GIANT PROMISE
By
aciw98
.
Cast
Park Chanyeol
Byun Baekhyun
Byun Baekhee
.
Genre
Romance, Fluff, Hurt/Comfort, Angst
.
Warning
Boys love!
Karakter tokoh hanya buatan author semata yang mungkin berbeda dengan karakter aslinya.
.
Disclaimer
Plot is mine, story is mine, and cast belong to them self. Don't copy! Don't plagiarize!
.
Summary
Sebuah janji seorang giant, terlalu bodoh dan penakut, menjerumuskannya pada sebuah jurang inkar tanpa dasar. Mampukah ia bertahan, memanjat ke permukaan atau terjerumus semakin dalam. "Aku berjanji tak akan menyakitimu/Aku berjanji akan melindungimu/Aku berjanji tak akan meninggalkanmu."-Chanyeol. "Berjanjilah untuk menepati janjimu kali ini. Dan aku berjanji, ini akan menjadi permintaanku yang terakhir."-Baekhyun.
.
.
Happy reading^^
.
.
You never know what i feel, you never know what he feel.
BRAK DUG
Sebuah meja, sebuah kursi, beberapa umpatan dan seseorang yang terluka. Tahun ke-6 di sekolah dasar, tapi tak merubah sedikitpun kebiasaan menyakiti sang kertas putih yang begitu polos dan rapuh. Mereka sebuah pena tajam yang menulis kata untuk menyakiti, terkadang sengaja menekan untuk merobek sang kertas. Tak ada penghapus untuk mengembalikannya menjadi sang kertas putih, bahkan sebuah kertas tak bisa kembali utuh setelah dirobek.
Dia Byun Baekhyun, menyaksikan bagaimana sang kertas putih berubah hitam karena beberapa pena yang menyakitinya. Selama 5 tahun dan terus berlanjut ditahun ke-6, tak ada yang peduli akan hadirnya sang kertas putih, menolak untuk mengetahui karena tak ingin mencampuri. Begitu juga dia, Byun Baekhyun, merasa terganggu atas perbuatan mereka, namun mencoba tak peduli karena banyak hal yang lebih penting untuk ditangani.
Di pojok sebelah kiri bagian belakang, seseorang tertunduk menahan isakan. Beberapa orang mengerumuninya untuk sebuah kebiasaan, menyakiti, melukai, menggores sebuah luka.
"Gendut!"
"Bodoh!"
"Rakus!"
"Yang bisa kau lakukan hanya makan, dasar raksasa jelek!"
Park Chanyeol, seorang bocah dengan tubuh 'sangat' berisi, memakai kaca mata, dan kulit berwarna sawo matang, menjadi target pembulian dari awal semester di tahun pertama hingga saat ini. Sang kertas putih yang diakui keberadaannya hanya untuk disakiti.
Lain hal di pojok kanan bagian depan, seseorang yang memfokuskan diri pada sebuah buku, namun merasa terganggu karena kebisingan di belakang. Kebiasaan selama lima tahun, namun mengapa masih terasa mengganggunya, dan itu menjengkelkan karena ia tak tau mengapa.
SREK BRAK
Ia menggeser meja dengan kasar, mulai berdiri dan menutup buku, lebih tepatnya membanting sang buku, tapi tetap membawanya dan mulai melangkah.
"Hei Baek! Kau pergi kemana?"
"Toilet." Dengan singkat Baekhyun menjawab pertanyaan dari temannya, ia hanya terlalu lelah karena tak bisa fokus untuk belajar, yang akhirnya menyerah dan mencari tempat persembunyian.
Seharusnya Baekhyun memilih perpustakaan untuk belajar, tapi entah mengapa ia lebih nyaman berada di toilet untuk menghatamkan buku-bukunya. Ia masuk dan memilih bilik paling ujung sebagai tempat ternyamannya, dan memulai aksinya untuk menjadi lebih pintar dari sebelumnya.
Belum 10 menit ia di dalam, gebrakan sebuah pintu telah mengganggu konsentrasinya. Baru ia ingin protes dan membuka pintu, namun niatnya terhenti saat mendengar isakan keras di luar sana. Karena tak ingin ketahuan, dengan perlahan Baekhyun mencoba membuka pintu bilik kamar mandi yang ditempatinya, untuk sekedar mengintip siapa seseorang yang menangis sekeras itu.
Oh ternyata bocah itu, bocah yang menjadi alasan mengapa ia tak pernah bisa berkonsentrasi di dalam kelas. Bocah yang selalu menjadi korban pembulian teman sekelasnya, saat ini meringkuk menempatkan kepala pada lututnya, tenggelam dalam isakan yang terdengar begitu menyakitkan.
Baekhyun tak begeming, hanya memandang sosok itu dari celah pintu yang kecil. Tak ada yang bisa Baekhyun lakukan, sebenarnya dia ingin pergi, namun itu tak mungkin karena bocah itu akan menyadari keberadaannya dan mereka harus terjebak dalam kecanggungan. Akhirnya Baekhyun hanya menunggu, menunggu bocah itu selesai dan keluar, maka baekhyun akan kembali ke kelasnya.
.
.
Tak terasa tahun ajaran baru telah dimulai, ini tahun pertamanya di JHS, Baekhyun begitu gembira untuk menempati meja baru dan bertemu teman-teman baru. Sedikit ingatan tentang seseorang yang tak ingin baekhyun temui lagi, seseorang yang tak bisa ia salahkan karena selalu mengganggu konsentrasi belajarnya, karena ia tau, bocah itu hanyalah korban.
