Reach The Last Heart
•
Kim Mingyu x Jeon Wonwoo
It's boys love and high school romance!
•
Cerita ini terinspirasi dari lagu First Love by Jung Key feat. Yuju, tapi percayalah lagu dan cerita ini tidak nyambung xD
•
Prologue: The Story Begin
•
Musim semi adalah waktu yang tepat untuk memulai kehidupan sekolah yang baru. Jeon Wonwoo mengeratkan tali tasnya sembari berjalan memasuki gedung sekolah tempatnya menimba ilmu. Sesekali saling bertegur sapa dan menyunggingkan senyum tipis ketika berpapasan dengan orang-orang yang dikenalnya.
Kaki jenjangnya menaiki satu persatu anak tangga dengan hati-hati menuju lantai tiga dimana ruang kelasnya berada. Pagi ini suasana hatinya cukup baik saat melihat teman sekelasnya yang baru. Beberapa diantaranya merupakan teman sekelasnya sewaktu kelas dua, sebagian lagi orang-orang yang berpengaruh besar dalam perkembangan sekolah juga orang-orang yang mencukupi standar nilai untuk bergabung dalam kelas ini.
Jeonghan yang pertama kali melihatnya langsung menghambur memeluk pemuda itu. Wonwoo bahkan hampir terjatuh karenanya. Mereka saling berbagi tawa. Jeonghan mengatakan jika dia yang paling merindukan Wonwoo di antara yang lainnya. Hoshi yang baru datang pun protes dengan melepaskan pelukan Jeonghan pada tubuh pemuda kurus itu.
"Kau bisa membuat Wonwoo-ku mati, Tuan Yoon!" serunya kesal.
Wonwoo kembali tertawa dengan seruan Hoshi barusan. Entah apa alasan mereka saling memperebutkan dirinya. Yang jelas Wonwoo selalu dibutuhkan jika membicarakan segala hal tentang pengetahuan dan dia adalah pembuat humor yang cukup baik walau terkadang guyonannya tidak lucu.
Selama Jeonghan dan Hoshi masih bertengkar, pupilnya mengedar dan berhenti tepat di bangku paling ujung. Di sana terdapat seseorang yang Wonwoo kenali meski hanya menunjukkan punggungnya yang terbalut kemeja sekolah. Senyumnya perlahan memudar dan tatapannya berubah datar.
Wonwoo menatap Jeonghan dan Hoshi—yang kini memperebutkan dirinya agar menjadi teman sebangku mereka—sekali lagi. Ia maju selangkah, mengatakan jika dia tidak memilih mereka berdua karena pada kenyataannya mereka telah memiliki teman sebangku masing-masing.
"Kalau begitu duduklah di belakangku, Wonwoo-ya!" Jeonghan menawarinya dengan antusias.
"Tidak-tidak! Duduk saja di seberang mejaku, Wonwoo-ya!" Hoshi kembali membantah Jeonghan.
Wonwoo mengepalkan telapak tangannya seraya memandang kedua temannya secara bergantian. Sesekali mencuri pandang ke bangku paling ujung, merasa ada sesuatu yang membuatnya tertarik. Tampaknya cukup serius.
"Sebenarnya aku agak sedikit bosan duduk di bagian depan." ujar Wonwoo kemudian.
Jeonghan merespon dengan tatapan tak percaya. Jelas saja, biasanya Wonwoo memilih duduk di depan karena matanya minus dan tidak bisa jauh-jauh dari keberadaan papan tulis. Apa yang telah merasukinya pagi ini hingga mengatakan hal barusan?
Hoshi menghela napas pasrah. "Baiklah. Silakan pilih singgasanamu sendiri, Tuan Jeon."
Jeonghan pun akhirnya merelakan keputusan Wonwoo. Tubuhnya sedikit maju, membisikkan sesuatu ke telinga Wonwoo. "Jauh-jauhlah dari si Trouble Maker itu."
"Huh?" Wonwoo memandang Jeonghan dengan bingung. Sementara pemuda cantik itu hanya mengedikkan bahu dan beranjak menuju mejanya.
Wonwoo mengabaikan ucapan Jeonghan barusan. Suara tapak sepatunya berderit pelan seolah mengalahkan detik jam yang terus berdetak. Dengan pasti dia melangkah menuju objek yang sedari awal mencuri perhatiannya, secara perlahan mengambil duduk di sebelahnya. Namun, pergerakan Wonwoo telah membuat pemuda itu terusik. Mereka saling bertukar pandang dalam waktu yang sangat singkat. Dalam dua kedipan mata, Wonwoo mendapati teman sebangkunya itu bangkit sembari meraih tas yang berada di atas meja.
"T-tunggu," Wonwoo mencegahnya pergi.
