakraban selama satu tahun ini." lanjutnya kemudian seraya membuka map berwarna hijau di tangan dan mulai mengabsen para murid baru.

Tidak seperti tahun sebelumnya, kali ini ia sedikit mengalami kemajuan. Sensei yang dikenal mudah gugup ini terlihat tenang. Mungkin, karena keberadaan Ichika yang tidak lain satu-satunya pria yang bisa mengendalikan IS di dunia yang waktu itu terdapat dalam daftar absennya, sehingga ia gugup pada perkenalannya di tahun lalu.

Satu persatu siswi di minta memperkenalkan diri, dari pojok belakang lalu terus bergantian di sampingnya, dan seterusnya bergerak hingga ujung lain, kemudian berganti dengan siswi di hadapan siswi sebelumnya, setelah itu kembali berganti pada siswi di samping dan mengulang kembali cara yang sama hingga seluruh murid telah memperkenalkan diri mereka.

Untuk sejenak, mungkin kelas ini tampak tidak ada yang beda dengan kelas-kelas yang lain. Tapi sebenarnya, kelas ini cukup istimewa. Mengapa? Karena di kelas ini terdapat seorang laki-laki lain yang bisa menggunakan IS atau lebih tepatnya eksoskeleton armor canggih yang menyerupai IS tapi bukan IS. Secara kasat mata, IS "palsu" miliknya hampir tak memiliki perbedaan dari aslinya. Kecuali Core dan tentu saja teknologi senjata yang dimiliki. Itu sebabnya untuk tahun ini, kelas tersebut mendapat wakil dan wali kelas yang sama, yang mana itu bertujuan untuk mengamati sang pemilik bersama Near IS, sebutan pihak sekolah pada mesin tersebut.

"Nama saya Shiroishino Hikari, salam kenal," ucap datar seorang siswi yang memiliki tempat duduk paling depan dan bersebelahan dengan jendela. Siswi tersebut berambut putih keperakan digerai sampai punggung, salah satu poninya menggantung hingga menghalangi sebagian wajah kanan dan hanya menyisakan bagian kiri yang terlihat jelas. Ia memiliki postur tubuh ramping dan kecil, kurang lebih sama seperti Huang Ling Yin, pilot IS perwakilan dari china yang juga teman masa kecil Ichika. "terima kasih" lanjutnya kemudian.

Sang Sensei memperhatikan kelakuannya, lalu kembali tersenyum. Siswi tersebut benar-benar mengingatkannya pada saat awal perkenalan kelas tahun lalu. "Sama seperti Ichika, apa semua anak laki-laki jaman sekarang seperti ini sifatnya?" Batin Yamada Sensei sebelum ia mempersilahkan siswi yang notabene adalah siswa tersebut duduk kembali. Bila boleh dikritik, apa yang dipikirkan sensei barusan sama sekali tidak benar. Ia hanya beruntung karena murid laki-laki ini tidak tergolong salah satu dari berbagai jenis murid nakal di luar sana.

Jika dibandingkan dengan Ichika, siswa ini tidak memiliki persamaan sifat dengan laki-laki yang sangat polos dan tidak sensitif pada setiap maksud pandangan dan tingkah lawan jenis di sekitarnya tersebut. Dia terkesan tertutup dan lebih suka menyendiri. Itu mengapa dia terlihat begitu datar, dingin bahkan tidak peduli pada keputusan yang ia buat saat berada di sini, yaitu menyamar sebagai murid perempuan.

Pada awal kedatangannya, para sensei sempat beradu argumen. Ia adalah pemilik Near IS, bukan IS. Jadi, bukankah membiarkannya berada di akademi dan memperoleh pembelajaran tentang IS sama halnya dengan memberikan data pada siswa tersebut? Bagaimana jika hal itu dia berikan pada orang di balik Near IS miliknya, apalagi Near IS itu memiliki semacam proteksi yang melindungi setiap data di dalamnya yang bahkan Shinonono Tabane kesulitan untuk memetakan kode-kodenya. Tapi akhirnya, mereka pun menerima keberadaan Near IS tersebut setelah mendapat konfirmasi dari Shinonono Tabane sendiri yang mengeceknya secara langsung.

x-X-x

"Oiish, aku hanya bisa menganalisa 99% dari keseluruhan, sisanya terlindung di balik proteksi." keluh si jenius pencipta IS tersebut saat terakhir kali berada di lab untuk membongkar data Near IS. Benda tersebut sekarang berbentuk sebuah choker yang melilit di leher anak laki-laki itu dan tidak bisa dilepas.

