Hachiko (HunHan)
.
.
.
.
.
.
Cast : Oh Sehoon
Luhan
Others cast
Disclaimer : Fanfic Is Mine, semua cast milik Tuhan yang maha esa ,keluarga dan fans –fans nya.
Summary : persahabatan antara seekor anjing dan pemiliknya ,Dan sebuah cinta yang tak akan pernah pupus walau separuhnya harus pergi/HunHan/Yaoi
.
.
.
.
.
.
Happy Readiiinggg!
Terlihat sebuah kereta listrik yang berhenti di sebuah stasiun bawah tanah. Pintu kereta itu pun secara otomatis terbuka, menampilkan kerumunan orang yang keluar dari pintu-pintu kereta tersebut.
Sama halnya dengan namja yang menjadi tokoh utama cerita ini. Namja berparas cantik -walau dia sungguh membenci fakta itu- juga ikut keluar dari kereta. Mata indahnya masih sibuk menatap benda putih persegi panjang pada genggamnya.
Jari-jari putihnya pun ikut sibuk, menekan-nekan layar benda putih tersebut. Sesaat kemudian ia letakkan benda putih tersebut pada telinganya.
"Yeoboseyo"
",,"
"Ne, kurasa kita harus merevisi ulang proyeknya."
",,"
"Aa.. Ani, tapi lebih baik seperti itu."
",,"
"Ne... ya, aku tahu. Ah, dan juga tentang proposal bi-.. eeh ?"
Terlalu fokus pada percakapan dengan seseorang di seberang sana membuatnya lalai dalam memperhatikan langkahnya. Ia merasa menabrak sesuatu di kakinya.
Diliriknya kebawah, menampilkan sebuah gulungan bola bulu putih yang terlihat halus. Ah, bukan gulungan bola bulu, namun seekor anak anjing kecil yang mendongak menatapnya.
Luhan -namja cantik itu- berjongkok menatap makhluk kecil itu. Tangannya terulur menyentuh bulu putih yang begitu lembut dijemari mulusnya.
"Hei anjing kecil, dimana majikanmu ?" Tanyanya, sembari jemarinya mengusap lembut anak anjing itu, yang kini hanya mengibas-ngibaskan ekor kecilnya. Menyukai perlakuan lembut dari Luhan.
"Hm, sepertinya kau kehilangan majikanmu ya ?" Tanya pada anjing kecil itu, yang tentunya tak dijawab oleh objek yang ditanyakannya.
Dukk
"Ah, aww.."
"Ya, jangan duduk ditengah jalan anak muda !" Marahnya seorang ahjumma yang menabrak punggung. Dan saat itulah ia sadar ia telah menghalangi jalan saat ia memandangi sekelilingny yang memandangnya terganggu.
"Jeo-jeongseohamnida, ahjumma." Maafnya. "Sebaiknya kau kubawa ke tempat bagian informasi, little puppy." Dengan itu, ia berdiri sembari menggendong anak anjing tersebut.
"Aa, mian mianhe, hyung... aku tadi ada suatu hal yang perlu kuurus"
Ternyata ia sempat melupakan percakapannya dengan seseorang di seberang sana. Ia pun melanjutkan percakapannya sambil berjalan menuju tempat bagian informasi di stasiun itu.
'Ne, aku tahu. Bisa kita lanjutkan besok, hyung ?"
",,"
"Ne, iya iya.. mian. Baiklah, sampai jumpa besok."
Tuut
Dan sambungan teleponnya pun terputus. Ia taruh ponselnya di saku jaket krem miliknya. Melanjutkan perjalanan dan akhirnya menemukan apa yang ia cari.
"Jeogiyo ahjussi, maaf mengganggu. Bisakah anda membantuku ?" Tanya Luhan dengan sopan pada seseorang berbadan besar yang memakai seragam layaknya satpam disana.
"Ya, ada yang bisa ku bantu, agashi ?" Tanya pak satpam itu.
"Eer, aku namja, asal anda tahu, pak." Sungguh, ia sebal karena banyak orang yang mengiranya dirinya adalah perempuan. Ck, it's annoying, really.
"Ah, maafkan aku, anak muda. Ada yang bisa saya bantu ?" Kata pak satpam itu, sedikit salah tingkah. Luhan yang awalnya ingin marah pun akhirnya menghela nafas, mencoba menetralisir amarahnya.
