Akuma : Yahooo! Saya membawa cerita baru!

Yuki : Kau kemanakan cerita yang belum selesai Akuma? Kau membuat para pembaca menunggu!

Akuma : Sore wa... gomenasi desu... aku mengutamakan cerita ini karena ini merupakan req dari teman sekolah. aku gak mau dia nunggu.

Hikari : Alesan.

Akuma : #pundung Tapi itu beneran...

Disclaimer : Naruto punya Masashi Kishimoto, Akuma hanya meminjam charanya saja -3-

Akuma : mungkin ini tidak seperti yang kalian harapkan, tapi nikmati cerita ini~ selamat membaca~!

Warning!

Ini cerita romance gak jadi!


Chapter 1


"Hei kau sudah dengar?" tanya perempuan berambut pirang yang dikuncir empat.

"Apa?" perempuan berambut coklat keturunan cina itu balik tanya.

"Itu loh... Sakura yang jadian sama Naruto..."

"Ah itu... Aku sudah dengar... Apa Hinata baik-baik saja?" tanya perempuan berambut coklat keturunan china.

"Entahlah... aku merasa kasihan padanya... Dia sudah menyukai Naruto sejak SMP," jawab perempuan berambut pirang ragu.

"Tapi... Apa kau tidak merasa aneh?" tanya perempuan berambut coklat.

"Apanya?"

"Sakura kelihatan seperti tidak menyukai Naruto..."

"Ya! Aku juga merasa begitu! Matanya seperti menyukai orang lain!"

"Apa Naruto baik-baik saja?"

"Sudah kubilang 'kan? Jangan sebarkan ini! Kau ini bagaimana sih Naruto!" kata Sakura kesal.

"Maaf Sakura... Ini mungkin kerjaannya Kiba! Dia pasti melihatku menembakmu kemarin..." kata Naruto mencoba menenangkan Sakura yang telah menjadi pacarnya 2 minggu lalu.

"Hah... Kumaafkan kau Naruto... Kuharap kau tidak ceroboh lagi..." Sakura mengalah.

"Akan kuusahakan!"


Sakura POV


Hah... Aku merasa bersalah kepada Naruto, aku melakukan ini karena aku ingin melupakan dia. Masih ingat dibenakku pemuda berambut raven dengan mata hitam kelamnya itu. Aku sudah lama menyukainya. Tapi hatiku langsung hancur ketika mendengar rumor bisa juga kebenarannya kalau dia menyukai seseorang.

Aku langsung galau 7 hari 7 malam— bisa juga lebih dari itu. Kemudian laki-laki berambut pirang bodoh yang menjabat wakil ketua OSIS— entah itu kebetulan semata atau memang dia berusaha— itu ingin menjadi pacarku.

Aku mengiyakannya, sebut saja ini metode pelarian diri karena aku tidak kuat dengan pemuda raven itu. Mungkin saja aku bisa melupakan dia sedikit demi sedikit.

"Tapi... Dalam 2 minggu ini... Aku tetap tidak bisa melupakannya!"

BRRUUSHH!

"Kenapa Sakura? Melupakan? Melupakan siapa? Dan kenapa kau berteriak seperti itu? Aku ini lagi minum! Kau mengagetkanku!" Ino langsung nyerocos. Bagaimana bisa aku berteman dengannya? Entahlah aku tidak ingat. Dia adalah Yamanaka Ino, sahabatku dari kelas lain.

"Ah! Maaf! Aku hanya melamun, kau tidak apa-apa Ino?" tanyaku. Perempuan berambut pirang dengan warna mata biru muda yang seperti langit itu hanya mengangguk, "Um! Aku tidak apa-apa, untungnya semburan airku tidak mengenaimu Sakura... Dan juga siapa yang ingin kau lupakan?" Ino kembali menanyakan lamunanku yang kelewat dari batas lamunan(?).

Sedetik kemudian dia sudah sadar, "Ah... Dia bukan... Anak laki-laki yang satu kelas denganku, Uchiha Sasuke?" tebak Ino.

"Mau siapa lagi?"

"Ahaha... Kalau kau masih menyukainya, kenapa kau menerima laki-laki pirang bodoh itu?" tanya Ino dengan wajah cuek. Ya... Dia sering masang wajah begituan kalau sudah menyangkut laki-laki. Dia emang cuek tapi bagus untuk tempat curhat.

