Author Notes: Fanfic ini spesial request dari manmannikuman. Terima kasih banyak karena telah mendorong saya dalam berkarya oRZ.

Kali ini fanfic-nya AU jadi pakai human name. Mathias untuk Denmark dan Marit untuk Norway. Selamat membaca^^


:Sindssyg Kærlighed:

.-.-.-.-.-.-.-.

"Mathias, 30 menit lagi anda harus sudah siap! Pentas segera dimulai," ujar Ludwig, manajer Mathias.

"Ya," jawab Mathias yang beru saja selesai berganti pakaian di fitting room. Dia menghampiri meja rias. Di sana telah menunggu Berwald Oxenstierna, sang make up artist.

Mathias duduk menghadap cermin, sementara penata rias asal Swedia itu siap dengan peralatan make up-nya. Sambil dirias, Mathias memperhatikan bentuk fisik penata riasnya dari pantulan cermin. Penata rias bertubuh jangkung itu punya wajah yang tampan dan otot yang kekar. Sangat menarik bagi lawan maupun sesama jenis. Terlintas di benak Mathias untuk menggodanya. Bahkan mengajaknya untuk berhubungan sex!

"...t'tup m'ta," tegur Berwald. Mathias terbangun dari lamunannya lalu menuruti perintah si penata rias. Berwald memakaikan bedak ke wajah Mathias. Kulit penyanyi asal Denmark itu bersentuhan dengan puff yang lembut.

"S'l'sai," kata Berwald dengan ekspresi datar.

"Takk," Mathias meraih tangan Berwald, lalu mencium tangan kanannya.

Berwald menatap kliennya dengan tatapan kesal. Mata hijau kebiruan miliknya menatap mata biru tua sang penyanyi dengan intens. Melihat respon seperti itu, Mathias mengedipkan sebelah matanya dengan genit. Dia bahkan menjilat tangan penata riasnya. "...tanganmu lembut, matamu juga indah..."

Berwald jengah. Dia jauhkan tangannya dan berhenti menatap si klien kurang ajar, "Ma'af."

Sweden segera bergegas pergi. Namun Denmark tak kalah sigap. Dia segera beranjak dari kursi dan melingkarkan tangannya di pinggang Sweden.

"Jangan pergi, min elskede!" pinta Mathias dengan suara genit. "...ayo senang-senang dulu," desahnya di telinga Sweden.

Lidah Denmark menyusuri relief telinga Sweden. Si pemilik telinga diam seakan-akan pasrah. Ada sesuatu yang membuatnya terkunci...

Tangan Mathias meremas-remas perut Berwald. Menyelinap ke dalam kaos yang tengah dipakai si penata rias hingga antar kulit mereka bertemu. Tangan yang cepat itu juga telah merambah ke bagian pinggang celana. Hendak membuka kancing dan resletingnya...

Berwald berontak. Mathias mencium leher jenjang Berwald. Ciuman yang diselingi isapan dan gigitan meninggalkan bekas kemerahan. Sementara itu tangannya berhasil menaklukan celana jeans Sweden yang kini teronggok di lantai. Tak puas dengan itu, tangannya menelisik masuk ke dalam celana boxer. Meraih batang kenikmatan miliknya.

Mathias berbisik di telinga Berwald yang memerah, "...kau sadar kau begitu menggoda?".

Jantung Berwald bergemuruh. Baginya disentuh laki-laki seperti ini bukan hal yang pertama kali. Dia juga pernah melakukannya dengan Tino, pacarnya. Rasanya sama-sama hangat namun ada sesuatu yang berbeda. Tangan Mathias memang lebih besar daripada Tino. Lebih agresif hingga mampu membuat tubuhnya bergetar, nafsunya bergelora.

"Coba lihat ke arah kaca,"

"...'ku tak m'rasa sep'rti itu..." bibir Berwald bergetar.

"hemm?" Mathias bergumam seraya bibirnya yang menempel pada kulit leher Berwald terus menjelajah leher jenjang pria itu.

"A-h! B'rh'nti," Berwald mencoba berkata demikian namun yang keluar dari mulutnya hanya desah kenikmatan. Bukan kata-kata yang jelas maknanya...

"Ohh, seperti itu sudah membuatmu terangsang ya?". Tangan Mathias mengusap area sensitif Berwald. Terasa di tangannya, organ tersebut mulai mengeras.

"...!" Berwald mengerang keras ketika Mathias mengeksplorasi alat genitalnya. Menggenggam dan memperlakukannya seperti mainan.

"Ohh~! Bisakah kau mengeluarkan lagi suara menggemaskan seperti tadi?" Mathias semakin liar mempermainkan genital Berwald.

Berwald terbelalak ketika ulah kliennya makin menjadi-jadi. "St'p!" dia memohon dengan amat sangat.

Mathias mencium bibir Berwald. Ciuman yang panas. Dengan lihai, lidahnya menerobos masuk ke dalam mulut Berwald. Sweden mencoba bertahan, tapi Denmark lebih jago dalam menguasai medan pertempuran. Akhirnya Denmark unggul sebagai juara.

Serangan lidah selesai, kedua bibir mereka pun terpisah. Yang tersisa, hanya seutas benang saliva yang masih terhubung dan kemudian terpisah beberapa saat setelah itu.

