Warning : Fanfic crime pertama, action pertama, silahkan dikritik agar saya lebih berkembang. AU, OOC, beberapa kata-kata yang agak blak-blakan, non baku dan kasar (bisa jadi) typo (s)

Disclaimer : Masashi Kishimoto


Chapter 1 : who is chikan?

.

.

.

Ada dua waktu saat semua gerbong kereta api selalu ramai. Pada pagi hari dan pada sore hari. Pada saat itu rata-rata penduduk Jepang yang tidak memiliki kendaraan pribadi akan memadati stasiun. Wanita, laki-laki, anak-anak, orangtua dan semua jenis umur dengan berbagai ciri-ciri. Mereka memilih kendaraan umum ini karena biayanya murah walaupun tidak irit waktu.

Waktu menujukkan pukul empat sore. Sudah bisa dilihat banyak orang-orang yang berdiri menunggu sampai kereta datang di hadapan mereka.

Termasuk kedua orang yang berbeda warna rambut ini, mereka juga berdiri di sana. "Sas, kau yakin kita gak butuh teropong?"

Sasuke memutar bola mata bosan, mengecek jam yang terlingkar manis di lengan kiri. "Kau kira kita akan melihat bintang, Dobe?" Tampak beberapa peluh keringat membasahi pelipisnya. Wow, walau ia tampak kepanasan seperti itu. Sasuke akan tetap terlihat cool. "Aku tidak menyangka. Menunggu kereta akan bosan seperti ini."

"Kau selalu bosan dengan apa pun tuh," terdengar nada ejekkan di kalimat Naruto. "Tapi, kau tampan sekali hari ini dengan seragam SMA Konoha High School."

"Cih, aku lebih suka seragam Sunna High School kalau boleh memilih."

"Oh, benarkah?" Naruto menyeringai sendiri ketika tatapannya berhenti pada punggung seorang gadis berseragam sama seperti mereka. Ia memiliki rambut berwarna merah muda. Sama seperti apa yang mereka lakukan tentunya. Sama-sama menunggu sampai kereta api tiba.

Beberapa saat kemudian, kereta tiba. Sang gadis yang memiliki rambut merah muda tadi masuk duluan ke dalam Kereta. Ada banyak kursi kosong sebenarnya sebab, penumpang baru saja keluar. Tetapi gadis itu lebih mengizinkan orang-orang yang masuk setelahnya menempati kursi-kursi itu.

Ia mengeluarkan ponsel dan memasang hetset pada salah satu telinganya. Tangannya terangkat memegang besi pada langit-langit kereta. Biasanya gadis SMA seusianya lebih suka membawa tas selempang dengan banyak gantungan kunci. Sementara gadis ini lebih suka membawa tas dukung berwarna coklat. Serta sepatu kets yang mendukung penampilannya yang kurang feminim.

"Menurutku, seharusnya Sakura berpenampilan sedikit feminim. Ia pasti akan terlihat cantik," ujar Sasuke saat ia dan Naruto sudah masuk ke dalam kereta pula. Mereka mengambil tempat sekitar 10 meter dari tempat Sakura berdiri.

"Kenapa kau peduli sekali dengan penampilannya?" Naruto bertanya meyakinkan apakah tidak ada maksud lain dari kalimatnya? "Aku yakin, ia cukup menarik perhatian para chikan-chikan yang mesum itu."

"Ya, jika chikan-nya adalah kau aku yakin 100 persen."

Sontak kedua pipi Naruto memerah. "Teme ..."

Ketika kereta mulai berjalan, Sasuke mengeluarkan sebuah buku pelajaran. Membacanya dengan tenang dan sangat berkonsentrasi. Sementara Naruto hanya berdiri sambil mengawasi keadaan sekitar dengan seksama. Gerbong kereta sudah penuh diisi dengan jenis orang yang berbeda. Untuk berjalan ke arah toilet saja akan sangat mengganggu kenyamanan orang-orang yang berdiri.

Bagi Sakura, ia sebenarnya lebih suka kemana-mana menggunakan sepeda untuk perjalanan jarak dekat. Sementara jika ia akan berpergian dalam jarak jauh, ia lebih suka menggunakan bus atau bluebird. Baginya kereta sangat tidak nyaman, apalagi dalam keadaan ramai seperti ini. Banyak kasus yang sudah ia dengar dari cerita teman-teman dan juga di berita. Selain banyak copet dalam kereta api. Di sini juga ada banyak sekali manusia yang biasa disebut dengan Chikan. Yah, mereka adalah penjahat mesum yang banyak terdapat di tempat umum.

Baru saja memikirkan hal itu. Seseorang di belakangnya memepetkan dirinya ke badan belakang Sakura. Gadis itu masih bisa tenang. Tanpa ia menoleh sekalipun orang yang mencoba memepetnya itu pasti berjenis kelamin pria.

