Disclaimer:

I Don't Own Shigatsu.

But the plot and my OC's are all mine.

Notes:

Halo!

Nama saya tak penting, tapi panggil saja Red-chan :)

Saya sudah menyelesaikan anime Your Lie in April, dan hati saya menjadi hancur. Saya membuat fanfiction ini sebetulnya untuk "menghidupkan" kembali Kaori-chan.

Happy Reading!


Chapter 1

"I Met a Boy at spring"

"Aku Bertemu Dia di Musim Semi"


"GAAAAHHH! AKU TELAT LAGIII!?"

Seorang gadis lima belas tahun yang (sekali lagi) bangun kesiangan itu segera melompat dari tempat tidurnya dan langsung berlari ke kamar mandi untuk bersiap-siap sekolah. Ketika ia berlari, beberapa lembar music notes bertebaran di seluruh lantai kamarnya.

"Aduuuh, Ibuuu! Kok tidak membangunkan akuu?" Keluhnya setelah ia selesai berpakaian untuk seragam sekolahnya, dan sedang (mencoba) merapikan rambut ikal panjang hitam-kemerah-merahannya, sambil berjalan tergesa-gesa di sekeliling kamarnya, mengambil buku ini dan itu yang akan dipelajari hari ini. Oh! Jangan sampai lupa untuk membawa biola kesayangannya juga.

"Ibu sudah membangunkanmu. Tiga kali. Kau dengar? Lalu kau menjawab 'Yaa aku sudah banguun'~. Kau tidur lagi, ya?"

Seorang wanita berambut ikal kemerahan yang diikat berbentuk bola menjawabnya ketika gadis itu sudah turun dari lantai dua dan menghampiri meja makan.

Sembari mengambil selembar roti yang diolesi selai blueberry, gadis itu menggerutu, "Mestinya Ibu masuk ke kamarku supaya tahu aku sudah benar-benar bangun! Huuuh! Sekarang aku telat lagi!"

"Sudah, sudah,"

Suara seorang pria muncul dan kedua ibu-anak yang siap-siap perang itu menoleh kearahnya.

"Daripada pagi-pagi sudah ribut begini, lebih baik kau segera berangkat ke sekolah, ya 'kan? Kaori-chan?"

Seorang pria berkacamata berambut hitam acak-acakan yang adalah Sang Ayah di keluarga bahagia ini sekali lagi dapat menenangkan suasana.

Arima Kaori, yang akhirnya menyadari bahwa ia memang sudah telat, langsung berlari secepat kilat keluar rumah,

"BYE BYE IBUU, AYAAH!"

Setelah suara pintu ditutup dengan keras terdengar, rumah itu langsung terasa sepi lagi. Sampai seorang dari mereka memecah keheningan menjadi penuh kehangatan sekali lagi,

"Dasar Kaori-chan. Padahal dia itu sudah lima belas tahun, tetap masih seperti anak kecil." Sang Ibu tertawa kecil sembari melanjutkan menyiapkan sarapan yang tadi sempat tertunda.

"Kurasa dia mendapatkan itu dari dirimu, Tsubaki." Sang Ayah juga ikut tertawa, Tsubaki tersenyum kecut.

"Kau juga sama saja, Kousei."

pagi itu, sekali lagi keluarga Arima mengawali hari dengan tertawa.


Sambil berlari, Kaori mendengarkan musik rock lewat earphone yang ia sambungkan ke handphone-nya untuk menaikkan semangat.

Ketika ia melewati Taman Kota, tiba-tiba sebuah bola melambung dan hampir mengenai kepalanya.

Kaget, ia langsung berbalik kearah datangnya bola itu.

"Aaah! Maaf, maaf! Bola itu tidak mengenaimu 'kan?"

Seorang pemuda berambut coklat tua yang juga memakai seragam sekolah yang sama dengan Kaori, menghampirinya sambil mengenakan senyuman "maafin-aku-please-ya?"

Kaori, yang akhirnya tersadar dari rasa kagetnya, langsung memandang pemuda itu dengan tatapan galak (yang sepertinya ia dapat dari ibunya).

"Kau itu gimana sih!? Kalau menendang bola tinggi-tinggi begitu 'kan bahaya! Kalau kena kepala orang, gimana!? Apa sih yang kau pikirkan!? Kau bisa membunuhku tahu! BAKA!"

Setelah itu, Kaori langsung berbalik dan kembali berlari menuju sekolah.

Pemuda itu hanya memandangnya keheranan.


" .MAT."

Kaori menghempaskan tubuhnya keatas kursi bangkunya.

Untungnya masih ada sisa waktu 3 menit sebelum bel berbunyi. Itu artinya Kaori tidak harus menerima "serangan" dari ibunya jika ia telat.

Beberapa saat setelah bel berbunyi, guru wali kelas mereka masuk. Aiza Nagi-sensei. Ia adalah guru musik sekaligus wali kelasnya Kaori. Mereka sebetulnya sudah kenal dekat karena Nagi-sensei juga adalah seorang pianis seperti ayahnya, dan lagi, Sensei adalah murid ayahnya.

"Semuanya, hari ini kita kedatangan seorang murid baru." Kata Nagi-sensei.

Murid-murid yang lain langsung ribut, membicarakan apakah murid baru ini laki-laki atau perempuan, apakah ia tampan atau cantik.

Yah, biasa. Pikir Nagi-sensei, Pembicaraan anak sekolah.

"Kau boleh masuk sekarang,"

Lalu pintu kelas dibuka dan seorang murid laki-laki masuk kedalam.

Dia berjalan sambil menebar senyum, dengan rambut coklat tua dan seragam yang agak acak-acakan dan kotor, seperti ia habis bermain di tanah sebelum ia sampai di sekolah.

Ketika melihatnya, mata biru Kaori terbelalak. Sementara cowok itu hanya memberi senyuman yang memamerkan giginya.

"Yo! Aku Watari Yuuta, yang suatu saat nanti akan jadi bintang seperti ayahku, mulai saat ini akan menjadi rekan kalian! Salam kenal!"

Saat itu juga, Kaori langsung berdiri dari bangkunya dan menunjuk si murid baru,

"Cowok bodoh di taman yang hampir membunuhku!?"


Saat itu adalah Musim Semi, ketika aku bertemu dengannya.

Bersambung


Terima kasih telah membaca chapter pertama ini sampai ke huruf terakhirnya.

Sebetulnya, saya tidak tahu apakah harus melanjutkan ini atau tidak. Jika ada yang men-review atau hanya sekedar merespon cerita ini, saya akan melanjutkan ke chapter berikutnya.

Chapter-chapter awal memang agak pendek, tapi saya akan berusaha untuk memanjangkannya di chapter seterusnya.

Saya menunggu kritik dan saran Anda! :)

~Red-chan~