Forgiveness At Firework Festival
Disclaimer
Vocaloid punya Yamaha dan perusahaan pengembangnya. Saya Cuma pinjem beberapa karekter dari mereka.
Warning
Karangan seorang newbe, jadi mungkin masih banyak kesalahan di sana-sini. Shonen-ai of course. If you don't like shonen-ai please get out from here.
My first fiction. So, bagi para senpai mohon kritik dan sarannya. Saya masih sangat pemula dalam menulis.
Happy Reading!
...
Gakupo membuka mail-boxnya. Sudah hampir satu bulan kerjanya hanya berkirim pesan dengan teman e-mailnya, semenjak libur musim panas dimulai. Tidak seperti siswa SMA lainnya yang menghabiskan liburan musim panas dengan bermain di pantai, kolam renang atau berkencan dengan pacar. Gakupo lebih memilih menyemdiri di rumahnya yang sejuk. Berlatih kendo, membaca buku, mengerjakan pr musim panas atau chatting dengan teman e-mailnya.
Pacar? Tentu saja Gakupo memilikinya. Hanya saja dia sedang malas untuk menggubris pacarnya sekarang. Bukan karena dia tidak perhatian atau apa, Gakupo hanya sakit hati pada pacarnya. Hati siapa yang tidak hancur melihat kekasih kita bermain dibelakang kita? Itulah yang sekarang Gakupo alami. Walaupun pacarnya sudah beberapa kali meminta maaf, Gakupo masih belumbisa memaafkanny. Anehnya lagi dia juga belum mau putus dengan kekasihnya. Gakupo berpikir mungkin menggantungkan hubungan untuk sementara waktu adalah jalan terbaik.
'TING TONG.' bunyi bel rumah mengalihkan perhatian Gakupo. Dengan malas dia bangkit dari kursi belajar di kamarnya untuk keluar menuju pintu rumah.
'TING TONG. TING TONG. TING TONG.' bunyi bel rumah semakin sering terdengar. Sang tamu sudah tidak sabar untuk masuk.
"Sebentar." balas Gakupo malas pada tamu yang tidak sabaran itu. Tangan panjang Gakupo meraih pintu geser rumahnya dan membuka pintu itu.
"Hai, Gakupo!" seorang pemuda menyapa Gakupo dari luar pintu. Gakupo terdiam sejenak dengan masih memegang pintu geser. Sedang pemuda yang menjadi tamunya hanya senyum-senyum sendiri.
'Sreek.' Gakupo segera menutup pintu rumahnya secepat mungkin sebelum pemuda tadi melakukan hal yang tidak dia inginkan; masuk ke dalam rumah.
"Hei, Gakupo! Buka pintunya! Kenapa kau malah membuka pintunya?" proter pemuda tadi sambil memukul-mukul pintu. Gakupo sendiri malah tidak mempedulikan protesan dari tamunya.
"Pergilah, Kaito! Sudah kubilang jangan ke sini lagi. Kenapa masih datang juga?" balas Gakupo.
"Ada yang ingin aku katakan padamu. Jadi, kumohon bukakan pintunya." pemuda yang dipanggil Kaito tadi berusaha membujuk Gakupo agar membukakan pintu.
Gakupo menyerah. Akhirnya dia membukakan pintu untuk Kaito dan memuntunnya ke ruang tamu. Setelah mempersilahkan Kaito duduk, Gakupo pergi ke dapur untuk menyiapkan camilan dan minuman dingin. Semangka dan teh gandum dingin memang sangat cocok untuk musim panas.
"Aku bawa es krim untukmu. Ada tempura terong juga." tawar Kaito pada Gakupo.
Orang yang mendapat tawaran hanya diam. Matanya menatap wajah Kaito yang sedang duduk di depannya. Wajah tampan sekaligus manis milik pemuda itu terbingkai oleh rambut biru pendeknya. Mata birunya menatap Gakupo ramah. Bibirnya yang sedikit merah muda menyunggingkan senyum manis pada Gakupo. Mungkin ini alasan kenapa Gakupo belum mau putus dengan Kaito.