Perasaan gadis itu sudah merasa buruk, ketika pantatnya merasakan dorongan dari belakang. Apa yang ada di pikiran orang yang berada di belakangnya ini? Memanfaatkan situasi ramai seperti ini untuk memepet seorang gadis berseragam SMA. Sakura menoleh ke arah Naruto dan Sasuke. Ia sudah dari tadi menyadari keberadaan kedua rekannya itu.

Mata Sakura kontan melebar, ia yakin seseorang yang di belakangnya tadi baru saja meraba dadanya. Hei, soal menekan pantat masih bisa ia maklumi. Tetapi jika sudah berani berbuat lancang seperti ini.

"Aaaw! Apa yang kau lakukan bocah sialan?!"

Naruto dan Sasuke langsung menoleh ke sumber suara. Pria di belakang Sakura berteriak karena baru saja kakinya diinjak gadis merah muda itu.

Sakura menoleh, mendapati pria berjas kantoran tengah memakinya. Astaga, ia salah sasaran. "Ah, maaf kan saya, Tuan." Sakura berbalik, dengan acuh ia membungkuk badan. "Tapi yang saya harapkan adalah menghajar orang INI!"

Pria yang berseragam kantoran tadi mundur selangkah melihat gadis SMA itu melayangkan salah satu pukulan pada pria yang bertopi, mengenakan hoodie abu-abu dan bercelana jeans—yang berdiri di sampingnya.

"Hah, kau orang yang dapat menangkis serangan mendadakku selain Sasuke." Tangan Sakura terangkat akan menarik topi itu, namun sayang sekali gagal. Pria itu mundur mengakibatkan orang yang berada di belakang terhuyung mundur.

"Hei, apa-apaan kalian ini? Mencari masalah di tempat—aw! Kau juga, anak kurang ajar, beraninya melewati orangtua sepertiku dengan tidak sopan!"

"Maafkan dia, Oyaji." Sasuke melewati pria itu dengan santai—Naruto memang terkadang gegabah, membuat orang yang dilewatinya hampir terjerembab.

Pria ber-hoodie itu sadar, selain Sakura. Ada dua anak SMA lagi yang akan mengejarnya. Mereka membelah orang-orang yang berdiri di sana—membuat jalannya berlari dengan egoisnya.

"Kemana petugas keamanan kereta? Tidak melihat apa anak SMA sedang bermain kejar-kejaran!"

"Ya ampun, kalian ini memangnya kenapa? Apa dia adalah copet?"

"Anak SMA memang rumit sekali—aw! Tolong perhatikan sekitarmu, bung! Ini tempat umum."

"Ck, dia lincah juga," komentar Naruto mengacuhkan protesan orang-orang yang ia lewati saat menuju tempat Sakura berdiri, pria blonde itu sudah mencoba untuk meraih hoodie yang digunakan pria bermasalah itu. Namun tak sampai-sampai. Sasuke sudah mencoba mengejarnya pula. Mengabaikan orang-orang yang dilewatkan. Melemparkan buku yang dipegangnya. Untung saja tidak terkena orang yang tidak berdosa.

"Kemana dia?" Tanya Sasuke ketika ia merasa sudah kehilangan jejak pria itu. Pasti ia bersembunyi di balik badan orang lain.

"Entahlah, akan kupastikan setelah kereta berhenti." Mata safirnya mengawasi setiap sudut kereta. Bahkan ia sudah berlari sampai ke gerbong sebelah. Entah sudah berapa gerbong ia lewati.
"Lalu, dimana Sakura?"

"Dia masih di gerbong awal."

Sementara situasi Sakura saat ini: Ia memilih mencari pria itu lewat kaki-kaki orang dewasa. Merangkak dengan hati-hati agar orang-orang berdiri tidak menyadarinya. Jadi seperti ini keadaan di kereta. Terkadang jika ada chikan yang menyerang anak SMA mereka akan tidak peduli karena situasi kereta yang terlalu padat, atau karena mereka sudah terlalu lelah. Hm, mungkin saja mereka sudah menyerahkan masalah ini pada pihak keamanan. Ck, cuek sekali.

Seharusnya jika ada yang mendapati perlakukan seksual di tempat umum seperti tadi. Orang-orang yang berada di dekatnya ikut mengejar orang itu. Inilah yang membuat Sakura benar-benar merasa miris melihat keadaan yang sebenarnya. Banyak sekali keluhan dari para wanita dengan keadaan chikan di kantor keamanan. Mereka mengatakan bahwa para chikan itu berani melakukan hal itu walau ada penumpang lain telah melihat mereka. Ketidakberdayaan korban membuat saksi takut untuk teriak. Wajah pelaku yang selalu ditutupi. Gerak gesitnya saat keluar dari dalam kereta api, serta aksi kotornya yang membuat korban melemah. Ada berapa banyak penjahat seperti itu setiap harinya di dalam kereta? Entahlah. Ketika salah satu sudah tertangkap. Mereka tidak akan membuka mulut siapa chikan-chikan yang mereka ketahui.
.

