•
Tst, tst.
"Ehm, selamat pagi, siang, dan malam bagi anda yang sedang membaca fanfiksi promosi ini," ujar Sebastian, tersenyum dengan kedua tangan menepuk tepat di depan dada. Namun kali ini dengan alis yang berkerut dalam. "Faustus, apakah kita memang memiliki kontrak untuk edisi revisi ini?" bisik pria itu lirih pada sosok yang berdiri di sampingnya.
Claude Faustus mengangguk sedikit ketika mengetahui narasi menyorot padanya, tak mengacuhkan pertanyaan barusan. "Seperti yang telah anda baca di summary sebelumnya, format fanfiksi ini akan menjadi semacam wadah drabble-request dimana kami berdua," ia melanjutkan dialog yang seharusnya dikatakan oleh Sebastian saat ini. "Akan melayani setiap fantasi terliar anda dengan sebaik-baiknya."
"Kau bercanda…"
Tak ada jawaban.
"Jadi ia akan memilih untuk mengetik ulang semuanya?"
"Tidak, ia hanya akan menerapkan system copy-paste. Tipikal."
Sebastian mengangguk paham. Namun kemudian mengerutkan keningnya kembali, menyadari ada satu kesalahan dari ucapan tersebut. "Tapi, tidakah kau menyadari jika pembukaan fanfiksi ini sudah berbeda dengan fanfiksi awal sebelumnya?"
"…" Terjadi keheningan di antara mereka. "Aku hanya mengikuti apa yang narasi tuliskan. Bukan kesalahanku."
Claude berdehem sebentar. Membetulkan letak kacamatanya kemudian mengucapkan dialog yang memang harus ia katakan dengan gaya kakunya yang khas. "Baiklah, di sini kami akan menjelaskan mengenai penawaran yang dapat anda pilih, ketentuan-ketentuan dalam merequest, juga batasan yang ada di dalam promosi ini. Jadi, mari kita mulai sekarang."
…
"Aku tahu ia begitu kecewa karena kurangnya tanggapan di versi sebelumnya, namun apakah ia harus sampai berbuat sejauh ini?" tanya Sebastian sambil memasang pose sekaligus mode berpikir, mencegah skip-line muncul lebih awal. "Maksudku, menulis ulang isi suatu cerita karena menolak mengepostkan cerita yang sama di akun yang berbeda?"
"Jangan bergosip," bentak Claude dengan suara lirih, berdehem, kemudian melanjutkan ucapannya dengan nada berbisik. "Kupikir ia sudah masuk ke tahapan depresi, jika kau ingin tahu pendapatku. Mengingat hampir keseluruhan fanfiksinya yang kurang mendapat tanggapan, dan masalah mengenai muse-nya yang hilang itu juga…"
"Ah, ya, ya… yang itu juga."
"Lagipula, bisa saja kurangnya tanggapan yang ada terjadi dikarenakan 'lokasi' promosi yang dipilih tak begitu familiar di negaranya, bukan?"
"Atau mungkin dikarenakan masih banyak yang tidak tahu jika di sana juga bisa menerima reviews anon."
"Hoo, itu mungkin benar juga."
*•*Version, ACTION!*•*
"Pertama saya akan menjelaskan mengenai pilihan yang disediakan di dalam fanfiksi ini," ujar Sebastian setelah sebelumnya menarik sebuah whiteboard sebagai background keduanya. Jemarinya yang lentik menarik tutup bolpoin di tangan, kemudian menuliskan sederet kalimat sementara Claude melanjutkan.
"Untuk saat ini, kami menyediakan tiga pilihan yang dapat anda pilih. Yaitu, mode mesum, mode dere-dere, dan mode reluctant. Setiap pilihan ini, nantinya akan anda pilih satu untuk masing-masing dari kami beserta detail lain yang diperlukan. Nah, saya akan menjelaskan yang pertama. Mode Mesum."
"Kita benar-benar harus mengulang semuanya?" tanya Sebastian setelah sebelumnya selesai menulis dan kembali memposisikan dirinya menghadap ke arah depan.
Claude melirik, lalu mengangguk diam-diam. "Dan akan lebih mudah lagi jika kau berhenti berkomentar dan membiarkan sistem copy-paste berjalan sebagaimana mestinya. Mengerti?" jawab pria itu sambil sedikit menghela nafas. "Nah, mari kita kembali ke topik."