"Begini, aku menemukan seekor anak anjing disana. Ini." Ia tunjukkan anak anjing dipelukannya itu pada pak satpam." Sepertinya ia kehilangan majikannya."
"Hm, baiklah. Kau bisa menunggu disini. Akan kami umumkan hal ini." Dengan itu, pak satpam -yang diketahui namanya Shin Dong Hee, dari nametag di seragamnya, berjalan menuju ke sebuah tempat, yang sepertinya merupakan tempat untuk mengumumkan sesuatu.
Luhan memilih duduk di sebuah bangku, pegal juga ia berdiri. Dan tak lama sebuah suara menggema dari berbagai penjuru di stasiun itu. Sebuah pengumuman tentang anak anjing dipangkuannya.
"PENGUMUMMAN. TELAH DITEMUKAN SEEKOR ANAK ANJING, BERBULU PUTIH, SEJENIS GOLDEN RETRIVER. BAGI YANG MERASA KEHILANGAN, MOHON HARAP SEGERA MENUJU KE BAGIAN INFORMASI. SEKIAN, TERIMA KASIH."
Pengumuman itu akhirnya selesai.
"Nah, kita tunggu saja pemilikmu datang, 'kay ?' Katanya pada anak anjing itu. Yang ditanya hanya mengeluarkan suara 'guk' yang lucu.
"Aigoo, jeongmal kyeoyo" Luhan mengelus-elus bulu putih itu. Benar-benar lembut. Yang dielus pun hanya dapat mengibas-ngibaskan ekornya. Sungguh anak anjing itu suka dibelai lembut oleh Luhan.
Setelah berpuluh-puluh menit kemudian...
"Bagaimana, ahjussi ?" Tanya Luhan langsung, saat Shin Dong Hee berjalan menuju ke arahnya.
"Maafkan kami, anak muda. Tak ada satu pun yang datang ke bagian informasi. Sepertinya pemiliknya sudah pergi jauh saat tak sengaja ia meninggalkan anak anjing ini." Katanya memberi tahu sambil mengusap kepala anak anjing itu.
"Yaah, eotteokhae ? Sayang sekali, little puppy." Ucap Luhan, memandang kasihan pada anak anjing itu.
"Lebih baik kau bawa saja anak anjing ini pulang ke rumahmu saja." Kata Shin Dong ahjussi.
"Mwo ? Tapi.. tidak bisakah anak anjing anda berada disini ? Diruang informasi ?"
"Maaf, tapi disini kami tidak mengizinkan apapun, selain petugas, yang berada di sana." Jawab ahjussi itu
"Lagipula, tidak ada salahnya ia ada dirumahmu kan, anak muda ?" Sambungnya.
"Hemm, baiklah. Akan kubawa anak anjing ini. Maaf telah merepotkan mu, ahjussi." Kata Luhan , sembari membungkuk sopan.
"Tidak apa-apa. Sudah kewajibanku."
"Baiklah, kamsahamnida, ahjussi. Kalau begitu, saya pulang."
"Ya, hati-hati. Bila ada kabar, akan kami kabarkan."
"Terima kasih, ahjussi. Sampai jumpa."
.
.
.
.
.
.
.
"Aku pulang" sebuah suara muncul dari balik pintu bercat putih yang terbuka, menampilkan seorang pemuda berparas manis dan seekor anak anjing kecil di dekapannya.
"YAA ! Xi Luhan, darimana saja kau, Haa ?" Suara indah nan melengking seorang yeoja, menjadi sambutan pertama yang namja manis itu -Xi Luhan- dapat dari sang tercinta dan terhormat, Nyonya Xi. Ibu Luhan.
"Ma, tenang... aku bisa-... ayayayak,,,, ap-appo! Mama... appo!"
"Anak nakal, pulang melebihi waktunya. rasakan, rusa nakal !" Nyonya Xi makin menjewer telinga Luhan, anaknya. Membuat sesuatu dipelukkan Luhan terjatuh.
"Guk"
"Eh ?"
Nyonya Xi menghentikan aksi 'mari-menjewer-telinga-Luhan-hingga-putus' saat mendengar suara aneh itu. Diliriknya ke bawah, dimana asal suara itu datang.
"Guk... guk..."
