"Itu syaratnya untuk mendapat beasiswa di sini, Baek. Maaf aku tidak bisa membantu banyak" Baekhyun hanya tersenyum samar dan mengucapkan terimakasih kepada seniornya.
Byun Baekhyun, dokter berprestasi di umurnya yang masih 25 tahun, sayangnya dia harus kehilangan kesempatan untuk mendapatkan beasiswa, dia hanya menghela nafas dan berjalan ke arah kantin dengan tidak bersemangat.
"Baekhyun!" suara panggilan Zitao, sahabatnya, mengalihkan perhatiannya. Wanita tinggi itu berlari kecil ke arahnya.
"Kau mau ke kantin?" tanyanya, dan Baekhyun mengangguk mengiyakan.
"Oh! Itu bukannya Ny. Park?" pandangan Baekhyun beralih ke arah wanita setengah baya yang sedang berjalan di koridor. Wajah Baekhyun seketika menjadi cerah dan berlari ke arah wanita itu.
"Eomonim!" teriaknya. Wanita setengah baya itu menengok lalu tersenyum lebar dan merentangkan tangannya. Baekhyun memeluknya dengan senang hati.
"Eomonim ke mana saja, eoh? Sudah lebih dari 6 bulan Eomonim tidak kontrol, tidak fisioterapi juga. Apa Eomonim baik-baik saja?" rentetan pertanyaan Baekhyun membuat wanita bernama Park Jungsoo itu terkekeh.
"Kau bahkan lebih cerewet dari putraku, huh? Aku memiliki bisnis di luar negeri, kau tau kan semenjak suamiku meninggal aku harus mengurusnya sendiri" ucap Jungsoo setelah melepas pelukannya.
"Eomonim selalu mengatakan tentang putra Eomonim tapi lihatlah dia bahkan tidak pernah menemani ke rumah sakit" protes Baekhyun.
"Dia sibuk, Baekki sayang"
"Ck, anak macam apa yang tidak punya waktu untuk ibunya"
"Maka dari itu, tawaranku masih berlaku, Baek. Jadilah menantuku, jadi aku mempunyai satu anak lagi yang bisa mengurusku" Park Jungsoo sedikit terkejut, biasanya reaksi Baekhyun akan merajuk atau mempoutkan bibirnya jika dia bicara seperti itu, tapi kali ini gadis itu terdiam dan menggigit bibirnya, tampak ragu.
"Baekkie? Kau baik-baik saja?" tanya Park Jungsoo setelah beberapa detik hening.
"A-aku baik-baik, Eomonim. Oh, Eommonim akan pergi ke mana? Ayo aku temani!" Baekhyun menggandeng lengan wanita yang lebih tua, dan mereka berjalan bersama ke ruang fisioterapi.
Park Jungsoo mendapat terapi TENS, dimana dia tidur tengkurap dengan alat menempel di punggungnya. Baekhyun duduk di kursi sebelah tempat tidur sambil sesekali memijat tangan wanita itu.
"Eomonim dengar kata dokter tadi kan? Jangan terlalu banyak berjalan jauh, itu akan memperburuk tulang belakang yang sudah sakit"
"Iya, aku tau. Kau sedang tidak sibuk?"
"Tidak, pasienku sudah selesai dan aku bisa beristirahat"
"Kau tampak lelah, Baek. Apa ada masalah?" tanya wanita itu. Baekhyun hanya menunduk.
"Hei, ceritakan padaku, paling tidak aku bisa mendengarkanmu"
"Beasiswaku ditolak" jawab Baekhyun singkat.
"Wae?"
"Aku sejak dulu hidup di Korea, tetapi saat aku sekolah menengah, orangtuaku bercerai, aku ikut Mama yang itu artinya aku mengikuti warga negara Mama di China. Lalu saat kuliah, Mama meninggal, aku kembali ke Korea untuk sekolah, aku tinggal sendiri di Korea, lagipula aku tidak ingin bertemu Appa" Park Jungsoo mengulurkan tangannya untuk menggenggam tangan Baekhyun.
"Aku nyaman bekerja di sini, tetapi aku ingin melanjutkan sekolahku dan mengharapkan beasiswa, tetapi sayangnya satu syaratnya tidak bisa ku penuhi" lanjut Baekhyun dengan wajah sedih.
"Apa itu syaratnya?" Jungsoo penasaran.
"Harus warga negara Korea. Aku tidak mau meminta pada Appa untuk memasukkan namaku dalam kartu keluarganya. Tidak, apalagi Appa sudah punya keluarga sendiri sekarang" Junsoo membelai lembut pergelangan tangan Baekhyun.
"Kali ini aku serius. Kau harus bertemu dengan putraku, aku sangat ingin memiliki menantu, setidaknya aku bisa memiliki putri sepertimu" Baekhyun menatap mata Jungsoo dengan ragu tetapi wanita tengah baya itu tersenyum meyakinkannya.
.
.
.