.

.
Kereta berhenti pada stasiun selanjutnya. Lagi-lagi kekacauan timbul dengan diawali Naruto melompat untuk menerjang seseorang di ambang pintu kereta api.

Sasuke mengumpat. Tendangan Naruto tak sampai. Agaknya pria itu harus ikut fitnes rutin setiap malam.

Sebelum pria ber-hoodie yang diyakini penjahat mesum tadi berdiri, Sasuke dengan segenap tenaga berlari di depan hadapannya. Meraih tangannya untuk mengunci pergerakannya. Tetapi rupanya pria itu lebih lincah darinya. Tangan yang sudah dipegang Sasuke tadi, diputarnya, membuat posisi mereka yang menjadi terbalik. Kini tangan Sasuke yang terkunci. Pria emo itu sempat melihat seringai mesumnya.

Naruto berdiri. Berlari akan menyerangnya untuk menyelamatkan tangan Sasuke. Ternyata pria itu punya rencana lain. Ia bergerak merubah posisi berada di belakang pria emo itu sementara tangan Sasuke seolah terasa diperas. Saat Naruto beberapa langkah lagi akan sampai pada tempat mereka, pria itu mendorong Sasuke ke arah Naruto.
"Sasuke kau tidak apa-apa?"

Tangan pria emo itu terasa seperti kehilangan banyak darah akibat diperas. "Daripada kau mengkhawatirkanku. Lebih baik kau kejar saja dia."

Mata Naruto menyipit. Ia tahu ini tempat umum. Sedangkan posisi mereka adalah tontonan yang bagus untuk semua penumpang kereta yang berlalu lalang. Naruto menangkap Sasuke ke dalam pelukkannya. "Daripada kubiarkan kau jatuh dan muka mulusmu itu lecet."

Sasuke langsung menarik badannya. Menoleh ke belakang mencari jejak yang ternyata sudah menghilang. Sial, kenapa secepat itu.

.

.

.

"Huaaah. Aku gak mau lagi jadi korban chikan!"

Sasuke melipat tangan di depan dadanya sementara kedua bola matanya berputar bosan. Ekspresi cool yang cukup menjengkelkan. Sangat berbeda dengan keadaan Naruto yang menjadi gusar sendiri. Si pirang sudah bolak balik membelikan gadis yang menangis itu berbagai macam jus favoritenya. Sudah menenangkannya dengan berbagai kata bahwa semua akan baik-baik saja. Tetapi ia tetap saja menangis, meraung-raung seperti anak SD.

"Memangnya kau baru pertama kali dipegang-pegang seperti itu?"

"Sasuke!" Naruto memelototinya. Rekan satu kantornya itu memang selalu asal bicara. Menganggap enteng semua hal walau seberat gajah sekalipun.

"Terserah kalian mau bicara apa! Pokoknya aku tidak mau lagi menjadi umpan!"

"Ya mau bagaimana lagi, Sakura-chan. Antara kita bertiga kan hanya kau sendiri yang wanita," Naruto menjawab perkataan itu dengan hati-hati. Walau begitu, rengekkan dari sang gadis tetap tidak mau berhenti.

Sakura mengambil salah satu jus kotak yang berada di atas meja lalu melemparkannya kepada Naruto—tentunya berhasil ditangkap dengan sangat bagus. "Kau ini bodoh ya! Kau kira pekerjaan itu mudah. Untuk pertama kalinya aku memakai rok anak SMA yang pendek seperti itu. Huaaaah..."

Sasuke mendesah panjang. Sudah lima belas menit ia berdiri di depan meja kerja Sakura. Sudah 15 menit ia menangis walau tanpa air mata. Untung saja kantor ini cukup kedap suara. Mereka akan ditertawakan para petugas lain karena tidak profesional menghadapi misi seperti ini. Ck, Sakura memang kekanakkan sekali. "Walau begitu, misi ini tidak bisa kita batalkan begitu saja. Kita sudah menerima setengah dari bonus yang ditawarkan dari gadis itu. Dan kau sendiri sudah memakainya untuk keperluan belanja pribadimu."

Sama seperti hal yang dilakukannya kepada Naruto, Sakura melempar satu kotak jus apel ke arah Sasuke. Cara seperti ini bukanlah hal yang bisa melukai pria yang penuh kegesitan seperti dirinya. "Aku kan belanja untuk makanan kita sehari-hari juga."