Setidaknya Baekhyun berfikir tidak akan bertemu lagi dengan bocah itu di JHS, karena ia hanya ingin fokus pada studynya dengan tidak adanya gangguan.
Upacara penyambutan siswa baru telah usai, semua siswa kembali ke kelas masing-masing. Begitu juga dengan Baekhyun, ia harus segera sampai di kelas agar bisa menempati meja bagian depan ujung kanan favoritnya. Kelas 1-2 terpampang di depan pintu ruangan di hadapannya, dengan senyuman Baekhyun mulai membuka pintu itu perlahan.
Setelah pintu terbuka sempurna, Baekhyun mulai melangkahkan kakinya memasuki ruangan. Satu langkah, dua langkah, dan ia terhenti di langkah ketiga, menatap intens pada sosok di ujung sana yang sama sedang menatapnya. Bocah itu, bocah yang membuat hari-harinya di sekolah dasar terasa seperti di pasar, kembali akan membuat Baekhyun tak nyaman.
Baekhyun susah payah berusaha siang malam agar ia bisa masuk di JHS ini, karena ia fikir di sini tidak mungkin ada seseorang seperti bocah itu. Tapi, bagaimana bisa bocah itu berada di JHS ini, Baekhyun yakin kemampuan bocah itu tak mungkin bisa meloloskannya berada di sini. Baekhyun tau, mulai saat itu hidupnya tak akan pernah tenang.
.
Beberapa minggu telah terlewati, dan seperti dugaannya Baekhyun kembali tak bisa berkonsentrasi. Entah bocah itu terkena kutukan atau semacamnya, karena dimanapun ia berada ia selalu menjadi korban pembulian. Teman sekelas baekhyun tentu saja orang-orang baru yang ia kenal kecuali bocah itu, tapi entah kenapa suasana yang ia rasakan tak ada bedanya saat ia masih di sekolah dasar, menjengkelkan.
Baekhyun baru saja selesai makan di kantin, namun ia tak langsung menuju kelas karena ada suatu urusan yang harus ia selesaikan di toilet. Tak ada yang namanya kebetulan, tapi sebut saja ini sebagai kebetulan karena jalan menuju toilet harus melewati ruang musik yang pada saat itu terdengar alunan piano di dalam ruangannya. Pintu ruangan terbuka sedikit, sehingga alunan piano dapat terdengar ke luar ruangan.
Baekhyun berhenti berjalan karena tertarik dengan alunan piano yang begitu merdu didengar, perhatiannya tertarik pada celah pintu ruang musik di hadapannya. Karena penasaran siapa yang bisa memainkan sebuah alunan piano seperti seorang profesional, Baekhyun dengan hati-hati mengintip di balik pintu.
Mulut menganga, bola mata membesar seperti akan locat dari tempatnya, itulah ekspresi Baekhyun saat mengetahui siapa pelaku yang membuat alunan melodi indah itu. Park Chanyeol, bocah yang tanpa sengaja selalu mengacaukan kehidupan Baekhyun, duduk tegap dengan tangan lentik yang menjamah tuns piano dengan lihainya.
Baekhyun hanya bisa diam, lebih tepatnya terjebak dalam pesona seorang bocah yang memainkan tuns-tuns piano di hadapannya. Matanya berbinar menatap kagum sosok bocah itu, hingga akhirnya tuns piano terakhir berdenting, Baekhyun berniat untuk memberikan tepuk tangan meriah atas penampilan bocah itu. Tapi baru saja Baekhyun membuka sedikit lebih lebar pintu di hadapannya, terhenti seketika ketika alunan melodi piano berubah menjadi sebuah isakan perih yang menggema.
Baekhyun kembali mematung, entah alunan melodi ataupun isakan itu memang terdengar memilukan. Hanya saja, Baekhyun tak tahu sebelumnya jika semua itu bukanlah hasil dari penjiwaan yang begitu dalam, melainkan hasil dari rasa sakit yang telah terpendam.
.
Setelah hari itu, diam-diam Baekhyun menjadi penonton rahasia seorang Park Chanyeol, ternyata Chanyeol selalu memainkan piano di ruang musik pada jam istirahat. Diawali dengan alunan lembut denting piano, dan diakhiri dengan isakan tangis yang menyayat hati. Awalnya Baekhyun tak terlalu ambil pusing dengan akhir pertunjukan dengan sebuah tangisan, namun Baekhyun tetaplah manusia yang memiliki perasaan, tak ingin membiarkan dan mencoba memecahkan.
Kurang lebih 3 bulan terlewati, dan Baekhyun cukup muak atas tingkah teman sekelasnya yang selalu menjadikan Chanyeol target pembulian. Dan hari ini, saat cuaca pagi cukup cerah untuk dinikmati, semuanya rusak saat pemandangan yang ia lihat pertama kali begitu memasuki kelas ialah gerombolan bocah yang selalu mengganggu Chanyeol.
Tanpa sengaja, Baekhyun melihat ada segerombolan siswa di luar jendela, inilah kesempatan Baekhyun untuk mengalihkan perhatian mereka.
"Hei hei, lihat! Sepertinya ada hal menarik di luar."
Jackpot, Baekhyun berhasil membuat mereka, bahkan seluruh teman sekelasnya pergi berbondong-bondong keluar kelas untuk melihat hal menarik yang dikatakan sebelumnya. Entah dorongan dari mana, Baekhyun tidak menyimpan tas pada meja favoritnya, melainkan terus berjalan menghampiri Chanyeol.