Hari libur biasanya Baekhyun habiskan dengan bergelung di kamar rumah kontrakannya atau jika lapar memesan makanan cepat saja atau merebus mie instan yang lebih mudah. Tapi hari ini gadis itu memilih berdandan tipis dan pergi menuju kediaman Park yang terletak di perumahan elite. Turun dari bus, dia berjalan mencari alamat sambil melamunkan awal perkenalannya dengan Nyonya Park.
Park Jungsoo, wanita berusia 50 tahun, cedera tulang belakang pasca kecelakaan bersama suaminya yang menyebabkan suaminya meninggal. Setelah berobat di Jepang dan dinyatakan sembuh, wanita itu memilih kontrol di rumah sakit ternama di Seoul tempat Baekhyun bekerja. Awal perkenalan itu karena Nyonya park selalu tampak murung dan enggan membuka suara kecuali dokter Song, dokter saraf yang merawatnya bertanya. Baekhyun yang memang tertarik dengan ilmu saraf sering mendampingi dokter Song, dan sejak itu Baekhyun sering bertemu dengan Nyonya park, bahkan wanita paruh baya itu mulai senang bercanda dan bercerita dengan Baekhyun. Tanpa terasa perkenalan itu sudah berjalan hampir 2 tahun dari sekarang, dan sungguh dia tidak pernah tau tentang kehidupan keluarga Park Jungsoo, dia hanya tau beberapa kali wanita itu mengatakan ingin menjodohkannya dengan putra semata wayang keluarga Park.
Baekhyun memastikan gerbang tinggi berwarna coklat di depannya bernomor 10, gadis itu memencet tombol bel dan taklama gerbang terbuka menampakkan seorang laki-laki berbaju rapi yang membungkuk padanya.
"Nona Byun, Nyonya Park sudah menunggu" katanya sopan sambil menunjukkan arah pintu rumah.
Baekhyun tidak bisa untuk tidak kagum pada rumah mewah itu, besar tetapi asri dan terkesan tradisional. Saat memasuki pintu utama, lagi-lagi ada yang emnyambutnya, kali ini 2 orang perempuan berbaju rapih yang membungkuk padanya.
"Nona, silahkan masuk" Baekhyun berjalan dengan canggung. Saat dipersilahkan duduk untuk menunggu sang nyonya besar, Baekhyun memilih untuk melihat-lihat ornament dan foto yang terpajang di sana. Sebuah foto berukuran besar tampak foto keluarga di mana terdapat Nyonya park dan suaminya dan putranya yang sepertinya berusia 10 tahun saat itu. Muka sang putra tampak angkuh, tanpa senyum. Baekhyun sedikit mendengus melihatnya. Lalu foto-foto berukuran kecil tampak memperlihatkan Nyonya park dan suaminya di berbagai negara, tetapi tidak bersama dengan putranya. Lalu ada sederet foto putra Park dari mulai bayi hingga dewasa. Saat melihat foto dewasanya, Baekhyun sampai mengedipkan mata berkali-klali, khawatir ada yang salah dengan penglihatannya.
Park Chanyeol?
Sungguhkah ini foto Park Chanyeol, actor Korea yang sedang sangat naik daun sekarang?
"Ehem!" suara dehaman membuat Baekhyun tersadar dan terkejut saat sosok yang dipertanyakan itu tepat berada di belakangnya.
"Selamat siang, Baekhyun Uisanim" sapa suara berat itu. Baekhyun mengangguk memberi salam. Lelaki di hadapannya sangat berbeda dengan yang biasa dia lihat di televisi, gayanya di rumah lebih santai, dengan rambut yang poninya jatuh di dahi dan hanya mengenakan kaos berlengan pendek dan celana panjang khas rumahan dengan kedua tangan di dalam sakunya.
"Selamat siang, Chanyeol-ssi" ucapnya lirih.
"Ah rupanya kau mengenalku juga?" Baekhyun bersumpah sangat membenci wajah angkuh yang terpatri pada pria itu.
"Tentu. Kau sangat terkenal, orang Korea mana pun pasti mengenalmu" kata Baekhyun sopan.
"Aku mendengar banyak tentangmu dari Eomma, a-"
"Chanyeol, kenapa kau tidak meminta tamu kita untuk duduk, hm?" Park Jungsoo tiba-tiba sudah ada di ruangan itu dan memotong perkataan putranya. Wanita itu lantas memberi pelukan sebentar untuk Baekhyun.
"Kau datang juga, duduklah" perintahnya.
Chanyeol hanya mengamati perbincangan ringan antara ibunya dan gadis yang baru ditemuinya itu, mereka berbincang ringan mengenai kabar atau pekerjaan, bahkan pria itu merasa diabaikan.
"Chanyeol, apa kau sudah mengenalkan dirimu?" tanya Jungsoo tiba-tiba.
"Dia sudah tau siapa aku" jawab Chanyeol. Jungsoo menghela nafas.
"Maafkan putraku ya, Baekkie. Anak manja ini memang selalu berbicara sesuka dia" Baekhyun hanya tersenyum tipis menanggapinya.