"Kuingatkan Sakura, aku bukan tempat curhat, apa aku terlihat seperti buku diary?" tanyanya.

Aku terkejut, "Bagaimana kau bisa tahu?" tanyaku.

"Siapa dulu dong... Yamanaka Ino..."

"Gak usah alay Ino..." kataku sambil terkikik geli.

"Gitu dong... Wajahmu jelek kalau terus muram, kayak tikus mati aja,"

Apa tadi dia baru menyebutku tikus mati? "Seperti biasa, mulutmu tajam juga, tapi terima kasih..." kataku. Ino hanya mengangguk.

'Istirahat telah selesai, dimohon para siswa untuk masuk ke kelas masing-masnig,'

"Ayo masuk ke kelas! Hari ini aku ada pelajaran olahraga, aku takut akan dihukum sama Jiraiya-sensei dia pasti akan menyuruhku memakai bikini atau baju-baju terbuka yang membuat sifat ero-nya meningkat," Ino merinding setelah mengatakan itu.

"Kalau begitu... Mau tunggu apalagi?"

KREESSS!

"Ah... Hujan, apa sekarang sudah masuk musim hujan? Kutunggu apa kuterobos ya?" gumamku sambil melihat hujan deras.

"Sakura! Kenapa kau tidak menungguku? Arah jalan pulang kita sama 'kan? Kenapa kau selalu ingin pulang sendiri?" Naruto langsung bertanya setelah berhasil menyusulku.

"Hah? Kita emang biasa pulang bersama 'kan? Aku selalu menunggumu di sini," jawabku.

"Benarkah? Lupakan saja, ayo kita pulang, kebetulan aku bawa payung," ajaknya.

Aku menganngguk, kami pun berjalan pulang bersama sambil bergandengan tangan. 'Aku pasti akan melupakannya,'

"Tadaima..." kataku lalu melepas sepatuku. "Hah... Tiba-tiba turun hujan," gerutuku.

"Okaeri Sakura. Cepat ganti baju sana! Kau akan sakit," kata Ibu. Aku mengangguk, lalu ke kamarku.

Cklek! Brak!

Hah... Kapan aku akan berhenti membohongi diriku? Ini hanya melarikan diri dari kenyataan bukan? Aku melarikan diri dari dia dan melampiaskannya pada Naruto yang tidak tahu apa-apa, mungkin dia tahu kalau aku suka dengan pria yang satu kelas dengan Ino itu, Uchiha Sasuke.

Kapan aku mulai menyukainya ya? Aku lupa, dia bahkan seperti tidak peduli dengan perasaanku. Setelah mengganti bajuku yang basah, aku menjatuhkan diriku ke kasur. "Hujan hari ini deras banget... Dia seperti mengetahui perasaanku saat ini. Mungkin karena itu aku menyukai hujan.," gumamku, lalu aku tertidur.


-SKIP- 2 MONTH LATER [AFTERNOON 02.30 P.M]


"Sakura aku minta maaf! Tidak akan kuulangi! Aku janji! Aku hanya mencintaimu!"

PLAK!

"Cinta? Bohong! Sudah puas kau menyakitiku? Aku sudah bersabar melihatmu berjalan dengan dia! Dengan semudah itu kau bisa mengatakan masih cinta kepadaku?! Sekarang, kita tidak akan ada hubungan apa-apa lagi! Aku tidak mengenalmu, tidak pernah!"

Aku berlari menuju rumah sambil menangis. Beraninya dia melakukan itu!

Beberapa jam lalu aku melihatnya berjalan dengan perempuan berambut indigo. Namanya kalau tidak salah Hyuuga Hinata. Aku sudah melihatnya berkali-kali bersama Naruto. Ini lebih sakit dari pada sakit hatiku saat mengetahui Sasuke mempunyai pacar. Kukira aku bisa melupakannya saat aku menerima Naruto. Tapi apa hasilnya ini?! Aku kecewa padanya, padahal aku mulai menyukainya.

"Sakura?" panggil seseorang. Aku mengenal suara ini, dia...

"Sasuke..."

"Kenapa kau menangis?" tanyanya. Apa ini mimpi? Sasuke bertanya kepadaku?