Apakah Baekhyun memiliki kesadarannya tidak ada yang tau, dengan entengnya Baekhyun mendaratkan pantatnya pada kursi di sebelah Chanyeol. Tentu saja Chanyeol tersentak, baru saja ia ingin menumpahkan segala emosinya dengan tangisan, namun ternyata masih ada sosok lain dalam ruangan tersebut.
Mereka saling menatap, namun dengan ekspresi yang berbeda. Baekhyun, dengan senyuman manisnya ia menatap Chanyeol lembut, sedangkan Chanyeol menatap Baekhyun dengan penuh tanya. Karena merasa cangung dengan situasi, Baekhyun mencoba memulai sebuah percakapan.
"Ekhem, eumm... kau baik?"
Dahi mengkerut, itulah respon yang Chanyeol berikan atas pertanyaan Baekhyun. Bukannya menjawab, Chanyeol memiringkan kepalanya dan menatap Baekhyun intens. Karena merasa risih, Baekhyun kembali bertanya.
"Hei, apa kau baik-baik saja? Aku tau, kau pasti ingin menangis, kalau begitu menangislah, anggap saja aku tak ada, atau kau bisa mengangis di bahuku?" Baekkyun tersenyum dengan tangan yang menepuk bahunya, menunjukan bahwa ia bersedia menjadi sandaran.
Chanyeol tertunduk, tak berani menatap Baekhyun lebih lama, sebenarnya ia malu. Wajar saja jika saat di sekolah dasar ia sering menangis, karena mereka masihlah seorang anak, tapi kali ini ia telah menginjak JHS, setidaknya ia mulai menjadi seorang remaja, namun tak ada yang berubah baginya, ia masih sering menangis menahan kesedihan.
"Seorang pria tak boleh menangis." Dengan begitu sendu Chanyeol mengucapkannya, masih menunduk tak berani menatap, mencoba menjelaskan bahwa ia seorang pria yang tak munkin akan menangis.
"Siapa yang mengatakan itu? Seorang pria juga manusia, mereka memiliki perasaan dan air mata, tak ada salahnya jika seorang pria menangis. Setidaknya, dengan menangis akan membuat sedikit lebih lega perasaan, menurutku begitu."
Dan tanpa diduga, sebuah kepala telah bersandar nyaman pada sebuah bahu yang menghangatkannya. Dengan dada yang naik turun mencoba menahan isakan, Chanyeol menumpahkan segala emosinya dalam dekapan Baekhyun. Baekhyun tersenyum dan mulai membelai punggung Chanyeol dengan sayang, mencoba menenangkan dengan terus bergumam 'tak apa, semua akan baik-baik saja.'
.
Bel telah berbunyi, menandakan kegiatan hari ini telah usai. Semua siswa berlomba-lomba keluar kelas setelah memberikan salam pada sang guru. Kecuali dua orang di belakang, masih merapikan barang-barangnya kedalam tas. Yah, Baekhyun dengan polosnya menempati meja di samping Chanyeol, mungkin ia tak akan pernah pindah lagi. Setelah Baekhyun selalu berada di samping Chanyeol hari itu, tidak ada satu pun siswa yang mengganggu Chanyeol. Mungkin karena Baekhyun seorang ketua kelas, ataupun Baekhyun siswa terpintar di kelasnya, apapun itu Chanyeol bersyukur mengenal Baekhyun.
"Hei Chan, kau tau? Aku selalu melihatmu bermain piano di ruang musik."
Chanyeol tersentak dan langsung menoleh ke arah Baekhyun yang sedang menatapnya, dan kembali menunduk karena merasa canggung atas tatapan Baekhyun. Mulutnya membuka kemudian mengatup kembali, seperti ingin menyampaikan sesuatu namun tertahan oleh hal lain.
"Aku suka, kau terlihat seperti profesional. Tapi, aku tak pernah menyukai akhirnya, seperti pelangi yang datang sebelum hujan, bukankah itu menyebalkan? Karena yang ku tau, pelangi akan datang setelah hujan, benar?" Tak ada jawaban, dan Baekhyun semakin kesal karena dia seperti berbicara dengan tembok.
"Ayo berteman? Ahh tidak, sahabat?" Baekhyun mengulurkan jari kelingkingnya di hadapan Chanyeol, sedangkan Chanyeol masih terlihat bingung menatap wajah Baekhyun bergantian dengan tangan Baekhyun berulang kali, mencoba mencerna situasi yang terjadi.
"Kau mau atau tidak!?" karena jengkel, Baekhyun sedikit menaikan volume suaranya guna menyadarkan Chanyeol agar segera merespon. Chanyeol tersentak dan langsung melingkarkan jari kelingkingnya pada kelingking Baekhyun, dan Baekhyun hanya menatapnya dengan sedikit tawa dibibirnya.
"Baiklah, karena sekarang kita berteman, kau harus mengajariku bermain piano, setuju?"
"Huh?"
"Kita akan bermain piano bersama, bagaimana? Sekarang kau tak perlu menangis lagi di akhir nanti, aku akan memberikan tepuk tangan yang lebih indah dari permainan pianomu haha."
"Ba-baiklah."
"Bagus, sekarang ayo kita pulang."
Dan akhirnya sebuah benang takdir telah terikat, takdir yang tak pernah mereka ketahui bagaimana akhirnya. Karena semesta mulai bertindak, dan mereka hanya mampu bergerak seperti sebuah boneka.
.
Baekhyun adalah anak yang mandiri, orang tuanya bercerai dan ia tinggal bersama ayahnya, sedangkan ibu dan saudari perempuannya berada di jepang. Sejak kecil Baekhyun tak pernah merengek kepada ayahnya, ia akan melakukan semuanya sendiri, jika ia tak bisa maka ia akan terus berusaha hingga ia menjadi handal. Baekhyun hanya melakukan semua hal yang bisa membuat ayahnya bangga memiliki putra sepertinya, tanpa peduli luka yang lambat laun bersarang di hatinya.