"Jadi bagaimana? Apakah 'benda' ini…" Tanya Chufuyu pada teman dekatnya, yang kemudian segera dipotong oleh profesor yang gemar meniru penampilan seekor kelinci tersebut.

"Uuuhn, secara keseluruhan, ia memiliki kesamaan hampir menyerupai IS buatanku." Jelasnya sambil memasang wajah murung dan tingkah yang ia buat-buat seimut mungkin, meskipun Chifuyu di dekatnya tidak pernah mempedulikan itu sama sekali. Setelah itu, Jari-jari berkelincahan tingginya sekali lagi bergerak gesit pada keyboard hologram yang dia gunakan untuk memetakan data. Tapi lagi-lagi, hanya suara Tuuut dan peringatan yang muncul di layar semu.

"Oiiish, kenapa tidak bisa?" ia merengek palsu dan Chifuyu hanya memandangi choker dengan ornament kepingan hexagonal bergambar serangga terbang yang melekat pada bocah laki-laki yang tertidur pulas di balik tabung kaca khusus. Riak muka kakak kandung Ichika itu berubah serius. Ini sudah kasus kesekian kali tentang percobaan pembuatan IS illegal yang diserahkan pada pihak akademi. Namun, baru sekarang, sebuah mesin yang bisa dikatakan 90% menyerupai IS ditemukan. Dan bagian buruknya, sang pilot adalah seorang anak laki-laki.

"Meski bagaimana pun, keberadaan mesin seperti ini akan menjadi tanggung jawab kita di sini. Jika sampai data benda ini tersebar, dan kabar bahwa para laki-laki bisa menggunakannya. Aku tidak bisa membayangkan, bagaiamana keadaan dunia selanjutnya." Gumam sang mantan calon juara dalam turnamen IS internasional kedua yang sekarang telah menjadi salah satu guru pengajar di akademi khusus ini.

Suasana lab berubah hening sejenak, kedua sahabat itu tenggelam dalam kerumitan masalah mereka masing-masing. Lalu Tabane kembali berbicara untuk meramaikan suasana sepi yang sedikit demi sedikit juga membuatnya merasa tidak nyaman. "Hmm, Chi-Chan, biarkan saja dia berada di akademi."

Kalimat yang diucapkan profesor muda berambut merah jambu itu sontak mengejutkan Chifuyu. Wanita itu memandanginya dengan tatapan tidak percaya. "Apa kau yakin? Bagaimana jika…" dan sekali lagi ucapannya terpotong.

"Tenang saja, Chi-Chan, meski hanya 99%, tapi aku yakin Near IS ini tidak memiliki perangkat hack atau sejenisnya yang bisa mengancam. Selain itu, bukankah ini akan sedikit meringankan Ichika dari sekumpulan gadis-gadis yang selalu mengejarnya." ucap Tabane. Chifuyu terdiam dan kembali merenung.

"Near… IS?" ulangnya sedikit bingung. Teman dekatnya mengangguk.

"Nama benda ini," ujar Tabane "Sepolos apapun anak laki-laki, ada saatnya pula ia akan terbawa pengaruh naluri, bukan? Apa lagi setiap hari hanya berinteraksi dengan perempuan. Apa kau tidak khawatir kalau ia menjadi genit atau malah sebaliknya." lanjut sang jenius. Chifuyu hanya bersikap santai dengan segala asumsi yang diberikan temannya. Senyumnya tersungging di bibir.

"Tenang saja Tabane. Selama ini dia telah mendapat pelatihan khusus dariku, jadi ia tidak akan berani melakukan hal-hal seperti itu." balas Chifuyu. Tanpa dia duga, Tabane memberinya reaksi yang tidak wajar. Profesor bertelinga kelinci mekanik yang terpasang di atas kepala itu memandanginya dan tersenyum lebar, kedua matanya mengamati sosok di sampingnya dari ujung kaki sampai kepala.

