UNTITLED

Naruto:Masashi Kishimoto

Typo, OOC, Dont Like Dont Read.

An : ok, saya benar-benar bingung mau kasi judul apa fic gaje ini. Lagi-lagi saya buat fic gaje dan galau. Dan lagi-lagi tentang SasuNaru yang tidak bisa bersama. Gomen, minna-san. Fic ini juga mungkin sangat aneh, karena saya sudah bertahun-tahun absen menulis. sekali lagi, Gomen. =.=

Sore ini, ditemani setumpuk pekerjaan yang kalau boleh dibilang sengaja aku abaikan. Rasanya penat, dan aku memutuskan untuk pulang berjalan kaki seperti biasa. Sedikit basa basi pada teman seruangan terlebih dulu sebelum langkah beratku aku bawa.

Ini menyebalkan sebenarnya, aku belum siap untuk pulang tapi aku juga tidak ingin disini. Maka, pelarianku adalah kedai kecil merangkap perpustakaan mini di ujung jalan ini. Aku kerap memilih menu yang sama, kopi atau coklat hangat dan cake strawberry. Bahkan saat kantongku sedang meringis pun, menu itu tetap aku pilih.

Yah, mungkin itu salah satu cara menyenangkan diriku sendiri. Tapi kali ini ada yang berbeda, Aku ingin menangis. Sungguh rasanya sesak sekali.

Pesananku datang, dan tanpa pikir panjang ku masukkan potongan cake itu dengan kasar sambil susah payah menahan air mata yang berlomba untuk mengalir.

Tumben sekali. Padahal aku selalu berusaha agar tetap tenang meminimalkan kegiatan mengeluhku. Aku akan bersikap seolah tidah terjadi apa-apa. Aku baik-baik saja. Sekeras apapun hidup yang kujalani, sekasar apapun caci maki yang kuterima. Aku bertahan.

Aku mulai sulit bernapas sekarang, lalu aku menyesap kopiku dan mulai melankolis lagi. Mengusap wajahku kasar, aku mulai memperhatikan sekelilngku. Semuanya nampak wajar. Mereka makan, minum, dan mengobrol seperti biasa. Cuma aku yang sendirian. Tuhan, ini sungguh tidak nyaman.

Hah, lebih baik aku pulang saja.

Aku berjalan gontai melewati gang menuju rumah mungilku.

Rasanya kaki ini malas sekali diajak berjalan cepat. Otakku pun mulai mengingat setiap kenangan yang harusnya aku lupakan. Wajah itu, mata yang begitu hitam, bahkan model rambut yang sering kali kuejek. Semuanya seolah kulihat jelas.

Ternyata memang, hati ini belum ikhlas. Apa mungkin, karena dia satu-satunya ikatan yang aku punya? Aku mencoba bertanya kenapa ingin berpisah? tapi Uchiha sialan itu hanya diam. Ck! sebrengsek apapun dia, aku tidak bisa berhenti menatapnya. Aku benci diriku yang ini.

Katanya, besok dia akan bertunangan dengan anak kolega ayahnya. Ah, masa bodoh dengan siapa, yang aku mau si bodoh itu ada dihadapku sekarang dan memberiku alasan yang tepat agar aku bisa melepasnya. Rasanya, aku ingin berteriak di depan mukanya yang dingin itu.

Rupanya aku terlalu asyik melamun sampai tidak sadar kalau aku sudah di depan pintu rumahku. Tapi, hey! kenapa ada orang di sana?

Bahkan aku masih bisa mengenali sosoknya walau samar.

Dia berbalik dan berjalan pelan kearahku. Berwajah datar seperti biasa. Seolah semuanya masih sama.

Tapi tidak denganku. Perlahan. aku seolah bisa melihat jarak antara kami berdua. Seperti ada tembok yang menegaskan kalau kita sekarang berpisah. Bahkan, saat dia ada didepanku dan berkata, "Maaf, Naruto."

Aku hanya bisa diam, padahal tadi kedatangannya sangat aku harapkan.

"Sasuke."

Sesaat setelah namanya aku ucapkan, dia memelukku. Erat.

Hingga apa yang aku tahan sejak tadi tumpah di bahunya.

Tuhan, aku merindukan orang ini.

FIN.