Sejak sekolah dasar, Baekhyun tak pernah meminta ayahnya untuk mengantar ataupun menjemput dirinya. Karena lokasi sekolahnya yang tak terlalu jauh, juga alasan tak ingin merepotkan ayahnya, Baekhyun selalu pergi dan pulang sekolah sendiri dengan berjalan kaki.
Sedangkan Chanyeol, kedua orang tuanya terlalu sibuk untuk memperhatikannya. Meskipun mereka mengutus seorang supir yang bertugas mengantar Chanyeol kemanapun, namun Chanyeol menolaknya dan lebih memilih melakukannya sendiri.
Dan tanpa diduga, rumah Baekhyun dan Chanyeol memiliki arah yang sama. Tak ada yang namanya kebetulan, tapi mari kita anggap ini sebagai kebetulan yang kesekian kali. Rumah Baekhyun dan Chanyeol hanya berjarak empat rumah, dapat dikatakan mereka tinggal di lingkungan yang sama. Tapi entah mengapa hal itu baru terungkap ketika mereka berada di JHS, mungkin karena mereka sama-sama anak rumah yang menghabiskan banyak waktunya di dalam rumah dan sekolah.
Mulai hari itu, mereka selalu melakukan banyak hal bersama, belajar, makan, bermain, berjalan, tak satu hal pun mereka lewatkan. Kini, penampilan Chanyeol di ruang musik dengan pianonya selalu diakhiri dengan sebuah senyuman, bahkan terkadang tawa bahagia menghiasi ruangan.
Tak ada lagi pena yang mengganggunya, karena ia memiliki penghapus di sampingnya, meskipun penghapus tak dapat memulihkan sebuah robekan, tapi setidaknya sang kertas kembali putih seperti semula. Tanpa mereka sadari, terlalu banyak goresan yang harus dihilangkan, bahkan sebuah penghapus takan bertahan lama jika terus digunakan, dan akhirnya menghilang karena terpakai.
.
Sebenarnya Chanyeol itu anak yang pandai, tapi ia tak menunjukkannya karena tak ingin menjadi pusat perhatian. Tapi kali ini, atas motivasi dari sahabatnya Byun Baekhyun, Chanyeol menunjukkan jati dirinya. Dia menjadi siswa dengan nilai tertinggi di kelas dalam ujian akhir semester pertama mereka.
Seharusnya, sebagai sahabat yang baik, Baekhyun merasa bangga atas apa yang dapat Chanyeol capai. Tapi entah mengapa, ketika mereka pergi bersama ke sekolah seperti biasa, Baekhyun tak nampak seperti dirinya. Anak itu terlalu diam untuk seorang Byun Baekhyun, bahkan saat Chanyeol bertanyapun tak dihiraukan sama sekali.
Baekhyun berjalan terlalu cepat, anggap saja dia berlari. Karena bagi Chanyeol, sangat sulit berjalan cepat ataupun berlari dengan tubuhnya yang tak proporsional itu. Akhirnya Chanyeol memaksakan diri berlari mendahului Baekhyun, dan setelah ia berhasil, ia menghadang jalan Baekhyun dengan merentangkan kedua tangannya untuk sekedar bertanya dengan nafas yang tak beraturan karena lelah berlari.
"Baek, kau kenapa? Apa aku melakukan kesalahan? Maaf."
Baekhyun tak menjawab, hanya menatap Chanyeol tajam karena ia fikir Chanyeol hanya membuang-buang waktunya. Baekhyunpun kembali berjalan melewati Chanyeol seolah tak ada apapun di hadapannya. Beberapa langkah Baekhyun lewati, dan terhenti ketika ia mendengar sebuah teriakan yang menyulut emosinya.
"HEI! BYUN BAEKHYUN! AKU BERUSAHA MEMAHAMIMU TAPI KAU TAK PERNAH MEMBERIKU JALAN. APA YANG HARUS KULAKUKAN AGAR KAU BERBICARA PADAKU? SETIDAKNYA HARGAI USAHAKU!"
Tanpa diduga Baekhyun berbalik menghadap Chanyeol, namun apa yang dilihat Chanyeol benar-benar suatu hal yang tak pernah ingin ia lihat lagi. Ia melihat Baekhyun disana, beberapa meter darinya dengan wajah sendu berurai air mata. Sebenarnya apa yang Chanyeol lakukan sehingga Baekhyun menangis? Chanyeol hanya ingin memeluk Baekhyunnya saat ini.
"HEI GIANT BODOH! KAU BENAR-BENAR RAKUS! KAU INGIN DIHARGAI ATAS USAHAMU, LALU BAGAIMANA DENGANKU?"
Baekhyun mulai melemah, isakannya terlalu keras dibandingkan suaranya. Sehingga kalimat selanjutnya yang terlontar beradu dengan sebuah isakan yang memilukan.
"Bagaimana denganku yang selalu berusaha siang malam tanpa henti? Aku selalu berusaha menjadi yang terbaik, tapi mengapa kau begitu mudah mendapatkannya tanpa sebuah usaha? Itu tidak adil! Kau dapat nilai sempurna tanpa belajar, sedangkan aku? Aku belajar terus menerus dan yang aku hasilkan tak setara denganmu, apa itu adil? Kau giant bodoh! Seharusnya kau tak pernah menjadi pintar!"