Pemuda itu bergeming.
"Jika kau keberatan aku duduk di sini, aku yang akan—"
"Kau boleh mengambilnya." tanpa berbalik, Wonwoo bisa merasakan aura dingin dan kelam yang menguar di sekitanya. Setelahnya orang itu menghilang dari balik pintu kelas.
"Kau ingin bolos lagi, Kim Mingyu?!"
•••
"Yoon Jeonghan, kumpulkan semua tugas mereka rabu depan di mejaku. Kelas selesai."
Tidak terasa waktu telah banyak berlalu. Jarum jam telah menyentuh angka tiga. Masih ada setengah jam lagi menuju pelajaran selanjutnya. Sebagian teman-temannya telah menghilang ke kafetaria. Beberapa di antaranya memilih tinggal dengan bekal atau buku-buku mereka.
Wonwoo menolak ajakan Jeonghan dan Hoshi untuk membeli cemilan di kafetaria. Hari ini selera makannya menurun drastis, dia bahkan memberikan setengah lauk makan siangnya pada Hoshi. Wonwoo hanya membeli sebotol teh krisan. Pemuda itu juga tidak berselera untuk pergi ke perpustakaan. Jadi yang dilakukannya hanyalah berjalan-jalan di sekitar lapangan, mengamati sudut sekolahnya yang tidak mempunyai perbedaan sedikitpun.
Wonwoo berhenti sejenak ketika melewati lapangan basket untuk sekadar menonton permainan basket siswa kelas satu. Dia cukup menyukai olahraga satu itu sejak sekolah menengah pertama, tetapi tidak terlalu menekuninya karena sudah sangat sibuk untuk menambah jadwal berlatih basketnya.
Lapangan benar-benar ramai oleh siswa yang menonton permainan mereka. Langit sangat cerah menjelang sore, mungkin alasan itulah yang membuat mereka mau bergabung di lapangan terbuka ini. Begitu pula dengan Wonwoo, dia ikut duduk di tribun dan sempat mendapat sapaan dari adik kelas yang mengenalnya.
Wonwoo menyadari satu hal lagi kala permainan menginjak menit ke sekian. Bukan teh krisannya yang menyebabkan tenggorokannya sakit, melainkan seseorang yang berada di atap gedung taru yang tidak terlalu tinggi. Itu Kim Mingyu. Sepertinya dia absen selama pelajaran dengan berdiam diri di atas sana. Lagipula Wonwoo tak habis pikir bagaimana cara pemuda itu naik ke sana sementara atap merupakan salah satu tempat yang dilarang untuk didatangi.
Meski samar, Wonwoo bisa mengetahui bahwa Mingyu sedang menonton pertandingan dari atas. Kedua lengannya bertumpu pada pagar pembatas dan pandangannya terarah ke lapagan. Dan seolah merasa diperhatikan, Mingyu menemukan Wonwoo yang tengah menatapnya. Kontak mata mereka terputus dan Mingyu kembali menghilang dari pandangan Wonwoo.
•••
Hujan deras melanda ketika bel terakhir berbunyi. Wonwoo terpaksa tertahan di koridor bersama Jeonghan dan Hoshi serta siswa lain yang melupakan payung mereka. Udara sangat dingin, hampir menyentuh angka tujuh derajat. Hari sudah semakin gelap dan Wonwoo jelas tidak ingin berlama-lama di sekolah.
"Kakakku akan datang sebentar lagi. Kalian pulang bersamaku saja." Hoshi berujar seraya mengibaskan jasnya dari percikan air hujan yang menetes dari atap.
Wonwoo lega mendengarnya. Kerisauannya berkurang dengan mendengar kabar baik itu. Setidaknya mereka hanya perlu menunggu sebentar lagi tanpa harus menembus guyuran hujan.
Semuanya tampak mengabur dari tempatnya berpijak. Aroma khas tanah yang menguap menggelitik penciuman. Wonwoo mengusap kacamatanya yang berembun, sesekali mengulurkan telapak tangan demi merasakan tiap tetes hujan yang menyapa indera perabanya.
"Hei, lihatlah!" Jeonghan tiba-tiba menginterupsi kegiatan Wonwoo. Telunjuknya mengarah pada lapangan basket yang kosong. "Nekat sekali si Trouble Maker itu."
Wonwoo menyipitkan mata, berupaya memastikan perkataan yang Jeonghan lontarkan barusan. Keningnya mengerut ketika mendapati seseorang yang rela menembus hujan tanpa memedulikan seluruh tubuhnya yang basah kuyup. Dan lagi-lagi itu Kim Mingyu. Julukan Trouble Maker yang tersemat untuknya sangat mudah dikenali. Orang-orang lebih senang menyebutnya demikian alih-alih nama lahirnya yang terdengar lebih pantas.