"Tak terlalu buruk, bukan?" kata Mathias dengan suara pelan. Nafasnya tersenggal-senggal tapi dia menyembunyikan itu dari Berwald.

Berwald nyaris mati kehabisan nafas. Tangannya kemudian mengelap mulut sebelum menyingkirkan kabut di kaca matanya.

"J'ngan l'kukan itu l'gi..." ucap Berwald pelan.

"...tapi kita bisa menyelesaikannya hingga tuntas kan? Tenang saja," ujar Mathias sambil menggenggam penis ereksi yang dihiraukannya sesaat yang lalu.

Kedua pasang bola mata itu saling menatap dengan intens. Biru dan biru kehijauan bertemu.

Sayang, sebelum Berwald menjawab "Ja," pintu ruang rias telah digedor oleh seseorang...

"MATHIAS! CEPAT KELUAR! ACARANYA SEBENTAR LAGI AKAN DIMULAI! CEPAT, JANGAN TERLALU LAMA!" pekik Ludwig dari balik pintu dengan tak sabar.

"Uh, oh...umm, akan aku selesaikan nanti, setelah ini..."

Dan akhirnya Berwald ditinggal Mathias dalam keadaan bingung.

.-.-.-.-.-.-.-.

Selesai pentas, Mathias bergegas kembali ke ruang rias untuk berganti pakaian dan melanjutkan yang tadi. Sayang, dia tidak menemukan Berwald di sana.

"Ke mana Berwald pergi sekarang?" Mathias bertanya pada dirinya sendiri.

Lalu dia berganti pakaian dengan kaos hitam dan celana jeans kesayangannya.

Tiba-tiba dari balik pintu bilik ganti dia mendengar suara yang dia kenal sebagai suara Berwald dan suara lain yang ternyata adalah Ludwig, manajernya.

"...Anda jangan coba-coba dekati Mathias lagi, mengerti?"

"...maaf, s'ya t'k meng'rti m'ks'd anda—"

"JANGAN PURA-PURA TIDAK MENGERTI!" bentak Ludwig kasar. Mathias sampai bergidik ngeri mendengarnya.

"Sekarang, anda mengerti apa yang saya maksud? Anda sadar anda siapa dan Mathias itu siapa? Dia bintang terkenal. Sudah menikah pula. Bisa hancur karirnya kalau sampai ada paparazzi tahu apa yang kalian lakukan barusan."

"S'ya t'hu—"

"Bagus! Jangan anda ulangi lagi kalau kau tak mau karir anda hancur! Saya bisa memecat anda kapanpun saya mau. Jadi, jangan goda Mathias lagi," ujar Ludwig sebelum dia membanting pintu dan pergi meninggalkan Berwald.

.-.-.-.-.-.-.-.-.-

Mathias menyelinap ke luar dari bilik saat memastikan Ludwig telah pergi jauh. Di ruang itu Berwald tengah sibuk merapikan peralatan make up-nya ke dalam koper.

"Ada apa Beary? Mukamu pucat, baru saja lihat hantu ya?" tanya Mathias sambil mengelus leher Berwald. Mathias pura-pura tak tahu kejadian barusan. Dia tak ingin merusak mood.

Berwald diam. Perasaannya terlalu kacau. Dia menampik tangan Mathias yang hinggap di lehernya.

"Ah, maaf. Kau terlalu sensitif. Tapi sebaiknya jangan kau dengarkan Ludwig, dia—"

Belum sempat omongan Mathias rampung, Berwald pun pergi meninggalkannya. Tak lupa dia membanting pintu dengan keras.

"BERWALD, TUNGGU!"

Mathias segera menyusul Berwald, ingin segera meraih tangannya dan meminta maaf. Sayang langkah Berwald terlalu cepat dan di tengah perjalanan Mathias dicegat oleh segerombolan fans ABG yang sedari tadi mengincar tanda tangan dan foto bersamanya.

Selesai melayani fans-fans yang tak sabaran, Mathias bergegas ke luar gedung. Berharap Berwald belum pergi jauh dari sana. Sesampainya di luar gedung, dia mencium bau parfum wanita yang sudah tak asing baginya. Parfum Marit, istrinya...

"Mathias," sapa Marit, istri Mathias asal Norwegia yang juga berprofesi sebagai artis. Dia sedikit merasa janggal dengan tingkah laku suaminya. Selain karena wajahnya pucat, dia amat tergesa-gesa seperti sedang mengejar sesuatu. Biasanya Mathias tidak cepat-cepat meninggalkan gedung selesai pentas. Marit paham kebiasaan suaminya yang gemar melayani fans hingga berjam-jam- entah itu sekedar tanda tangan, foto-foto bareng atau bahkan sesi tanya jawab yang isinya tak begitu penting.

"Kau berkeringat banyak," ujar Marit seraya menyerahkan tisu pada suaminya.

"Mange tak-," Mathias mencium pipi istrinya.

"AWW!"

Kaki Mathias diinjak sepatu high heels Marit.

"Jangan dekat-dekat kalau badanmu masih bau," kata Marit sambil menutup hidung.

-.-.-.-.-.-.-.

Dari kejauhan, diam-diam sepasang mata memperhatikan Mathias dan Marit. Memperhatikan dengan perasaan tidak senang...

.

-bersambung-


Keterangan:

sindssyg kærlighed: cinta gila

min elskede: sayangku

tak: terima kasih

mange tak: terima kasih banyak