"Oh, bukankah kau bilang hari ini kau hanya punya jadwal pemotretan nanti malam? Bagaimana kalau kau ajak Baekhyun makan di restoran kita?" Chanyeol membulatkan matanya terkejut.
"Eomma, aku tidak ingin makan keluar berdua dengan Baekhyun Uisanim. Jika ada wartawan itu akan merepotkan"
"Benar, Eomonim. Aku tidak ingin ada masalah nantinya. Dan Chanyeol-ssi, kau bisa memanggilku Baekhyun saja" kata Baekhyun.
"Jangan berlebihan, kau bisa memakai mobil Eomma yang berkaca gelap, supir kita sudah tau pintu belakang menuju restoran dan kau bisa memakai tempat private. Kalian bisa berbincang lebih intens bukan?" tatapan tajam ibunya meyakini bahwa wanita itu tidak ingin dibantah.
"Aku berganti pakaian sebentar" kata Chanyeol dan segera berlalu dari ruang tamu itu.
"Eomonim, kami bisa berbincang di sini saja. Lagipula, ini baru pertama kali kami bertemu" protes Baekhyun.
"Tidak apa, anak itu harus terbiasa denganmu" Baekhyun terdiam. Apa dia terlalu memaksakan dirinya? Tanyanya dalam hati.
"Percayalah, putraku bukan orang jahat, dia tidak akan menyakitimu saat kalain pergi berdua" Baekhyun terkekeh.
"Aku serasa akan pergi dengan mafia atau apa. Tentu saja Chanyeol-ssi bukan orang jahat, aku tidak mengkhawatirkan itu. Aku hanya khawatir perbincangan nanti akan canggung"
"nanti kalian juga akan terbiasa" Jungsoo meyakinkannya.
Taklama Chanyeol datang dengan mengenakan kemeja berkerah dan celana jeans. Tanpa berkata apapun, dia mengambil kunci mobil yang terletak dimeja dan memberi isyarat kea rah Baekhyun untuk mengikutinya.
"Eomonim, aku pergi, ne?" Baekhyun mengecup pipi Jungsoo dan mengikuti Chanyeol menuju mobilnya.
Baekhyun cukup terkejut saat dia diminta naik ke kursi penumpang di depan, sedangkan Chanyeol mengenakan topi dan kacamata hitam duduk di bangku pengemudi.
"Chanyeol-ssi, kau akan mengemudikan mobil sendiri?" tanya Baekhyun bingung.
"Hm" jawabnya singkat dan Baekhyun tidak berani bertanya lagi.
Mobil melaju dengan kecepatan sedang menuju sungai han. Baekhyun cukup menegnal wilayah ini, jadi kalau tiba-tiba Chanyeol meninggalkannya di jalan, dia tau arah jalan pulang.
Sampai di pinggir sungai Han yang sepi, Chanyeol menepikan mobilnya, tampak banyak ilalang di sekitar situ dan tidak ada orang yang tampak berlalu Lalang, karena memang musim dingin seperti ini jarang sekali ada orang yang mau berada di dekat sungai.
"Kita langsung saja. Aku tidak suka basa basi" Chanyeol melepas kacamata hitamnya dan menatap Baekhyun dengan tajam.
"Apa benar Eomma tidak pernah menceritakan tentangku padamu?" tanya Chanyeol, Baekhyun hanya mengangguk sambil menatap mata tajam Chanyeol.
"Apa kau pernah tau kalau aku adalah putra pasienmu?" Kali ini Baekhyun menggeleng.
"apa kau tau pekerjaanku? dan tuntutan pekerjaanku sangat berat?" Baekhyun kembali mengangguk. Chanyeol menghela nafas mengusap wajahnya dengan kasar.
"Chanyeol-ssi, kalau kau beranggapan aku menerima tawaran Eomonim karena aku tau siapa kau dan memanfaatkan Eomonim untuk mendekatimu, kau salah besar" kata Baekhyun tegas. Chanyeol menaikkan alisnya dan kembali menatap Baekhyun.
"jangan salah paham, Baekhyun-ssi. Aku tidak menganggapmu seburuk itu. Aku tau dari Eomma kau sering menemaninya, aku berterima kasih karena itu" kata Chanyeol, Baekhyun menghela nafas lega. Chanyeol memiringkan tubuhnya dan menarik bahu Baekhyun agar mereka benar-benar berhadap-hadapan.
"Dengar, aku tidak tau apa alasanmu mau menerima permintaan Eomma, dan kau juga tidak perlu bertanya padaku apa lasan aku menerimanya. Kita selesaikan ini secepatnya" Baekhyun mengerutkan keningnya tidak mengerti. Chanyeol melanjutkan perkataannya.
"Kau dan aku akan menikah. Secepatnya"
.
.
.
.
TBC
.
.
.
NGOMONG: Ini cerita baru yang aku janjikaaaann. Kasih tau tanggapan kalian di komen ya, Guys.
Mungkin ceritanya agak terlalu cepat, tapi sebenarnya aku lebih pengen menceritakan after marriednya, jadi ini semacam pembukaannya dulu. Gimana?
Please review nya yaa, biar aku tau gima tanggapan kalian.