Ya, benar. Kaito adalah kekasih Gakupo yang telah Author katakan tadi. Dan benar juga. Kaitolah yang telah membuat kaito merasa dikhianati. Masih menatap Kaito dengan dingin, Gakupo seperti sedang menunggu sesuatu.
"Lalu?" tanya Gakupo pada Kaito yang masih diam.
"Apa yang 'Lalu'?" Kaito malah balik bertanya.
"Apa yang ingin kau katakan, Kaito?" tanya Gakupo sekali lagi sambil menahan emosinya.
"Ah itu. Begini, liburan musim panas kan tinggal 5 hari lagi. Sebentar lagi kita akan masuk sekolah. Jadi aku ingin..."
"Kalau hanya ingin minta maaf, lebih baik kau pulang saja. Jawabannya tetap sama, masih belim bisa aku maafkan." belum siap Kaito mengakhiri ucapannya, Gakupo sudah memotong.
"Jangan memotong jika aku belum siap berbicara! Lagi pula aku kemari bukan untuk minta maaf!" bentak Kaito.
"Maaf. Lalu apa yang ingin kau katakan?" Gakupo kembali bertanya setelah meminta maaf.
"Aku ingin mengajakmu ke festifal kembang api nanti malam di kuil."
Gakupo belum meresponn. Dia masih diam sambil melihat Kaito yang menunggu jawabannya. Beberapa saat terjadi kesunyian di antara mereka. Kaito masih setia menunggu jawaban Gakupo. Sedang Gakupo sendiri masih berpikir untuk menjawab apa. Gakupo masih bimbang dengan hatinya. Dia masih menyayangi Kaito tapi sakit hati karena Kaito masih menghantuinya.
"Kalau aku bilang tidak..."
"Kau harus datang!" Kaito memotong perkataan Gakupo. "Kau harus datang atau kita benar-benar putus."
Ancaman yang bagus, Kaito. Gakupo tentu terkejut dengan ancaman itu, tapi dia sangat pintar menyembunyukan perasaannya. Mana mungkin gakupo mau putus dengan Kaito. Walaupu Kaito pernah mengkhianati Gakupo, dia masih mencintai Kaito.
"Tapi kalau kau lebih memilih kita putus juga tidk masalah. Dari pada aku berkencan dengan orang yang sudah tidak mencintaiku lagi, mungkin lebih baik kita putus." Kaito berkata sambil menundukkan kepalanya.
Sekali lagi kaito mengeluarkan ancaman yang bagus untuk Gakupo. Kali ini Kaito serius, tidak seperti yang lalu-lalu. Berkencan dengan orang yang sudah tidak mencintainya? Kau salah besar Kaito. Gakupo masih mencintaimu. Hanya saja gengsinya terlalu tinggi untuk mengakui itu.
"Aku akan pikirkan itu nanti. Jika aku datang, aku akan mengabarimu lewat e-mail." jawab masih dengan wajah dingin. Kaito sedikit kecewa dengan jawaban itu. Tapi dia juga bersyukur Gakupo tidak langsung menolaknya.
"Kenapa tidak sekarang kau berikan kepastian." tanya Kaito tidak puas.
"aku belum bisa memaafkanmu, jadi sedikit sulit untuk menjawab."
"Kenapa kau tidak memaafkanku? Padahal aku sudah berkali-kali meminta maaf."
"Kau kira mudah memaafkan orang yang telah memaafkanmu? Kau tidak merasakannya, jadi tidak mengerti."
"Bukankah sudah kubilang kalau aku dan Miku-chan tidak ada apa-apa. Hari itu kami ditugaskan untuk membeli perlengkapan kelas oleh Kiyoteru-sensei, makanya Miku-chan dan aku pergi pergi ke toko bersama." Kaito menjelaskan agar Gakupo percaya.
"Kalau begitu, kenapa kau berbohong saat membatalkan janji kita?"
"I... itu..." Kaito sedikit gugup untuk menjawab pertanyaan Gakupo.
