Hijikata terbangun. Ia melihat kesekelilingnya. Meja yang terbalik, Yamazaki yang tertidur pulas, Kondo yang masih mengorok dan Sougo mengigaukan hinaannya kepada Hijikata. Dengan sedikit perlahan, Hijikata mendorong tubuhnya sendiri untuk bangkit. Ia lalu baru menyadari bahwa hanya ia yang berada di atas tempat tidur.
Tunggu, sepertinya ada seseorang di sebelahnya. Ia melirikkan matanya ke sebelah kanan, dan mengerjapkan matanya tidak percaya saat melihat seseorang yang masih terlelap di atas tangannya yang kekar. Oh tuhan. Tidak lagi.
" AAAAAAAAH!."
.
.
.
Ohayou, Darling!
Gintama milik Masashi Kishimoto-sensei
Warning's: OOC, Typo's, dan banyak-banyak-banyak lagi.
.
.
.
DUGH!
Hijikata membenturkan kepalanya lagi ke tembok. Ia tidak bisa berhenti selama beberapa saat hingga darah mengalir deras dari sana. kemudian, langkah selanjutnya adalah mengucek-ngucek matanya hingga ia bisa merasakan bola matanya terbakar. Akan tetapi pemandangan di depannya masih tidak berubah.
Rambut perm itu masih ada di sana.
Tidak mungkin. Sejak kapan mereka mengundang si mata ikan untuk ikut berpesta bersama mereka?. Apalagi tadi malam adalah pesta penyambutan Shimaru yang baru menyelesaikan misinya untuk menggrebek pusat perdagangan gelap miik jouishishi. Tidak mungkin Sougo dengan sengaja memanggil orang ini dengan iming-iming makanan dan sengaja membuat orang ini mabuk dan menidurkannya tepat di samping Hijikata agar mereka semua salah paham, kan?. KAN?!.
" Ternyata kau bisa menebak rencana ku, Hijikata," seperti angin, suara Sougo menghampiri telinga Hijikata sebelum anak itu menghilang dri hadapannya dengan berlari.
Sial.
" TEMEEE! KUSOGAKI, KEMBALI!," teriak Hijikata kepada punggung Sougo yang semakin lama semakin menjauh. Akan tetapi sepertinya Sougo tidak mendengar, atau tidak mau dengar.
Sekarang, Hijikata sendirian. Sougo tidak akan sudi sampai mau menjelaskan apapun yang terjadi. Mungkin ini waktu yang tepat untuknya seppuku.
Melihat Kondou-san dan Gintoki yang masih belum bangun, Hijikata berniat melarikan dirinya dari sana sembari membawa si mata ikan mati untuk dibuang ke sungai. Setelah membenarkan yukatanya, ia beranjak turun dari sana.
" Fukuchou?"
Dan sebuah suara menghentikan gerakan Hijikata. Ia menoleh. Ah sial. Ia lupa masih ada Yamazaki.
.
.
.
" Haah... Toshi, kau tahu...," Kondou menghela nafasnya panjang sebelum ia melanjutkan kalimatnya. Ia sedikit menggaruk belakang kepalanya, memilih kata-kata yang pas sebelum ia salah bicara. Kopi yang berada di depannya masih penuh, ia sama sekali belum menyentuh minuman yang mengepulkan asap tipis. Sedikit jauh di depannya, Hijikata duduk bersimpuh dan menundukkan kepalanya. Sementara Gintoki yang sepertinya belum terlalu sadar tempat masih sedikit terlelap sambil bersandar di Hijikata.
" Kau tahu? Aku sudah menganggapmu sebagai anakku...," Hijikata masih terdiam. ia tidak berani berkata-kata. Ini bukan, sama sekali bukan salahnya. Ia tidak bersalah. Ia bersih. Hanya saja sibocah keparat itu membuat ia merasa bersalah tanpa sebab. Ia berjanji setelah semua permasalahan beres, ia akan membunuh Sougo bagaimanapun caranya.
" Aku... Ah, bukan... Begini, Toshi..."
Hijikata benar-benar membenci posisinya saat ini.
" Kalau kau merasa keputusanmu adalah yang terbaik, aku dan Shinsengumi akan mendukungmu... jadi jangan khawatir...," kata Kondou yang sekarang lebih terlihat seperti bapak bagi Hijikata. Mereka sudah sangat sering berbicara secara serius, akan tetapi Hijikata tidak pernah mengharapkan Kondou yang seperti ini. Tidak. Bahkan di dalam mimpi.