"Pada mode ini, anda akan disuguhkan pengkarakteristikan yang berani, cenderung menggoda, dan kemungkinan besar selalu akan memulai langkah terlebih dahulu dalam mendekati pasangannya. Referensi mode ini, untuk Claude Faustus, berada pada episode 10 season II animenya," ujar Sebastian datar, tak seceria di versi sebelumnya. "Sedangkan untuk Sebastian Michaelis, atau saya sendiri, referensi diambil secara acak dari berbagai episode. Namun, dikarenakan keterbatasan mood dan tenaga, hal itu tidak akan disampaikan di sini." Lalu ia menundukan sedikit kepalanya. "Oleh karena itu mohon maaf atas (mungkin) ketidak nyamanannya."
"Pada mode kedua, dere-dere, karakter akan bersikap denial, mempertanyakan perasaannya sendiri, dan cenderung melakukan pendekatan yang terkesan kaku dan terlalu menjaga imej. Namun," Claude meraih sebuah gulungan lembaran entah-darimana dan membukanya. "Menurut tambahan keterangan dari sang penulis, mode ini akan membatasi reaksi karakter jika dianggap terlalu femi—nim?"
...
Claude berdehem, lalu melanjutkan. "Aku sebenarnya sampai saat ini masih belum mengerti mengapa keterangan ini dibutuhkan, sebab sekali lagi, kami akan meyakinkan anda bahwa kami akan selalu bersikap sebagaimana layaknya seorang pria."
"Kecuali jika tuntutan peran menghendaki yang lain," tambah Sebastian.
"Atau mendadak penulis menuliskan deskripsi yang terlalu picisan—uhuk! Maaf. Mari kita melanjutkan ke mode ketiga."
Sebastian berkata, "Untuk mode reluctant, karakter akan bersikap menolak, yang mana kemungkinan besar dikarenakan ia tidak menyukai patnernya dan dipaksa melakukan beberapa interaksi yang menurutnya buruk. Untuk mode ini, khusus untuk saya, referensi diambil dari episode 12 season II."
Claude mengangguk, membaca gulungan yang tampak berbeda dari sebelumnya lalu menambahkan. "Menurut catatan tambahan lagi, karena sang penulis amat menyukai episode itu, meskipun ia juga merasa sedih atas kematianku di sa—na ... Hoo, baik. Aku tidak akan berkomentar." Lalu gulungan itu ia gulung kembali.
"Nah, kini kami akan memberikan beberapa peragaan sebagai contoh sebelum anda memilih nantinya."
Si pria berkacamata langsung menoleh, mengangkat alis. "Urutannya sama seperti sebelumnya atau tidak?"
"Tergantung padamu. Apakah kau ingin menerapkan system copy-paste di sini atau tidak."
"Kalau begitu kau."
"Sungguh?" Wajah Sebastian berkerut kembali. "Aku tidak terbiasa dengan mode reluctant. Tidak bisakah kau saja?"
"Yang sebelumnya terjadi karena refleks—atau setidaknya itulah yang diimplikasikan di dalam narasi. Jadi maaf, aku tidak bisa."
Sebastian menghela nafas berat, membuang tatapan ke arah lain dan lalu berkata dengan nada terpaksa,"Jika itu maumu."
Claude mengangguk puas memandang ekspresi yang tersirat di wajah Sebastian saat ini. "Sepertinya kita bisa memasukannya ke dalam mode reluctant," komentar pria itu datar lalu menghadapkan wajahnya ke depan lagi. "Lalu untuk mode dere-dere—"
"Ugh, aku tidak mau melakukannya," gumam Sebastian sambil menutupi matanya dengan lengan dan mulutnya dengan punggung telapak tangan yang lain.
Claude kali ini tidak berkomentar. Namun malah melanjutkan ucapannya, "Sekarang untuk yang terakhir…" Pria itu melirik ke arah Sebastian, lalu menghela nafas kecil. "Kau tahu, bukan? Aku masih tetap akan menolak untuk memperagakan mode ini."
"Jadi kita benar-benar membutuhkan Ciel sebagai pancingan agar kau mau menunjukannya, ya?"
Mau sampai berapa kali pun, ucapan itu tetap terdengar menyebalkan di telinganya. "Kenapa bukan kau lagi saja?"