"Apa itu artinya dulu kau pernah melakukan 'itu' dengan adikmu sendiri?" Tanyanya kemudian dengan nada ceria namun mesum. Chifuyu terpaku sejenak di tempat, menundukkan wajah hingga bayangan poni menutupi kedua mata, kemudian melayangkan sebuah buku tebal ke kepala sahabat karibnya sebagai ungkapan 'Jangan berpikiran aneh-aneh, itu tidak mungkin sama sekali!'

x-X-x

Kegiatan belajar mengajar telah berlangsung. Dan seperti halnya Yamada sensei, Orimura sensei juga berada di kelas itu untuk menjalankan kewajibannya sekaligus mengamati siswi istimewa mereka. Siswi itu benar-benar tampak seperti siswi normal lainnya. Figurnya mampu menipu setiap mata yang memandang ke arahnya. Tak satupun sisi maskulin terlihat pada anak laki-laki yang sekarang berseragam putih dengan kerah hitam dan corak sepasang garis berwarna merah membujur dari pundak sampai lengan dan berakhir di kerah lubang lengan panjangnya.

"Shiroishino San, apa kau paham?" Orimura Sensei bertanya pada anak laki-laki crossdesser itu yang terlihat seperti sedang melamun ─karena wajah kanannya terhalang rambut, sehingga tidak terlihat dari arah pandang guru─.

Siswi yang dipanggil itu mengangguk, bahkan tanpa disuruh segera mengulang kembali poin penting dari apa yang diterangkan wanita berpakaian formal serba hitam ber-rok ketat itu. Ia menjelaskan kembali semua yang ia dengar barusan, suaranya tinggi mirip seperti anak perempuan. Kedua sensei yang mengetahui rahasianya hanya memperhatikan saja, sementara dalam hati mereka berkata apakah ia benar-benar seorang anak laki-laki? Terima kasih pada choker yang ia kenakan. Benda itulah yang mengubah frekuensi yang dihasilkan pita suara siswi tersebut sekaligus menjadi penutup jakun yang mulai tumbuh di leher.

"Cukup Shiroishino San, terima kasih." potong Chifuyu. Anak laki-laki itupun segera menghentikan penjelasannya.

"Hai', Sensei." ucapnya kemudian, intonasi suaranya sedatar bagaimana ia mengulang penjelasan Orimura Sensei tadi. Tak lama berselang, bel istirahat berbunyi dan jam pelajaran pun usai. Para Sensei berpamitan, kemudian disambut para siswi dan disusul suara mereka yang kembali bercakap-cakap satu sama lain menceritakan kesan pertama mereka setelah beberapa jam terakhir.

"Wah, kita sangat beruntung, wali kelas kita adalah Orimura Sensei!" pekik salah satu siswi yang sedang berkumpul bersama dua temannya. Mereka bertiga terlihat begitu antusias membicarakan salah satu Sensei-nya tersebut.

"Aku ingin menjadi seperti dia, kyaaa!" sahut yang lain.

"Tapi, aku justru ingin menemui adiknya itu. Senpai kita, Orimura Ichika Sama, satu-satunya pilot IS laki-laki di dunia." ungkap seorang lagi yang sejak tadi belum mendapatkan giliran untuk berbicara. Tepat setelah nama itu disebut, semua murid berkumpul ke kelompok kecil ini, membuat percakapan tiga orang tadi menjadi diskusi satu kelas. Semuanya, kecuali satu orang, Shiroishino Hikari.

Awalnya kelompok besar itu hanya membahas Ichika, lalu kakaknya lagi, kemudian kelima teman dekatnya selama berada di IS Academy yang sama-sama murid terkenal karena IS pribadi mereka, selanjutnya berganti topik-topik kecil. Hingga akhirnya salah satu dari mereka berceletuk tentang Shiroishino, satu-satunya gadis yang menjauhkan diri dari teman-temannya.