" Kondou-san, kau salah mengerti, kami...,"
" Tidak apa-apa, Toshi, kau sudah dewasa dan aku yakin kau sudah memikirkannya matang-matang...," potong Kodou sebelum Hijikata sempat menyelesaikan kalimatnya. Ia memegang kedua bahu Hijikata erat-erat, menatapnya dengan penuh keyakinan. Mata Kondou-san sedikit basah, ia menangis terharu.
" Akhirnya kau sudah menemukan pasangan hidupmu di dalam diri Yorozuya... selamat," dan Kondou-san akhirnya menitikkan air matanya. Hijikata pucat.
Kondou menoleh ke Gintoki yang baru sedikit sadar. Ia lalu menjabat tangan Gintoki.
" Tolong, ku titipkan Toshi di tanganmu...," pintanya. Setelah berpikir sedikit lama, akhirnya Gintoki terlihat mengerti. Ia mengangguk-angguk layaknya pengusaha.
" Selama ada makanan, aku tidak masalah," jawab Gintoki dengan puas.
" HAHAHAH! Tentu saja Toshi berpenghasilan cukup untuk masa depan kalian!,"
Dalam diam, Hijikata merasakan mulutnya mulai berbusa. Nafasnya makin sesak, kepalanya pusing luar biasa. Ia tidak tahan lagi.
Bruuuugh!
" Oh! Lihat, ia pasti sangat senang!," teriak Kondou. Gorilla itu lalu menarik Gintoki keluar dan berbincang-bincang dengan anggota Shinsengumi yang sudah menunggu mereka sambil menguping di balik pintu geser.
' Oh tuhan... sebegitu bencikahnya kau kepadaku?'
.
.
.
" Pilih sesuka mu, Zakki!," perintah Hijikata sambil berjalan keluar dari toko baju itu. Ya, mereka sedang memilih-milih baju untuk pernikahan. Yamazaki mengejar Hijikata dengan ke dua tangannya yang masih membawa-bawa gaun berwarna hitam dengan ornamen putih.
" Tunggu, Fukuchou! Anda tidak bisa seperti itu, ini pernikahan kalian loh!?," panggil Yamazaki. Ia lalu memperlihatkan beberapa gaun lagi di depan Hijikata yang sekarang sudah tidak sabar lagi. Terbukti dari kepalan tangannya yang terlihat sudah tidak sabar untuk meninju wajah Yamazaki.
" Bagaimana kalau yang ini, Fukuchou? Kesannya lebih terlihat simpel, tetapi sangat manis... atau yang i-"
" Yamazaki, aku tidak akan menikahi si mata ikan mati itu," Hijikata mengeluarkan kalimat yang sama untuk ke berapa kali hari ini. Dan Yamazaki menggeleng.
" Anda harus mempersiapkan pernikahan jauh-jauh hari, Fukuchou, dan lagi anda belum menentukan siapa yang akan memakai gaun," Yamazaki kembali memberikan saran. Terkadang Hijikata kagum tentang bagaimana caranya si Jimmy ini mengetahui hal-hal yang belum ia rasakan sendiri. Kemudian, Yamazaki menunjukkan satu lagi gaun pernikahan di depan Hijikata.
" Dan yang ini juga bagus, Fukuchou, dia menampilkan sisi feminim... Ah! Tapi bagian dadanya terlalu sempit!,"
Tunggu.
" Bagaimana kau tahu kalau bagian dadanya sempit, Zakki?," tanya Hijikata curiga.
" Tentu saja karena aku mencobanya," kata Yamazaki sambil berputar-putar, mengembangkan rok dari gaun yang dipakainya. Hijikata segera menutup mulutnya, menahan agar sarapannya tidak keluar lagi. Kakinya tanpa sadar membawanya lari dari Yamazaki dan menjauh sebisa mungkin. Ia tidak tahan lagi. Tuhan. Oh tuhan.
" KAMI-SAMAAAAA! SUMIMASEN DESHITAAAAA!."
TBC
.
.
.
Akhirnya setelah sekian lama aku bisa bawa Gintoki lagi! (^o^)
Tolong review, kritik dan sarannya minna-samaa!