Sekarang Chanyeol tau mengapa, namun tak ada hal yang dapat ia lakukan selain menggumamkan kata maaf. Ia tak ingin mendengar apapun lagi, maka dari itu ia hanya berjalan ke arah Baekhyun dan langsung memeluknya sekedar menenangkan. Awalnya Baekhyun meronta, namun beberapa saat menjadi sebuah pukulan yang lemah, dan tak lama kemudian tangannya melingkar meskipun tak bertemu ujung karena tubuh Chanyeol yang terlalu besar dan lengan Baekhyun yang terlalu pendek.
Chanyeol mengelus punggung dan kepala Baekhyun penuh perhatian, dan membisikan beribu kali kata maaf. Chanyeol tak pernah tau bahwa sesakit ini melihat sahabatnya menangis, maka dari itu ia berjanji pada dirinya sendiri untuk tidak pernah membuat Baekhyun menangis lagi apapun alasannya.
"Aku berjanji tak akan menyakitimu. Dan jika itu terjadi, kau boleh memukulku dimanapun."
Baekhyun langsung melepas pelukan Chanyeol, dan mulai menyerang Chanyeol dengan berbagai pukulan. Chanyeol tak berani membalas, ia hanya mencoba menghadang pukulan Baekhyun dengan tangan sebagai tamengnya. Sesekali berteriak 'hentikan' karena pukulan dari tangan mungil Baekhyunpun berdampak cukup besar pada tubuhnya.
"Giant bodoh! Terima ini hahaha." Baekhyunpun berlari menjauhi Chanyeol saat ia rasa cukup untuk memukul Giantnya. Tak lupa mengolok-olok Chanyeol dengan menjulurkan lidahnya, karena ia tau Chanyeol tak akan berhasil menyamai langkahnya.
Sebuah janji polos yang terlontar karena rasa sakit, tak mengerti makna dibalik sebuah ucapan, tak pernah tau apa yang terjadi di depan. Bocah polos yang hanya tak ingin melihat sahabatnya tersakiti, atau lebih tepatnya ia tak ingin merasa terluka karena luka lain.
.
Satu tahun terlewati, begitu banyak kenangan yang mereka lalui hingga di titik ini. Kini mereka telah memulai tahun ke-2, namun masih mereka lakukan kebiasaan berlari mencapai sekolah, dan tentunya Baekhyun menjadi orang yang lebih unggul untuk sampai dibanding Chanyeol.
Sebelum memulai sebuah perlombaan seperti biasanya, mereka akan selalu adu suit untuk menentukan siapa yang akan membawa tas keduanya. Dan entah kenapa, Chanyeol menjadi satu-satunya yang selalu membawa tas keduanya. Meski terkadang Chanyeol menjadi pemenang, Baekhyun selalu memiliki alasan untuk mengelak.
Selama itu, Baekhyun selalu berada di depan Chanyeol, dalam hal apapun Chanyeol akan selalu mengalah pada Baekhyun. Meskipun terkadang ia memang kalah, seperti perlombaan berlari sampai ke sekolah, karena ia tau tak mungkin jadi pemenang dengan tubuhnya yang seperti sekarang. Tapi untuk hal lain seperti dalam bidang akademik, Chanyeol akan dengan sengaja berada di belakang Baekhyun. Ya, tepat berada di belakang Baekhyun, karena ia tak ingin membuat Baekhyun menangis lagi ingat.
Di tahun selanjutnya cukup banyak perubahan, dan perubahan itu disadari oleh Baekhyun. Saat sekolah dasar atau awal masuk JHS, Baekhyun memilik tubuh yang cukup tinggi untuk anak seusianya. Ia juga tau bagaimana tubuh Chanyeol, saat itu Chanyeol tak jauh lebih tinggi darinya. Dengan badan yang besar dan tubuh yang tak terlalu tinggi, Baekhyun dapat mengenali Chanyeol dengan baik. Namun akhir-akhir ini beberapa hal telah berubah, sangat berubah.
Seperti biasanya mereka akan berlomba untuk sampai di sekolah, namun kali ini Baekhyun tidak memimpin. Mereka seimbang, Chanyeol dapat dengan mudah meyeimbangi langkah Baekhyun yang sebelumnya sangat sulit untuk dicapai. Mereka tertawa riang atas kemajuan yang Chanyeol alami, dengan terus berlari mereka menebarkan tawa sepanjang perjalanan.
Namun raut wajah Baekhyun berubah saat ia melihat ke samping arah Chanyeol. Biasanya yang ia lihat adalah puncak kepala Chanyeol, namun kali ini ia melihat dengan jelas manik mata bersinar dari seorang Park Chanyeol, dan itu membuatnya berhenti seketika.
Karena Chanyeolpun saat itu sedang menatap Baekhyun yang tiba-tiba berhenti berlari, Chanyeolpun menghentikan langkahnya dan menghampiri Baekhyun, bertanya apa yang terjadi padanya. Namun bukannya menjawab, Baekhyun menatap selidik Chanyeol dari ujung kaki hingga kepala. Dan ia bertanya-tanya sejak kapan Chanyeol setara dengan tingginya, bahkan cukup terlihat jika tubuh Chanyeol mulai mengecil. Maksudnya lebih kecil dari sebelumnya, namun masih nampak cukup besar. Kira-kira tinggi berisi, begitulah katanya.