Dugaan-dugaan mulai dialamatkan padanya, cibiran atau bahkan simpati pun ia dapatkan. Ada yang mengatakan dia sombong dengan memamerkan kebolehan mengulang penjelasan dari Sensei, tapi tidak sedikit pula yang berasumsi bahwa dia sebenarnya hanya butuh seseorang. Karena kelebihannya tersebut, mungkin orang-orang mulai iri dan menjauhinya.

"Kalau begitu, mengapa kamu tidak mencoba berkenalan dengannya?"

"E-Etto… aku takut. Lihat bagaimana ekspresi wajahnya. Ia seperti perempuan yang bisa menggigitmu jika sampai kamu menyinggung perasaannya. Aku tidak mau mengambil resiko."

Begitulah sekiranya beberapa percakapan dari gadis-gadis itu. Yang mereka katakan boleh jadi benar, tapi sebenarnya, Shiroishino memang tidak tertarik untuk bersosialisasi dengan mereka.

"Dasar perempuan." gumamnya yang sejak tadi hanya menguping sambil memandangi refleksi tipis wajahnya di kaca jendela. Ia melenguh pelan, lalu beranjak dari tempat duduk dan mulai berjalan meninggalkan kelas yang mulai membuat anak laki-laki ini tidak betah dengan kegiatan ngerumpi gadis-gadis seusianya. Ia bisa merasakan kedua puluh sembilan pasang mata mengikuti siluetnya sebelum menghilang di balik pintu otomatis. Berhenti memperlakukanku seperti orang asing. Jika kalian memang segan terhadapku, lebih baik diam saja, batinnya.

Anak laki-laki dalam penyamaran ini sekarang tengah menuju atap, satu-satunya tempat yang terpikir di kepalanya di mana ia bisa menenangkan diri. Jadi seperti beginikah perasaan sebagai laki-laki di akademi khusus perempuan, meski telah ber-crossdress untuk menyembunyikan jati diri, atmosfir yang ada di setiap sudut tempat ini cukup merepotkan juga. Setiap berjalan melalui kelas lain, beberapa mata pasti akan tertuju padanya.

"Bukankah dia anak kelas satu?"

"Dia cukup cantik."

"Tapi lihat cara dia berjalan, ia seperti berandal, bagaimana bisa gadis secantik dia berjalan seperti itu?"

"Anak kemarin sore yang sombong."

Lagi-lagi, kalimat-kalimat seperti itu menggelitik telinganya. Ia tersenyum dan berpikir Aku? Cantik? Yang benar saja, aku terpaksa memutuskan untuk tampil seperti ini karena aku tidak ingin satupun dari kalian membicarakanku! Tapi kenyataannya berkata lain. Biar demikian, seumpama ia di beri pilihan untuk kedua kali, ia akan tetap mempertahankan pilihannya untuk ber-crossdress karena reaksi yang diberikan siswi-siswi lain di sini pasti akan lebih baik jika di bandingkan bila ia menunjukkan gender aslinya yang ternyata seorang siswa. Bukankah posisi pria di dunia saat ini sangat memalukan di mata wanita?

Shiroishino mempercepat langkah. ia benar-benar kesal pada setiap respon siswi yang ia jumpai. Setelah melalui jarak yang terasa berkilo-kilometer, sampailah dia di pintu atap. Masih dalam keadaan memendam kekesalan, ia memutar knob pintu dengan kasar lalu membukanya dan berjalan di tempat yang luasnya bisa dibandingkan dengan halaman sekolah ini sendiri.

Namun, baru beberapa langkah ia berjalan, seseorang dengan tiba-tiba menghantam dirinya dari samping. Mendapat dorongan penuh dalam keadaan lengah, tak ayal tubuhnya yang kecil terhempas bersama orang asing yang menghantamnya. Ia terjatuh kebelakang dalam posisi telentang dan orang itu tanpa sengaja menindihnya. Ia pun merintih kesakitan dengan suara seperti perempuan karena choker di lehernya.