"Bukan urusanmu," jawabku dingin. Kenapa aku malah menjawab begini?!

"Oh... Apa kau punya masalah dengan Naruto?" tanyanya lagi.

"Kenapa kau peduli? Uruslah urusanmu sendiri,"

"Maaf..." eh? Dia minta maaf? Untuk apa?

"Untuk apa?" tanyaku.

"Semuanya," jawabnya.

"Aku sudah tidak peduli lagi dengan itu. Dan satu hal lagi Sasuke,"

Aku mengambil nafas sejenak, "Bahagialah, entah bersama pacarmu atau teman. Jika kau bahagia, aku juga ikut bahagia," kataku sambil tersenyum walau air mataku masih mengalir.

"Sakura! Aku minta maaf!" oh tidak! Si pirang itu mengejarku.

"Aku harus pergi," kataku lalu berlari.

"HAH! Kau putus dengannya?!" teriak Ino membuat telingaku berdengung.

Aku mengangguk, "Dia... Selingkuh dengan Hinata,"

"Ano Baka-Ramen! Jangan tahan aku Sakura! Aku akan menghajarnya sampai mati!" kata Ino sambil berlagak kalau aku menahannya agar dia tidak menghajar mantan pacarku.

Dengan memasang wajah datar aku mulai berkata, "Siapa yang menahanmu? Dan tolong jangan lakukan itu! Itu memalukan! Ini kantin Ino... Kita dilihat sama orang lain!"

Ino langsung diam. Dia melihat sekelilingnya, perlahan dia duduk dengan semburat merah di wajahnya. "Ehem! Terus gimana? Apa kau mencari laki-laki yang lebih baik dari dia? Atau kau kembali ke si Baka-Ramen itu? Atau memandang Uchiha dari jauh seperti dulu?" tanya Ino mengembalikan topik yang beberapa menit kami ceritakan.

"Hmm... Untuk saat ini... Lebih baik untuk mengamati orang yang kusuka dari jauh," jawabku.


Normal POV


[SCHOOL 17.05 P.M]

"Apa itu Sakura?" tanya perempuan berambut pirang.

Perempuan berambut pink yang dipanggil Sakura itu terkejut, "Ah! Ino... Kukira siapa..." gumam Sakura.

"Aku? Sedang membuat cerita. Seperti biasanya," lanjutnya.

"Hee... Sekarang tentang apa? Minggu lalu kau membuat cerita romantis yang judulnya... Entahlah aku lupa. Apa sekarang romantis lagi?" tanya perempuan pirang— Ino.

"Mungkin?" jawab Sakura ragu.

"Biar kulihat judulnya. Etto... M-My Love Story? Ini menceritakan kisah cintamu Sakura? Lagi-lagi kau membuat tokoh yang ada di sekitarmu. Dan kenapa namaku juga ada, si Baka-Ramen juga, Hyuuga Hinata juga, wah... Sakura... Kau sedikit menakutkan..." Ino mulai berbicara panjang lebar.

"Gomen... Itu kebiasaanku. Ah! Aku mau tanya. Kenapa kau kesini? Kurasa jam pulang sudah lewat," tanya Sakura.

"Itu yang harus kutanyakan. Kenapa kau masih di sekolah sambil bermain laptop padahal jam pulang sudah lewat?" Ino balik tanya.

"H-hanya... mempertimbangkan sesuatu..." jawab Sakura sambil mengalihkan tatapannya.

"Kenapa kau mengalihkan tatapanmu? Ada masalah?" tanya Ino lagi.

"Kau janji tidak akan bilang ke orang lain? Aku takut kau membocorkan permasalahan ini,"

Ino menghela nafas, "Apa wajahku kelihatan kalau aku akan menggosipkan pembicaraan ini? Mulutku nggak ember kayak mulut cewek lain,"

"Aku akan menjelaskannya di perjalanan pulang. Ayo!"

"Beneran? Si Pirang itu?!" teriak Ino membuat seluruh perhatian pengunjung kafe melihat mereka berdua.

Sakura hanya menunduk malu, "Um... kukira dia bercanda, tapi Wakil Ketua OSIS benar-benar menginginkanku untuk menjadi pacarnya," kata Sakura.

"Apa kau menerimanya? Aku harap kau tidak menerimanya,"

"Kenapa?" tanya Sakura.