Chanyeol mencoba menyadarkan Baekhyun, bertanya sebenarnya apa yang terjadi. Namun Baekhyun hanya mengerucutkan bibirnya dan berteriak 'lihat saja nanti, aku akan tumbuh tinggi seperti tiang, giant gendut!' dan berlari untuk melanjutkan perlombaan, dan kali ini perlombaan dimenangkan oleh Baekhyun kembali karena dengan curang mencuri start setelah membuat orang lain bingung dengan sikapnya, begitulah seorang Byun Baekhyun.
.
Dan tahun berikutnya terlewati begitu saja, dengan usaha bersama mereka dapat memasuki SHS yang sama. Tak terlalu jauh dari tempat tinggal mereka, agar kebiasaan yang mereka lakukan dapat terus mereka lakukan hingga nanti. Sebenarnya Chanyeol telah mendapat ratusan kali penawaran dari sang ayah untuk memakai sepeda motor ke sekolah, namun Chanyeol selalu menolak karena ia fikir lebih menyenangkan berlari bersama Baekhyun.
Beberapa bulan telah mereka lalui di SHS, kali ini perubahan besar sungguh terjadi. Tak pernah ada kata kalah lagi bagi seorang Park Chanyeol saat berlomba melawan Byun Baekhyun. Bahkan terkadang Baekhyun heran mengapa seseorang dapat berubah begitu cepat dengan mudahnya.
Seperti saat ini, mereka melakukan kegiatan yang biasa mereka lakukan. Bedanya, Chanyeol memimpin jauh di depan tanpa kenal lelah seperti sebelumnya saat mereka ditingkat JHS. Sedangkan Baekhyun berlari susah payah mengejar ketinggalannya, tapi rasa lelah terlalu cepat menghampirinya, ia tak bisa menyusul Chanyeol.
"Chanyeol-ah tunggu!" Baekhyun berteriak berusaha agar menghentikan laju Chanyeol, namun Chanyeol berpura-pura tak mendengarnya dan terus berlari.
"Yeollie~" kali ini Baekhyun merengek, karena ia benar-benar lelah terus berlari. Ia tak mengerti mengapa tubuhnya dapat berubah seperti ini, dulu ia tetap bugar walau berlari sejauh apapun. Namun kali ini mengapa ia terlalu cepat merasa lelah, Baekhyun benci itu.
Bahkan tetap tak ada sautan dari sang pelaku yang diserukan namanya, Chanyeol terlalu asik menjadi sang pemenang yang akan mengalahkan Baekhyun. Wajar saja, karena selama ini Baekhyun selalu berada di depannya, tak salah kan jika kini Chanyeol ingin memimpin.
Baekhyun benar-benar kesal, semua sahutannya tak dihiraukan oleh Chanyeol. Mengapa ia selalu merasa mengobrol bersama tembok saat berhadapan dengan Chanyeol, ia tak mengerti. Akhirnya Baekhyun berhenti berlari dan menyiapkan suara lantangnya untuk berteriak pada Chanyeol.
"HEI GIANT!"
Skak, Chanyeol berhenti berlari dan berbalik menghadap Baekhyun. Kedua tangannya disimpan di pinggang, dan ia tersenyum lebar, terlihat bodoh namun mengapa begitu tampan. Sedangkan Baekhyun mengerucutkan bibirnya dengan melipat lengan di depan dadanya. Chanyeol sedikit tetawa dan bertanya.
"Kenapa?"
"Aku lelah bodoh, dasar giant tak berprikeBaekhyunan!"
Chanyeol semakin melebarkan senyumnya, inginnya tertawa lepas namun ia tahan entah mengapa. Ia mulai berjalan perlahan ke arah Baekhyun, mengganti posisi tas yang di gendongnya ke depan, mencoba berbicara agar menghentikan tawanya.
"Berhentilah memanggilku giant, Baek. Kau lihat? Tubuhku sangat proporsional sekarang, dan aku tidak bodoh!"
"Aish! Dasar giant bodoh! Tiang! Idiot-yak!"
Kalimatnya terhenti saat tiba-tiba Chanyeol menggendongnya di punggungnya. Karena Baekhyunpun memilik rasa takut untuk jatuh, maka tanpa sugesti apapun lengan baekhyun mengalung sempurna pada leher, bahu, dan dada Chanyeol, bahkan wajah mereka hanya berjarak setengah senti dan itu terasa canggung bagi Baekhyun.
Setelah mencerna situasi, Baekhyun mulai tak karuan berada di gendongan Chanyeol. Ia meronta untuk diturunkan namun Chanyeol mengelak dan mencari posisi sempurna yang nyaman untuk menggendong Baekhyun di punggungnya.
"Turunkan aku! Kau benar-benar giant bodoh! Sampai kapanpun kau itu akan selalu menjadi seorang giant! Dulu kau sangat sangat gendut, sekarang kau tinggi seperti tiang, tidak ada manusia seperti itu kau tau? Jadi kau itu GI-ANT-BO-DOH!"
"Terserah kau Byun. Kau yang mengatakan lelah bukan? aku hanya membantu agar kita lebih cepat sampai di sekolah. Apa aku salah?"
"Ishh!"
"Baiklah, kau harus berpegang erat Baek. Kita akan meluncur melebihi kecepatan cahaya hahaha yuhuu~"
"Yak! Chanyeol! Hahaha."
Chanyeol pun berlari dengan Baekhyun di gendongannya, dan pegangan Baekhyun semakin erat pada Chanyeol. Dari sini, Baekhyun dapat menikmati dengan jelas wajah Chanyeol yang tertawa karenanya dan untuknya. Tolong, jika ini hanya mimpi jangan pernah bangunkan Baekhyun, karena ia merasa sangat bahagia mengenal Chanyeol dihidupnya.
.