Seekor anak anjing yang berada dihadapan mereka terus mengeluarkan suara 'guk guk'nya. Seakan berkata 'jangan sakiti dia.' Pada Mama Luhan.
"Aww.. Appoyo~" Luhan masih sibuk mengusap telinga kirinya yang memerah, bekas jeweran dari Mama nya. Tak menghiraukan dua makhluk di sekitarnya.
"Guk"
"Hannie..." Mama Luhan memanggilnya. Yang dipanggil hanya mendongak menatap Mama nya, masih mengusap-usap telinganya. "Kau... sejak kapan kau.. makhluk itu.."
"Ne ?" Luhan tak mengerti apa yang dikatakan Mama nya yang sedari tadi menatap ke arah bawah. Di ikutinya arah dimana pandangan Mama nya tertuju. Dan seketika ia sadar 'o-oh, gawat. aku lupa !'
"Dari mana kau mendapatkannya, Hannie ?" Tanya Nyonya Xi.
"Eer,,, Mama.. itu aku bisa jelaskan.." ia makin takut saat melihat tatapan yang sulit diartikan oleh Mama nya pada anak anjing itu. "Mama, aku menemuk-"
"Kyaaa! Aigoo... Neomu Kyeopta!" Teriak histeris ala Nyonya Xia yang kini sudah memeluk dan matanya seketika berbinar menyadari sesuatu.
"Waah ! Lembutnya... aigoo, kau sungguh menggemaskan."
Luhan yang melihat kejadian langka seperti itu hanya bisa ber-sweatdrop ria. Sungguh ia tak pernah melihat Mama nya sepeeti itu.
"Hannie, darimana kau mendapatkan makhluk menggemaskan ini, sayang ? Aigoo, kau lucu sekali." Tanya Mama Luhan, masih enggan melepaskan anak anjing itu, yang sepertinya bingung dan tak nyaman diperlakukan seperti itu olah Nyonya Xi.
"Aku menemukannya di stasiun tadi, Mama. Ia kehilangan majikannya. Itulah kenapa aku pulang telat." Jawab Luhan. Ia tersenyum melihat Mama nya yang begitu senang. "Jangan terlalu kuat memeluknya, Mama. Ia masih kecil."
"Oh, astaga." Segera Nyonya Xi lepaskan pelukannya, anak anjing itu akhirnya bisa bernafas lega.
"Baiklah, aku ke kamar dulu, Mama." Luhan pun berjalan menuju ke arah tangga, menuju lantai atas dimana kamarnya berada.
"Guk.. "
Baru tiga langkah Luhan menapaki anak tangga, anak anjing itu berlari kecil, menjauhi Mama Luhan yang sedang asik mengelusnya, menuju dimana Luhan berada.
Kini anak anjing itu ikut berhenti di depan Luhan, memandangi Luhan sembari mengibas-ibaskan ekor mungilnya.
"Sepertinya, ia lebih suka denganmu, Hannie." Kata Nyonya Xi, sedikit kecewa tentunya.
Mengerjap-ngerjapkan matanya, Luhan hanya mengendikkan bahu nya. "Hm, terserahlah."
Dilanjutkannya kembali langkahnya yang sempat terhenti, menuju kamarnya. Tentu anak anjing itu mengikutinya.
Ia buka pintu bercat biru langit itu, pintu kamarnya, dam mendapati sebuah penampakan yang tersaji disana. Penampakan itu sepertinya sedang asik dengan layar LCD di kamar Luhan yang gelap. Satu-satunya cahaya adalah layar LCD dihadapan penampakan makhluk itu.
Luhan, sang pemilik kamar, hanya menatap datar dan bosan dengan penampakan itu. Sepertinya sudah terbiasa dengan hal itu. Ia masuk dan menekan tombol di dekat pintu. Seketika cahaya lampu menerangi kamar itu. Penampakan hitam itu kini tergantikan dengan surai dark brown.
Cahaya lampu yang tiba-tiba menyala, membuat pemuda bersurai dark brown itu tersadar. Bahwa sang pemilik kamar telah kembali.
"Kau sudah pulang ?" Pemuda bersurai dark brown itu mengeluarkan suara baritone miliknya. Ia bertanya dengan posisi masih setia menatap layar LCD didepannya.