"Ah tidak... Aku takut kau akan marah kalau kuceritakan yang sejujurnya," Ino tidak menjawab pertanyaan Sakura.

"Ayolah~" bujuk Sakura dengan puppy eyes andalannya.

Ino hanya menghela nafas karena tidak bisa menolak jurus puppy eyes milik Sakura, "Baiklah, baiklah! Hentikan puppy eyes-mu!"

Sakura hanya mengangguk, "Begini... Kalian benar-benar tidak cocok untuk menjadi pasangan apa kau benar-benar menyukainya?"

"Sebelum kujawab pertanyaanmu itu... Aku juga ingin tanya sesuatu. Kenapa kau selalu bilang 'suka' daripada 'cinta'?" Sakura balik tanya.

Ino hanya mematung, "Etto... Karena seseorang yang bilang 'aku mencintaimu' itu malah berkata sebaliknya di telingaku. Lagian cinta itu... hanya diberikan kepada orang yang benar-benar mereka cintai. Dan itu hanya diberikan kepada satu orang bukan banyak orang. Aku hampir tertawa saat aku mendengar orang bilang 'aku mencintaimu, jadilah pacarku!' tapi dia-nya malah menyukai orang lain saat mereka sudah berpacaran selama beberapa minggu," jawab Ino panjang lebar.

Sakura hanya cengo, 'Jauh banget Ino kalau mikir,'

"Sekarang jawab pertanyaanku Sakura!" pinta Ino.

"Kau tadi tanya apa aku benar-benar mnyukainya ya? Hmm... Aku akan coba untuk menyukainya selama kami berpacaran. Jika aku menyukainya aku akan bertahan, jika tidak... kita lihat saja," Sakura menjawab pertanyaan Ino tadi.

"Jadi kau menerimanya?" tanya Ino.

"Nanti aku akan memberitahunya lewat SMS. Kami baru saja tukar nomor hp," jawab Sakura sambil memasang cengirannya.

"Aku harap itu akan bertahan lama. Dan cepat melupakannya," gumam Ino.

"Huh? Kau bilang apa tadi? Aku gak dengar," tanya Sakura.

"Bukan apa-apa! Ayo cepat kita minum capucinonya sudah dingin nih!"

[MORNING, SCHOOL 08.30]

"K-kau benar-benar menerimanya?" tanya Ino kaget saat melihat Sakura berangkat bersama Uzumaki Naruto, Wakil Ketua OSIS.

Sakura hanya mengangguk malu-malu anjing(?), "Dia baru saja memberiku coklat, so sweet bukan?" Sakura memamerkan coklat yang baru saja diberi kekasihnya, Naruto.

Ino hanya memasang wajah datar, "Jangan lebay oke? Bel sudah berbunyi, kau harus masuk kelas sebelum guru itu masuk kelas dan menghukummu," ancam Ino.

"Ha'i..." kata Sakura lesu.

'Aku harap hubunganmu tidak seperti cerita yang kau buat kemarin, Sakura,' pikir Ino yang khawatir dengan Sakura.

"Ino! Ayo masuk! Asuma-sensei sudah masuk kelas!" teriak teman sekelasnya.

"Oke!"

[SKIP]


[INO POV]


Kriiinggg!

Bel istirahat sudah berbunyi, seperti biasa, aku memakan bekalku. Itu sudah menjadi rutinitas sehari-hari. Temari, teman sebangku sekaligus satu-satunya temanku di kelas ini mengajakku ke kantin.

"Sorry…. Aku akan makan bekal dulu. Kau kesanalah dulu, aku akan menyusulmu," kataku.

"Oke! Jangan lama-lama makannya ya? Aku bisa bosan menunggumu di sana," pesannya.

"Kau 'kan bisa kembali baka!" balasku.

Mungkin Sakura sedang berduaan dengan Naruto sekarang. Dia kelihatan banget senang bersama Naruto. Aku takut kalau Naruto itu hanya pelampiasan bagi Sakura.


[SAKURA POV]


"Ciee yang lagi berduaan nih! Minta PJ dong! Apalagi pacarnya wakil ketua OSIS…" goda Ino. Hah… ini sudah pasti terjadi kalau dia tahu aku pacaran atau berduaan sama seseorang.