Naruto mendesah panjang. Sebenanya wajar saja sih Sakura tidak terima jadi umpan bagi Chikan untuk tugas kali ini. Tapi mau bagaimana lagi, tugas ini untuk pertama kalinya mereka dapatkan dan bonusnya berkali-kali lipat dari gaji bulanan mereka. "Bagaimana kalau kita mencari umpan lain saja untuk misi kita?"

Sakura langsung berdiri mendengar itu. Ia sangat setuju siapapun umpannya asal jangan dirinya. "Suruh saja gadis yang menyukaimu itu. Yang bekerja di bagian management keuangan. Siapa namanya?"

"Maksudmu Hinata?" Naruto memicingkan matanya. "Dia anak orang kaya. Bisa-bisa aku yang masuk penjara kalau minta bantuannya."

"Kalian berdua ini bodoh atau apa sih?" ada satu urat yang menyembul merah di pelipis Sasuke. "Jangan menyangkutpautkan orang lain dalam tugas kita selagi kita masih bisa melakukannya. Lagipula memang inilah pekerjaan petugas keamanan kereta."

"Kalau begitu, bagaimana kalau kita lihat saja keadaan sekitar gerbong kereta api. Maksudku tidak perlu memakai umpan segala. Jika ada sesuatu yang tidak beres kita langsung serang dan tangkap dia." Sakura langsung berseru semangat seolah ia sudah melupakan tangisan tanpa air mata barusan.

"Menurut laporan dari beberapa korban, korban tidak akan berteriak jika mendapati perlakukan dari Chikan. Lagipula orang di sekitar akan acuh tak acuh jika itu terjadi. Kita tidak akan tahu apa benar dia chikan atau bukan," Naruto bersugesti.

"Naruto benar. Kita tidak akan tahu bahwa di dalam kereta benar ada chikan yang melakukan pelecehan mesum atau tidak. Kebanyakan korban yang diincar tidak bisa berbuat apa-apa. Salah satunya jalan kita memang tetap butuh umpan," tambah Sasuke.

"Tapi aku tidak mauuu." balas Sakura cepat. "Kalian lihat kan tadi. aku tidak bisa apa-apa saat dia memegang pantatku, memegang dadaku. Aku jadi kehilangan kendali."

Muka kedua pria itu mendadak bersemu mendengar pengakuan Sakura untuk kesekian kalinya.

"Kurasa kau tidak perlu menjelaskannya lagi." Sasuke menyeringai ke arah Naruto. Membuat pria itu merasakan sesuatu yang aneh. "Sakura, kau tidak perlu menjadi umpan kita sekarang, kau hanya butuh mendadani Naruto agar mirip wanita saja."

Mendengar itu cengiran Sakura berkembang. Sementara perumpamaan untuk Naruto seperti baru saja tertimpa besi setrika.

"Ide bagus, Sasuke!"

"A-apa yang benar saja?" Naruto melipat tangan di depan dadanya.

"Memangnya kenapa? Kau cukup cantik didandani menjadi wanita." Sasuke tersenyum mengejek. "Kau juga tidak rela kan, kalau Sakura dilecehkan seperti tadi?"

"A-aku?"

"Baiklah, pembagian tugas untuk besok adalah: Naruto sebagai wanita seksi umpan chikan, sementara aku dan Sakura bagian penangkapan penjahat mesum itu."

Naruto tak bisa berkomentar lagi. Mukanya mengembung kesal, tapi ini mungkin yang terbaik. "Awas saja, Sasuke. Jika ada kesempatan aku akan membalasmu," ujarnya dalam hati.

"Baiklah kalau begitu," Sakura menenteng kantong plastik putih berisi jus-jus itu bersiap akan pulang ke flat mereka. Malam ini tugas mereka telah selesai. Dan tentunya mereka butuh istirahat. "Malam ini kita akan makan daging!"

.

.

.

[tbc]


Chikan adalah pelaku kejahatan seksual di tempat umum. Di Indonesia juga ada kok satu dua. Mereka memanfaatkan situasi jika si korban make baju seksi (salah cwenya juga kan?) dan kalo di kotaku, kami pernah mendapati kejadian seperti itu saat berada di pasar tradisional. Wah, bener-bener penjahat yang harus dibereskan. Sayangnya pada kenyataannya petugas tidak terlalu mempermasalahkannya (mereka gak terlalu antusias jika menghadapi kasus ini, mereka malah menyalahkan korban) walau udah diberi sanksi tetap masih banyak aja chikan-chikan bermunculan. Sama ngerinya dengan pencopet dompet di tempat umum yak.

Terimakasih sudah membaca. Apakah fanfic ini pantas dilanjutkan?