Luhan berjalan menuju ranjangnya, setelah menyampirkan tas dan jaketnta di meja belajar miliknya. Merebahkan diri dengan posisi tengkurap diatas ranjangnya. Tak menggubris pertanyaan retoris yang diajukan padanya.
Anak anjing kecil itu ikut menaikki ranjang dan berbaring disamping Luhan. Luhan yang menyadari keberadaan anak anjing itu membelai lembut kepala anak anjing itu. Menatap anak anjing itu yang kelihatan nyaman diperlakukan lembut oleh Luhan.
Kini tatapannya beralih ke arah pemuda yang sedari tadi sibuk dengan layar LCD dan sesuatu di genggamannya. "Kau, apa yang kau lakukan disini,heh ?"
"Menunggumu" jawab pemuda itu singkat. Tanpa mengalihkan pandangannya pada layar didepannya.
"Tak seperti kelihatannya. Yang kulihat hanya kau yang memainkan game terbaru di PS ku." Tukas Luhan
"Aku bosan. Kumainkan saja game nya." Kata pemuda itu. "Toh, aku juga membantu menyelesaikan game nya. Aku baik, kan ?"
Eyes roll, itulah jawaban Luhan, walau tak bisa pemuda itu lihat. "Terserah kaulah, Sehun."
Seketika suasana kembali hening. Hanya suara jari yang beradu dengan stick PS yang dimainkan oleh namja bersurai dark brown itu.
Pemuda bersurai dark brown, Sehun, Oh Sehoon lebih tepatnya, adalah anak tetangga sebelah rumahnya. Umurnya 4 tahun lebih muda dari Luhan. Pemuda itu bersekolah di bekas sekolah Luhan, SOPA senior high school, dan sekarang berada di tingkat terakhir atau lebih tepatnya ia sudah kelas XII di sekolah yang terkenal di Korea itu
Sedangkan Luhan, ia melanjutkan pendidikannya di Yonsei University, universitas terbesar ke-3 di Korea Selatan.
Sudah 10 tahun mereka saling mengenal, sejak kepindahan keluarga Xi dari China, negara asal Luhan. Membuat Luhan mengenal lebih jauh tentang Sehun, khususnya kebiasaan menyelinap Sehun ke kamarnya.
Setiap hari, anak itu akan selalu menyelinap kekamar Luhan. Entah pagi, siang, malam. Entah saat itu Luhan sedang kuliah, belajar, mandi atau tidur. Balkon kamar mereka yang saling berhadapan, memudahkan Sehun untuk menyelinap tanpa sepengetahuannya dan kedua orang tua nya.
Walau pada akhirnya, mereka semua sudah tahu. Saat ditanya alasannya, ia hanya menjawab 'aku bosan', membuat semuanya ber-sweatdrop ria.
Mereka memaklumi kebiasaan aneh Sehun, yang notabene adalah anak tunggal keluarga Oh. Ia mungkin kesepian dan ingin memiliki saudara yang bisa menemaninya, seperti Luhan. Entahlah, itu hanya pemikiran para orang tua.
Keheningan melanda sampai beberapa menit kemudian. Baru akhirnya game itu selesai, dengan ia yang keluar sebagai juaranya, ia pun berbalik ke arah ranjang didepannya.
Bisa kita lihat sebagaimana rupawannya pemuda itu. Rahangnya yang tegas, bibirnya yang tipis, hidungnya yang mancung dan matanya yang sipit. Apalagi kulitnya yang putih pucat, mengalahi pucatnya kulit mayat, menurut Luhan.
"Hei, Lu,, kau tahu. Tadi aku- ehh ?" Pemuda itu baru saja ingin mengajak Luhan mengobrol, atau bahkan menggodanya seperti biasa, tetapi terhenti saat mendapati perhatian Luhan tak tertuju padanya. Melainkan pada obyek di sebelah Luhan
Pemuda berkulit pucat itu, Sehun, menatap Luhan yang tengah sibuk membelai anak anjing yang telah terlelap karna belaian hangat Luhan.
"Lu.." panggil Sehun, mencoba mengalihkan perhatian Luhan.
"Hm.." gumaman Luhan menjadi respon yang didapatnya. Tanpa melirik pemuda dihadapannya.
"Ck, sejak kapan kau punya anak anjing, Lu ?"
"Hm, aku menemukannya, Hun"
"Menemukan ?"