Hoshi bersuara setelahnya. Mengatakan jika kakaknya telah tiba dan mereka hanya perlu bersiap-siap. Mobil Audy putih tampak mendekat. Seorang gadis muda bersurai hitam dengan polesan warna ungu di ujungnya keluar dari sana dan menyerahkan satu payung pada Jeonghan.
Wonwoo masih terlihat agak blank dan Jeonghan harus menarik tangannya terlebih dahulu agar dia segera masuk ke dalam mobil. Dalam hening matanya memandang keluar jendela, masih betah memandangi Kim Mingyu yang sepertinya tak gentar melangkah. Entah mengapa perasaan bersalah langsung menyergap.
Bukan tentang apapun. Hanya saja kemisteriusan seorang Kim Mingyu telah memicu rasa penasaran Wonwoo. Seorang Trouble Maker yang dikenal sebagai pembuat onar dan menghasilkan perbaikan apapun setelah namanya berulang kali namanya masuk dalam buku hitam kedisiplinan. Keributan seakan telah menjadi makanan sehari-hari pemuda itu.
Jika menilai fisik, Kim Mingyu mungkin akan menempati urutan pertama siswa tertampan di sekolah. Kala tertimpa bias sinar matahari, pupil yang selalu memandang dingin orang-orang itu samar-samar akan tampak hazel yang menawan. Hidung bangirnya yang mancung, bibir yang menggoda, rahang yang tegas, dan jangan lupakan aroma maskulin yang menguar dari tubuhnya. Mingyu tentu akan menjadi incaran apabila dia mau mengubah sikap berantakannya.
Selain itu, Mingyu merupakan siswa yang misterius. Tidak ada seorang pun yang mengetahui seluk beluk keluarganya. Mereka hanya berasumsi jika Mingyu adalah anak yang mengalami broken home hingga membuatnya melampiaskan amarah dengan berkelahi. Tapi siapa yang tahu. Bahkan ketika rapat antara pihak sekolah dan orang tua siswa pun tidak ada yang datang sebagai walinya Mingyu. Dia seolah menutup rapat tentang keluarganya.
Begitu pun dengan wajahnya yang tak pernah bersih. Ketika tiba di kelas, lebam biru dan perekat kecil yang menempel di wajahnya terlihat sangat kontras. Hal sekecil itu sudah membuat teman-temannya berpikiran buruk terhadap Mingyu. Lagi-lagi mereka memiliki persepsi tersendiri, bahwa setiap malam Kim Mingyu berkelahi dengan orang-orang di luar sana.
Tetapi, Kim Mingyu di mata Wonwoo itu berbeda. Tiap kali mata mereka saling bertubrukan, Wonwoo seolah melihat kesedihan di sana. Kedua onyx kelam yang ditakuti orang-orang itu seakan sedang menyimpan banyak rahasia. Wonwoo tidak terlalu pandai menilai orang lain hanya dengan menatapnya. Tapi itulah yang dia rasakan acapkali menatap mata yang sama. Dan sebab itulah Kim Mingyu tidak pernah mau menatap Wonwoo. Seperti ketakutan terhadap suatu hal akan terungkap dengan sedetik saja bertukar pandang.
Jeon Wonwoo tidak pernah merasa setertarik ini sebelumnya. Dia tidak suka mencampuri urusan orang lain. Namun misteri dalam hidup Mingyu seperti teka-teki untuk Wonwoo. Menimbulkan banyak tanda tanya di kepalanya sendiri yang dia tidak tahu akan dilontarkan kepada siapa. Di saat orang lain berusaha menjauhi sang Trouble Maker, maka Wonwoo merasa tertantang untuk mengenalnya lebih dalam. Persetan dengan tanggapan orang-orang. Wonwoo hanya ingin mendapat kesan baik sampai setahun ke depan, sebelum dia pergi meninggalkan sekolah yang dia sendiri tidak yakin menyimpan kenangan indah selama menuntut ilmu. Untuk yang terakhir kali, Wonwoo hanya berharap bisa mengenal Kim Mingyu dalam pandangan positifnya.
—To Be Continued—
Halo, aku kembali masih dengan bagian prolog ini (aku revisi lagi loh). Chapter satunya kupastikan update minggu ini, sekitar sabtu atau minggu kalau aku sempat.
Btw, aku udah free setelah menjalani ujian hidup /wah. Aku ga mau janji apapun tentang kapan chapter selanjutnya update. Tulisanku makin kaku karena udah jarang nulis. Semoga kalian ga ada yang sakit mata pas bacanya.
Sankyuu!
[Revised: 10.05.2018]
