Akagami no Shirayukihime © Akizuki Sorata

.

Him

.

.


Dedicated for Red Snow Event

.


Kiki mengenalnya pertama kali saat dirinya bersedia menjadi lawan tanding Zen dalam latihan pedang. Saat itu, si bodoh Mitsuhide mengiranya laki-laki.

Padahal, itu bukan pertama kalinya mereka bertemu.

Di tengah pesta kebangsawanan yang terpaksa ia hadiri, Kiki pertama kali bertemu dengannya. Mereka sama-sama 'bersembunyi' di balkon karena tidak nyaman dengan pesta dan acara-acara semacamnya. Saat itu, Kiki bahkan mengenakan gaun. Jadi kenapa dia bisa-bisanya mengira bahwa Kiki adalah laki-laki pada pertemuan selanjutnya?

Ah, tentu saja, karena ia bodoh.


"Hei, boleh aku bertanya sesuatu?"

Kiki meletakkan kembali dokumen-dokumen yang telah selesai Zen gunakan pada rak-rak di depannya. Mendengar pertanyaan barusan, dia hanya menoleh singkat pada sang penanya.

"Bukankah yang kau ucapkan barusan sudah termasuk pertanyaan?"

"Ma—maksudku..."

"Tanya saja."

Laki-laki yang berdiri tak jauh dari sisinya itu mengusap tengkuknya, terlihat menimbang-nimbang apakah mengajukan pertanyaan adalah langkah yang tepat.

"Apa maksud perkataanmu pada ayahmu kemarin, Kiki?" Mitsuhide memutuskan untuk tetap bertanya.

Kiki mengangkat sebelah alisnya, "perkataan yang mana?"

Mitsuhide tidak langsung menjawab.

" Kau bilang, jika memang perlu kaulah yang akan melamarnya, calon suamimu."

Ah, yang itu.

"Apalagi yang perlu diperjelas dari perkataanku itu?" Kiki melipat lengannya di atas dada, masih memasang wajah stoik terbaiknya.

"Siapa?"

"Apanya?"

"Yang akan kau lamar."

Mata itu terpaku padanya. Ekspresi serius tergambar jelas di wajahnya. Meski begitu, Mitsuhide tak mampu menyembunyikan rona merah di kedua pipinya.

Kiki tidak tahu harus tertawa atau justru terpesona.

"Orang yang dekat denganku," jawab Kiki tanpa ragu.

"Zen? Tu—tunggu, tapi Zen sudah punya Shirayuki. Atau Obi? Tidak mungkin, kau tak pernah ramah padanya."

Kiki tertawa ringan, "memang bukan mereka."

"Lalu? Apa kau punya teman dekat lain yang tidak aku tahu?"

Seperti yang selama ini Kiki duga, Mitsuhide itu memang benar-benar bebal.

"Tidak, aku tak suka memiliki terlalu banyak teman. Terutama yang dekat."

Kiki berjalan keluar dari ruang dokumen, mengabaikan pertanyaan-pertanyaan selanjutnya yang dilontarkan Mitsuhide (—"lalu siapa orangnya? Apa aku mengenalnya? ")

Sebelum menutup pintu, Kiki menoleh pada Mitsuhide (–yang buru-buru meletakkan dokumen-dokumen pada rak agar bisa segera menyusulnya.)

"Kalau kau sebodoh ini, aku jadi ingin menarik kata-kataku itu."

Sunyi.

Masih sunyi.

"Jadi—"

Dengan selengkung senyum yang terpatri, Kiki melenggang pergi.***

FIN


A/N:

Oke, saya tahu ini abal banget T^T dikejar dedlen ngerjainnya x'D

Tadinya mau buat ZenXShirayuki dulu, tapi udah guling2 pun tetep gak bisa nulis dengan bagus. Jadi map kalo ini pun hasilnya gini T^T

Btw, ini fanfiksi pertama saya di fandom ini, dan sesuai yang udah dikasitau di atas, fanfiksi ini dibuat untuk #RedSnow Event

Terima kasih bagi yang menyempatkan diri membaca xD