Gerbang sekolah terbuka lebar, namun 'gerbang' lain menghalangi. Begitu banyak siswi di sana yang berkerumun menghalangi jalan. Suasana cukup ramai namun masih terlihat kondusif, semuanya berbisik seakan mendengarkan berita ekslusif. Saat dua anak adam tiba di tengahnya lautan manusia, keadaan menjadi begitu kacau dengan suara lantang yang memecah gendang telinga.
"KYAAAA!"
"ITU CHANYEOL!"
"CHANYEOL-AH! KYAAA!"
"Oops." Kalimat yang keluar dari mulut Chanyeol ketika menyadari bahwa mereka telah salah memilih jalur.
Terlambat untuk mengelak, namun sulit untuk dihadapi. Perubahan Chanyeol benar-benar membawa dampak yang besar pada lingkungan mereka. Hey, Chanyeol hanya dapat perubahan dari tubuhnya, ia tetaplah Chanyeol si lugu. Terbukti oleh kaca mata yang masih ia kenakan hingga saat ini, ditambah kali ini ia menjadi rajin untuk belajar agar bisa menemani Baekhyun. Lebih tepatnya, Chanyeol lebih pantas dikatakan sebagai si lugu kutu buku.
Namun, proporsi tubuh Chanyeol begitu banyak diminati kalangan gadis di sekolahnya. Belum lagi wajah Chanyeol yang dapat dikatakan begitu tampan, wajar saja jika kini ia mendapatkan banyak fans wanita. Tapi hal itu tak membuatnya nyaman, mereka harus selalu masuk lewat belakang sekolah untuk menghindari kerumun gadis menyebalkan.
Namun kali ini, anggaplah Chanyeol hilaf dan membuat sebuah kesalahan. Dengan Baekhyun di gendongannya ia terlanjur dikerumuni para gadis dari sekolahnya. Mereka terlalu berdesakan sehingga membuat Chanyeol begitu mudah melepas genggaman.
Baekhyun terjatuh dari gendongannya, sedangkan ia masih harus menghadapi mereka yang mengerumuninya. Pantat Baekhyun menyentuh tanah dengan mulus, namun puluhan kakipun lebih mulus untuk melukai Baekhyun. Tak ada niat untuk melukainya, hanya saja mereka terlalu fokus pada Chanyeol sehingga tanpa sadar menginjak tubuh seseorang yang telah terbaring lemah.
Chanyeol frustasi saat sadar Baekhyun tak lagi di gendongannya, matanya mengarah ke segala arah namun tak dapat menemukan sosok yang dicarinya. Atensinya tertarik pada suatu arah ketika tanpa sadar mendengar sebuah rintihan memanggil namanya. Anggap saja Chanyeol memilik pendengaran di luar batas karena dari ramainya suasana ia masih dapat mendengar suara yang jauh lebih rendah.
"BERHENTI!"
Teriakan Chanyeol benar-benar membuat semuanya mematung. Semua mata menatap heran padanya, namun tatapan Chanyeol hanya tertuju pada satu arah.
"Minggir!"
Chanyeolpun mulai melangkah dengan tangan yang ia kibas agar orang-orang di hadapannya menyingkir memberinya jalan. Namun seorang wanita masih terlalu bingung dengan keadaan sehingga tanpa sengaja menginjak seseorang yang terbaring di belakangnya tepat pada perutnya.
Chanyeol melihat hal itu tepat di depan mata. Matanya tajam mengarah pada sang wanita yang telah membuat Baekhyunnya terluka. Sedangkan sang wanita yang sadar akan kesalahannya hanya membolakan mata dengan membuka mulutnya lebar-lebar dan menutup dengan kedua tangannya.
Chanyeol merendahkan tubuhnya agar dapat melihat keadaan Baekhyun dengan jelas. Ingin sekali ia berteriak memaki siapapun yang telah membuat Baekhyunnya menjadi seperti ini. Namun Chanyeol sadar ia tak mungkin menyakiti wanita. Hal yang selanjutnya Chanyeol lakukan adalah membawa Baekhyun segera ke UKS, dengan terus membisikan namanya berharap Baekhyun dapat terus terjaga mendengar suaranya.
.
Tak ada yang dapat Chanyeol lakukan setelah berhasil membawa Baekhyun ke UKS, ia hanya membaringkan Baekhyun di ranjang dan membersihkan beberapa bagian kotor pada tubuh Baekhyun. Untungnya Baekhyun tak terluka parah, hanya mendapat beberapa goresan dan terlalu lelah setelah beberapa kegiatan.
Chanyeol tepat berada di samping Baekhyun dengan terus menggenggam tangannya. Tangan satunya mengelus surai Baekhyun yang cukup berkeringat. Baekhyun menoleh dengan mata sipitnya yang berusaha ia buka, melihat Chanyeol yang menatapnya sendu penuh penyesalan.
"Maaf." Bisik Chanyeol saat melihat Baekhyun yang sedang menatapnya, dan Baekhyun hanya tersenyum sebagai feed back atas kalimat Chanyeol.
"Maaf membuatmu terluka, kau boleh memukulku sampai puas." Chanyeol terlalu lemah atas Baekhyun, selalu menyalahkan diri akan apa yang terjadi pada Baekhyun. Ia menunduk lemah, memejamkan mata dan menggenggam erat lengan Baekhyun di genggamannya, menunggu sosok di hadapanya menghukum dirinya.
"Mereka yang tak sengaja menyakitiku Yeol, bukan kau." Baekhyun tersenyum dan mengelus tangan Chanyeol yang menggenggamnya. Menyalurkan sebuah sugesti bahwa Chanyeol bukanlah alasan mengapa ia seperti ini.