"Karena tentu saja, seperti yang sudah pernah diketik sebelumnya, Fa-us-tus. Akan selalu menyenangkan untuk melihatmu menjadi pedofil jika mengingat karakteristikmu 'yang sebenarnya' pada OVA episode 3," jawab Sebastian bernada, sedikit menghina. "Lagipula,' Pria itu berjalan mendekat, mengelus wajah pria di hadapannya sambil tak lupa memasang seulas senyum menawan. "Kita berdua tahu jika aku yang melakukannya lagi, kau pasti akan benar-benar jatuh cinta padaku kali ini."
*•*Version, ACTION!*•*
"Cara merequest di sini begitu mudah! Cukup isi kotak komentar di bawah. Pilih salah satu mode untuk masing-masing dari kami, lalu tulis prompt atau garis besar cerita yang anda inginkan," ujar Sebastian yang kali ini sudah tampak terlihat sedikit bersemangat. Ah, melihat wajah datar seorang Claude Faustus yang memerah memang selalu menyenangkan. "Contohnya: mesum!Claude dan reluctant!Sebastian, dengan prompt: sepatu. Atau sebuah garis besar cerita—Sebastian yang mendadak disuruh membersihkan sepatu Claude, atau semacam itu."
"Anda juga bisa menggunakan mode yang sama pada kedua karakter." Claude terdiam sebentar. Menghela nafas mencoba menenangkan emosinya melihat ekspresi senang patnernya yang masih belum diubah. "Kenapa bagian yang mesum itu tidak diubah? Aku sudah mengajukan protes, bukan?"
Sebastian tersenyum jenaka. "Kau tahu..." ujarnya dalam nada sing-a-song.
"Ckk."
"Nah, sebagai keterangan lebih lanjut," lanjut Sebastian. "Anda dapat menambahkan detil apapun yang anda inginkan, jika anda memilih untuk menggunakan garis besar cerita. Jika anda menggunakan poin prompt, maka pembangunan cerita akan bergantung pada interpetasi penulis nantinya."
"Lalu mengenai batasan di dalam fic ini," ujar Claude datar. "Kami membebaskan segala fantasi anda, mulai dari m-preg, BDSM, legenda, fairytale—namun tidak menerima pesanan rating dewasa selain hanya berupa hints saja. Pula, pesanan hanya dibatasi pada pairing Claude/Sebastian, tanpa pembalikan peran, karena menurut sang penulis, ia akan kesulitan dikarenakan sikapnya yang terlalu kaku mengenai 'posisi'."
"Hmm, aku masih harus menjadi 'wanita' di sini, ya?" ujar Sebastian kecewa.
Claude melirik tanpa minat, lalu mengembalikan fokusnya ke depan. "Dan kami—ah, bukan. Penulis tentu akan mengusahakan agar cerita tetap in character nantinya. Meskipun ya, peringatan ini perlu diberitahukan kepada anda sebelumnya bahwa penulis tak bisa menjanjikan apapun selain berusaha sebaik mungkin dalam memenuhi imajinasi anda."
"Hmm, atau mungkin kurangnya tanggapan di versi sebelumnya memang karena keterbatasan kemampuan mendeskripsikan emosi yang dimiliki penulis, ya?" komentar Sebastian sambil meletakan telapak tangannya di pipi.
"Ah, maksudmu mengenai masalah bahwa ia terlalu terobsesi dengan detail itu?"
"Hmm, bagaimana jika yang kali ini juga semengecewakan sebelumnya?"
"Kukutip dari dialog yang ditulis di dalam versi sebelumnya. 'ini hanya fanfiksi promosi', semua benar-benar tergantung dengan bagaimana para pembaca akan menanggapi setelah ini."
"Oh, aku mengerti."
Lalu keduanya menatap kembali ke depan, tersenyum dan berkata bersama-sama.
"Naa, berkenan berkomentar untuk kami?"
;The End(?);
Catatan penulis: Haha, kenapa jadi semacam curhatan begini? XD Ouh, ya. Jika kau ingin membaca versi awal fanfiksi ini, kalian bisa mencarinya di archiveofourown dot org/works/3739930. Sejujurnya saja, sekalipun tanggapan di AO3 memang tidak 'seramai' di ffn, aku lebih merasa nyaman menulis di sana :3 Tapi, yah… bagaimanapun rasanya tetap sedih juga kalau terus-terusan merasa seakan sendirian di sana :'( Dan jangan lupakan kalau akun fanfiksiku malah seperti ditelantarkan begitu saja. Cuma ada satu cerita doang yang dipostkan di sini! Ha, ha.
So, kubuatlah versi remake ini. Aseek~!