Gakupo meminum teh gandumnya sampai habis lalu melanjutkan kegiatannya mengintimidasi Kaito. Kalau boleh jujur, Gakupo sangat menyukai wajah gugup Kaito. Dia terlihat lebih manis saat gugup bagi kaito. Tanpa sadar Gakupo menyunggingkan senyum sangat tipis.
"Baiklah, jika memang itu maumu. Aku akan datang, jadi pulang sana. Jangan ganggu aku sampai nanti malam atau aku akan berubah pikiran." Gakupo memberikan jawaban yang sangat memuaskan bagi Kaito. Wajah gugupnya langsung berubah cerah.
"Arigato Gakupo. Aku menunggumu di sana jam 6 sore. Jangan terlambat!" peringatan terakhir Kaito untuk Gakupo sedikit mengejutkannya. Apa itu berarti mereka akan putus juka dia terlambat? Padahal Gakupo berniat terlambat.
Setelah berpamitan, Kaito pun pulang. Meninggalkan Gakupo di ruang tamu sendirian. Gakupo merebahkan badannya di lantai tatami ruang tamu. Inilah keunggulan rumah bergaya tradisional Jepang. Kita tidak perlu segan untuk merebahkan tubuh di lantai. Maka dari itu Gakupo sangat menyukai rumahnya.
"Tadaima!" sapa seorang gadis dari pintu depan rumah.
"Okaerinsai, Gumi." balas Gakupo dari ruang tamu.
Gadis yang dipanggil Gumi oleh Gakupo tadi menuju ruang tamu. Mata hijau miliknya melihat Gakupo yang berbaring di ruang tamu sekilas. Tanpa menghiraukan Gakupo, Gumilangsung menuju meja tamu dan langsung memakan semangka sisa untuk Kaito tadi.
"Ne nii-san, tadi aku bertemu Kaito-nii di depan rumah. Apa yang kalian lakukan tadi?" tanya Gumi.
"Tidak ada. Hanya ajakan kencan." jawab Gakupo singkat.
"Kalian sudah baikan?" wajah Gumi berubah cerah. Tentu saja dia sangat mendukung hubungan Gakupo dan Kaito.
"Belum."
Seketika jawaban singkat Gakupo melenyapkan wajah cerah Gumi. Dia sungguh sangat gemas dengan kakak laki-lakinya satu ini. Gengsinya terlalu tinggi untuk memaafkan orang termasuk kekasihnya sendiri. Gumi menghela nafas berat lalu mengambil semangka untuk ketiga kalinya.
"Itu tidak baik nii-san. Padahal Kaito-nii sangat mencintamu dan sudah beberapa kali minta maaf. Harusnya nii-san memaafkannya jika nii-san masih mencintainya." Gumi menasehati Gakupo, walau dia tahu itu mustahil. "Atau nii-san sudah tidak mencintai Kaito-nii lagi? Kalau memang benar lebih baik putus saja nii-san. Kasihan Kaito-nii."
Gakupo terkejut dengan pertanyaan Gumi. Kenapa banyak sekali pertanyaan seperti itu hari ini? Hei, Gakupo mana mungkin tidak mencintai Kaito! Gumi, kau salah besar! Kakakmu masih mencintai Kaito. Hanya saja Gengsinya terlalu tinggi.
"Bukan!" balas Gakupo sedikit berteriak.
"Lalu?"
"Karena aku masih mencintainya makanya aku belum bisa memaafkannya."
Jawaban Gakupo masih menyimpan tanda tanya di benak Gumi. Gumi mengeluarkan ekspresi bingung di wajahnya. Dia masih membutuhkan penjelasan dari jawaban Gakupo. Tapi dia merasa bahwa lebih baik tidak bertanya saat ini pada Gakupo.
TBC
…
Maaf kalo terlalu singkat. Niatnya ini oneshoot, tapi karena terlalu panjang jadi saya potong-potong sehingga jadi beberapa chapter.
Sangat dibutuhkan review yang benar-benar membangun.