Dan karena posisi yang tidak menguntungkan, ditambah beban berat yang menimpa badan, Shiroishino hanya bisa menggeliat di bawah orang tersebut sambil mengerjap menahan sakit. "Bodoh! Menyingkir dariku!" ia membentak sambil berusaha mengangkat orang itu yang sepertinya masih belum sadar dari perbuatannya. "Dasar mesum!" bentaknya sekali lagi, orang itu pun akhirnya mengangkat tubuhnya. ia menggosok-gosok dahi yang tadi membentur beton atap dengan tangan kanan sementara tangan yang lain menyangga tubuhnya.

"I-Ittai…" ucap orang itu yang rupanya seorang anak laki-laki. Merasa sakitnya sudah tak lagi mengganggu, ia pun membuka matanya dan mendapati Shiroishino di bawahnya. Kedua matanya seketika tertuju pada wajah putih gadis yang sebenarnya juga anak laki-laki ini. Ia sempat terpaku, tapi segera tersadar kembali saat Shiroishino berkata pedas.

"Sudah puas memandangi wajahku, Orimura… Senpai?" orang itu, yang ternyata Orimura Ichika, seketika menyingkirkan tubuhnya dari gadis yang ia tindih dan segera mengucap maaf berkali-kali. Ia sempat memperhatikan tangan kiri yang tadi berada di antara ketiak gadis tersebut untuk menyangga tubuh saat dalam posisi sebelumnya.

"Untung tidak mendarat di atas 'mereka', hampir saja." ia berucap lega dalam hati. Shiroishino juga segera berdiri, ia menatap sinis Ichika, lalu bertanya padanya dengan nada sarkastis.

"Apa yang sedang dilakukan oleh satu-satunya anak laki-laki di sekolah khusus ini saat ia berada di atas atap? Mencoba mencuri kesempatan pada setiap gadis yang lengah dengan menabraknya hingga jatuh, lalu meraba-raba dada mereka saat dalam kondisi setengah sadar? Pintar sekali, Orimura Senpai. Menjijikkan" cibirnya panjang lebar tanpa membiarkan Ichika membuka mulut.

Ichika, yang saat ini rupanya sedang diawasi oleh lima pasang mata di balik tembok, hanya bisa menelan ludah. "Bu-bukan, kamu salah paham, aku hanya… gwaaah!" kalimatnya seketika terpotong oleh bunyi metal yang menghantam kepalanya saat hendak menjelaskan kenapa ia sampai menabrak gadis ini. Itu adalah partial part lengan Akatsubaki milik Houki. Gadis itu berdiri menghalangi cahaya matahari di belakang Ichika yang sekarang terkulai di lantai. Menatap laki-laki yang disukainya itu dengan tatapan membunuh.

"Apa maksudmu dengan menindih gadis ini, Orimura… Senpai?" ucapnya menirukan Shiroishino dengan suara bergetar. Shiroishino sendiri, yang melihat langsung peristiwa tersebut hanya terkekeh di hadapan mereka.

"Kamu memang orang yang lucu Orimura Senpai. Tak heran hampir semua gadis di sekolah ini membicarakanmu. Bahkan, adik kandung Shinonono Tabane San dan empat kandidat Negara lain terus menerus mengejarmu." ucap laki-laki crossdesser ini di sela tawanya. Merasa ungkapan tadi ditujukan pada mereka, empat orang yang sejak tadi bersembunyi pun segera menampakkan diri mereka satu-persatu. Masing-masing berwajah merah seperti kepiting rebus, termasuk Houki yang bahkan bisa mendengar lebih jelas ucapan Kohai mereka karena ia hanya berjarak beberapa langkah saja dari gadis asing tersebut.

Ichika yang kembali bangkit dan mendengar tawa nyaring laki-laki yang masih menyamar ini sempat terheran-heran dengan tingkahnya. Apakah gadis di depannya ini normal? Karena sekarang Shiroishino berguling-guling kesana kemari di lantai atap sambil memegangi perut. "Lihat mereka Ichika Senpai, apa mereka sedang mengikuti kontes? wajah pacar-pacar Senpai merah semua seperti teko panas." ia melanjutkan, masih tertawa nyaring sambil mengarahkan telunjuk.