"Yaa." Luhan merubah posisinya dari tengkurap menjadi posisi duduk. Menjauhkan tangan yang tadi ia gunakan untuk membelai kepala anak anjing itu.
Mengangkat kedua tanganya tinggi-tinggi, mencoba merenggangkan otot-ototnya yang pegal dan kaku. Ugh, proyek untuk tugas Kim songsaenim benar-benar menguras tenaganya. Melelahkan.
"Maksudmu, Lu ?" Sehun kembali bertanya.
"Aku menemukannya saa pulang tadi di stasiun. Sepertinya ia kehilangam majikannya. Aku meminta bantuan petugas indorman disana. Tapi pemiliknya tak kunjung datang."
"Lalu, kenapa kau bawa pulang ?"
"Disana tidak diijinkan ada hewan asing tinggal disana. Petugas itu malah memintaku membawanya pulang. Kalau ada kabar, ia akan mengabarkanku, katanya. Ya sudah kubawa pulang saja." Jelas Luhan panjang.
Sehun merespon dengan anggukan.
Keheningan kembali melanda. Hingga beberapa detik, yang lebih muda kembali bersuara.
"Kalau pemiliknya tidak mencarinya, kau akan merawatnya ?"
Mengendikkan bahu, Luhan menjawab, "Entahlah."
Mata indah Luhan memandangi makhluk berbulu putih yang terlelap di ranjangnya. Anak anjing itu terlihat begitu mungil juga rapuh. Seakan, ciptaan Tuhan yang indah ini akan hancur berkeping-keping jika tak diperlakukan dengan lembut.
"Aku akan merawatnya." Ujar Luhan, tiba-tiba.
Sehun yang hanya memandangi Luhan sedari tadi pun menatapnya bingung, "Hah ?"
Luhan menatap Sehun, kedua pasang mata mereka bertemu. Terlihat olehnya mata yang indah bak rusa itu terselip keyakinan yang pasti.
"Kalau majikannya tak datang mencarinya, aku yang akan merawatnya, Sehunnie." Luhan berucap dengan penuh keyakinan.
"Aku akan merawatnya, menjaganya. Dari dulu aku memang ingin memiliki anjing."
"Hm. Lalu, mau kau namakan apa anak anjing itu ?"
"Hah ?"
"Kalau kau berniat memeliharanya, setidaknya kau beri nama panggilan untuknya, Lu..."
Pertanyaan sekaligus pernyataan Sehun, membuat Luhan memasang ekspresi berpikirnya yang imut. Ia jadi teringat tentang sebuah film yang diadaptasi dari cerita jepang, tentang seekor anjing setia kepada majikannya sampai akhir hayatnya. Film itu selalu sukses membuatnya menangis.
"Hachiko.." gumam Luhan pelan.
Sebelah alis Sehun terangkat, "apa ?"
"Hachiko. Aku namakan dia Hachiko, Sehun."
Sehun terdiam menatao Luhan. Pemuda yang lebih tua darinya menampilkan lengkungan bibir keatad, membentuj senyuman yang manis. Sungguh manis. Membuat Sehun benar-benar terpana melihatnya.
Matanya menyipit, membuat lengkungan sabit saat tersenyum seperti itu. Sungguh. Luhan begitu indah.
"Luhannie ! Ayo turun... Makan malam siap!"
Suara Nyonya Xi mengentrupsi suasana manis, menurut Sehun, diantara mereka.
"Aa, jangan lupa ! Suruh kemari juga anak tukang menyelinap itu, Hannie !"
"Hahaha"
Suara tawa Luhan terdengar, apalagi melihat Sehun yang menggaruk-garuk tengkuknya yang tidak gatal karna salting. Dipanggil 'anak tukang menyelinap' bukanlah hal yang enak untuk dijulukan. Apalagi yang yang menjuluki Mama nya Luhan.
"Haha... Mama memanggil kita, Hun. Ayo turun, tuan tukang menyelinap."
Sehun hanya mendengus mendengar ledekan dari Luhan. Beranjak dari duduk bersilanya dilantai, mengikuti Luhan yang kini melangkah menuju pintu dan keluar dari kamar Luhan. Menuju ruang makan di lantai bawah rumah keluarga Xi.
Meninggalkan seekor anak anjing berbulu putih, yang masih bergelung nyaman di ranjang majikannya yang baru.