"Naruto kau tahu namaku?" tanya Ino. Kelihatan kalau dia ngetes ingatan Naruto, karena mereka berdua teman seklub.

"Siapa ya? Sepertinya aku pernah melihatmu…" jawab Naruto membuat Ino speechless di tempat. "Kita sudah satu klub selama 2 tahun dan kau tidak tahu namaku?! Sakura, kenapa kau memacari si Bodoh ini~? Lagian apa yang menarik dari dia?" ini dia! Sisi Ino yang lain. Walau dia selalu menampilkan wajah datar dan selalu mengeluarkan kata pedas, kalau sudah dekat, sisi yang lain akan keluar dan mengejutkanmu.

"Memangnya kita satu klub ya? Siapa namamu tadi? Yamahaji?"

TWITCH!

"Naruto apa yang kau lakukan? Kau baru saja membuat seorang Yamanaka Ino marah!" tegurku.

"Eh? Gomen aku benar-benar tidak tahu!"

Aku dan Naruto merinding, "Ngomong-ngomong tentang aku minta PJ itu bohongan aja. Jangan terlalu dianggap serius. Aku mau ke kantin, nyusul Temari, kalian berdua teruslah mnyebarkan aroma cinta kalian, Jaa ne!" kata Ino sambil berjalan ke kantin meninggalkan kami.

"MOU! INO NO BAKA!" teriakku malu.

Kriiiinggg!

Bel pulang sekolah berbunyi. Hari ini aku pulang dengan Naruto. Kalau biasanya aku pulang sendiri. Arah rumahku dan rumah Ino berbeda arah, jadi seringnya aku pulang ke rumah dengan hawa kesepian yang mengitari diriku. Menyedihkan bukan? Tolong jangan tertawa ok?

"Sakura, kau menunggu lama?" tanya Naruto yang menhampiriku dengan nafas tersengal-sengal kelihatan kalau dia berlari.

"Tenang saja… aku baru saja sampai di sini. Pulang yuk! Nanti keburu sore," jawabku sambil tersenyum. Naruto hanya mengangguk.

Kami pun pulang bersama, ah…. Inikah rasanya mempunyai pacar? Sangat menyenangkan.

"Ngomong-ngomong Sakura, kau ada waktu malam minggu besok?" tanya Naruto saat kami sudah sampai di depan rumahku.

"Tidak, kenapa?" jawabku.

"A-aku ingin mengajakmu ke suatu tempat. Aku yakin kau akan senang. Besok sekitar jam 4 sore aku akan menjemputmu," balasnya. Aku hanya mengangguk, entah kenapa wajahku terasa panas dan jantungku berdegup sangat kencang.

Singkat cerita, jam 3 sore hari Sabtu, aku sibuk mengobrak-abrik lemariku. Kalian tahu? Aku ini anaknya agak tomboy, gak suka yang namanya pake rok yang ngelibet sampai aku jatuh tersungkur hanya karena aku tidak sengaja menginjak ujung rok yang kupakai. Itu memalukan. Kesimpulannya, aku tidak punya rok atau dress yang cocok untuk…. Ken…. Can? Yah…. Kalian bisa sebut itu. Dan aku butuh satu jam hanya untuk mencari baju yang cocok untuk kencan ini.

Pada akhirnya aku memutuskan untuk memakai celana jeans, kaos warna putih yang ditutupi jaket warna tosca, rambutku aku beri bando yang 'kupinjam' dari adikku secara diam-diam.

"Sakura! Naruto mencarimu!" teriak ibu dari ruang tamu.

"Aku akan kesana!" balasku lalu cepat-cepat berlari keluar dari kamarku. Tidak kulupa kututup pintu kamarku agar adikku yang-manis-dan-kurang-ajar-itu tidak mengobrak-abrik kamarku.

Setelah minta izin kepada ibu, aku dan Naruto pergi menuju ke suatu tempat yang dijanjikan Naruto kemarin. Dan dia mengajakku ke tempat yang tidak akan kulupakan dan menjadi pelajaran bagiku.

[To Be Continued]


Bagaimana? Apa kalian penasara dengan akhir cerita ini? Mungkin tidak, cerita ini kelihatan banget membosankan.

Jika anda berkenan silahkan review di kotak bawah ini~