Ichika mengikuti arah telunjuk itu, mengalihkan pandangan pada teman-temannya satu persatu, yang kemudian dengan secepat kilat memutar bola mata, mengalihkan wajah dan sisanya segera mendiskusikan sesuatu yang sama sekali tidak dipahami olehnya begitu gadis tadi mengatakan "pacar" ─yang mana sangat keramat di telinga mereka berlima─. Ia hendak bertanya "Ada apa dengan kalian semua?" namun mereka lebih dahulu menjawab "Tidak ada apa-apa" sambil memberikan senyum terpaksa. Sementara Kohai yang tanpa sengaja bertabrakan dengannya tadi tetap bertingkah layaknya anak kecil melihat adegan komedi di televisi.

Seumpama ini adalah anime, maka gambar tetesan air sudah memenuhi kepala satu-satunya laki-laki yang bisa mengoperasikan IS di dunia ini saat matanya memicing dan mulutnya menganga.

"Ha ha ha ha… ha ha ha ha…" tawa Shiroishino belum berhenti. Para gadis yang sibuk menyembunyikan perubahan drastis pada diri dan wajah mereka pun akhirnya melirik tajam padanya. Mereka berpikir, Bagaimana bisa gadis ini dengan seenaknya menertawai kita sedangkan dia sendiri sebelumnya tertindih oleh Ichika?!

Ekspresi malu-malu kucing mereka perlahan-lahan berubah. Mereka memasang tampang seram hendak membentak anak laki-laki ini namun bel pelajaran kembali berbunyi, mau tidak mau, mereka pun mengurungkan niat masing-masing sementara Shiroishino berdiri dan menepuk-nepuk debu di seragamnya, lalu meninggalkan mereka.

"Terima kasih Senpai, aku suka hiburannya. Mungkin… aku juga akan menyukai Senpai." ucapnya begitu saja sebelum berlari menuruni tangga. Dan sebelum ia sempat menghilang di balik belokan, muncul ide usil di kepalanya. Shiroishino pun kembali berkata "Oh ya, mulai hari ini, kita akan menjadi teman sekamar loh. Orimura Sensei sudah memberitahumu bukan?"

Mendengar itu, kelima gadis di sekitar Ichika tentu saja terkejut bukan main. Gadis itu menjadi teman sekamar Ichika? Bagaimana bisa kakak sekaligus Sensei Ichika itu memutuskan demikian, bukankah adiknya ini sudah memiliki kamar pribadi yang ditempatinya sendiri? Apa lagi yang dia ucapkan sebelumnya, menyukai Ichika? Jadi saingan mereka akan bertambah satu orang lagi? perebutan antar lima orang saja sudah sangat sengit, bagaimana jika bertambah satu orang? Pertanyaan demi pertanyaan seperti itu muncul membanjiri kepala mereka masing-masing. Mereka saling berpandangan sejenak lalu berpikir serius.

Ichika sendiri tidak kalah terkejut. Ada apa dengan kakaknya? Apa yang di ucapkannya tadi benar? "Mana mungkin, ia pasti hanya bercanda, bukan?" tanyanya pada diri sendiri. Kelima gadis yang sampai sekarang berusaha merebut perhatiannya cuma mengangguk mengiyakan secara kompak. Tak lama kemudian, mereka pun tersadar bahwa tadi bel masuk telah berbunyi, maka pertandingan lari marathon memperebutkan hadiah berupa terbebas dari ancaman hukuman pun dimulai.

.

.

.


A/N : Unidentified IS (unnamed yet) :

-Absolute Terror Shield as main weapon and shield (soon be renamed, an impenetrable hexagonal solid energy that can be summoned as will, similiar with A.T. field in Evangelion series)

-Silent mode : choker with hexagonal emblem, a fly image attached to it, used as voice disguised too.

-Recently, No shift mode, unknown generation (it's not developed by Shinonono Tabane)

-Melee attack type, bare-handed

-Pilot name : Shiroishino Hikari, male

-Smaller than the other, resemble to an ordinary armor than an IS


Terima kasih bagi yang telah menyempatkan diri untuk membaca fic ini dan untuk review yang diberikan, (flame tanpa dasar akan saya abaikan. Jika membangun, saya akan berusaha memperbaiki meskipun tidak bisa menjamin 100%).

m(_ _)m