"Tapi mereka seperti itu karena aku Baek." Chanyeol menegaskan dalam padangan tajam tertuju pada Baekhyun bahwa ialah akar penyebabnya. Namun sekali lagi Baekhyun menyangkal dengan mengelus pipi sang giant kesayangannya.
"Tidak, kau giant bodoh tak mungkin menyakitiku."
"Aku berjanji akan melindungimu, Baek."
"Huh?"
"Jika aku ingkar, kau boleh meninggalkanku. Tidak, tidak, bunuh saja aku, hmm?"
"Bodoh, hahaha."
"Aku serius, Baek."
"Hmm, dan pastikan kau takan melupakan janjimu Yeol."
"Pasti."
Terukir kembali sebuah janji, dengan konsekuensi semakin tinggi. Seperti sebuah magnet yang saling menarik, mengabaikan kemungkinan mendorongnya pergi. Ketika semesta memulai aksi, berharaplah akhir takdir takan menyakiti.
BIP BIP~
Deringan suara mengalihkan atensi keduanya, sebuah alat komunikasi yang terselip dalam saku celana ialah pelakunya. Baekhyun merubah posisi tubuhnya agar dapat bersandar di kepala ranjang untuk mengangkat sebuah panggilan. Betapa terkejutnya Baekhyun saat melihat nama seseorang yang dikenalnya berada di layar ponselnya.
Byun Baekhee, sebuah nama yang selalu Baekhyun rindukan kehadirannya. Tanpa diduga menghubunginya meski keadaan tak mendukungnya. Tanpa fikir panjang Baekhyun langsung mengangkat panggilan di ponselnya, bersorak riang saat mendengar suara seseorang di sebrang sana.
Lima, sepuluh, lima belas menit waktu belum cukup untuk mengakhiri panggila itu. Awalnya Chanyeol hanya merasa heran mengapa Baekhyun menjadi semakin riang. Namun tak sekali Chanyeol mendengar sebuah nama yang Baekhyun lontarkan di tengah percakapannya pada ponselnya. Chanyeol tau jika itu adalah sebuah nama untuk seorang wanita.
Senyuman, tawa, terkadang makian keluar dari mulut Baekhyun dengan entengnya. Seakan wanita di sebrang sana adalah poros semua alasan Baekhyun dilahirkan. Chanyeol tak mengerti ada apa dengan dirinya, hanya saja, melihat Baekhyun tertawa dan bukan ia penyebabnya begitu menyebalkan.
Chanyeol hanya menatap Baekhyun intens tanpa berpaling kemanapun saat Baekhyun masih sibuk dengan ponselnya. Terlalu banyak kesimpulan yang ada di kepalanya saat tak ada yang dapat ia lakukan pada Baekhyun yang sama sekali tak memperhatikannya.
Chanyeol jengkel, entah mengapa hatinya memanas, ingin rasanya ia merebut ponsel itu dan membantingnya. Namun niatnya terhenti saat pria di hadapannya selesai dengan kegiatannya dengan ponselnya.
"Chanyeol-ah."
"Ah, kenapa? Kenapa?"
Tiba-tiba Baekhyun berteriak kegirangan dan memanggil nama sahabatnya dengan lantang, wajar saja jika Chanyeol langsung salah tingkah dan membalas seadanya. Yang diberi pertanyaan tak menjawab, hanya tersenyum riang dengan ponsel di pelukannya. Seakan boneka hangat yang nyaman untuk di peluk, Baekhyun menggoyangkan badannya menikmati kegembiraan pada ponsel di pelukannya.
Chanyeol yang sedari tadi menatap Baekhyun hanya menggeleng-gelengkan kepalanya mencoba memaklumi tingkah sahabatnya itu. Meskipun ia sangat penasaran sebenarnya mengapa Baekhyun tiba-tiba menjadi seperti itu.
"Baek? Apa kepalamu terluka? Kemari, aku akan melihatnya."
"Ishh, kau mengganggu saja. Lihat ini."
Baekhyun memperlihatkan layar ponselnya yang tertera sebuah tulisan 'Baekhee' di sana. Chanyeol mengernyit heran, siapa itu Baekhee? Apa dia kekasih Baekhyun? Tidak tidak, Baekhyun terlalu sibuk belajar untuk mencari seorang wanita, lalu siapa dia? Isi hati seorang Park Chanyeol terlalu jelas ia ucapkan sehingga menggelak tawa sosok dihadapannya.
Baekhyunpun menarik kembali ponselnya dan sejenak mengotak-atik, setelah menemukan yang di cari, Baekhyun kembali menunjukkan ponselnya pada Chanyeol. Sebuah foto, sebuah foto yang membuat Chanyeol semakin heran. Kapan Baekhyun pernah memakai wig dan baju seperti itu? Sepertinya banyak hal yang Chanyeol tak ketahui tentang Baekhyun.
"Kau?"
"Ishh, tidak tidak, ini bukan aku Yeol. Dia Baekhee, saudari kembarku."
"Saudari-apa?"
"Saudari kembarku Yeol, Byun Baekhee."
"Hah?"
Baekhyunpun mulai menceritakan segalanya, tentang dirinya, tentang saudarinya, tentang orang tuanya, tentang keluarganya. Banyak waktu yang Chanyeol habiskan bersama Baekhyun, namun bukan berarti Chanyeol mengetahui segalanya. Yang Chanyeol tau hanyalah Baekhyun tinggal bersama ayahnya, tak pernah tertarik dengan yang lain karena terlalu menarik seorang Baekhyun yang begitu ceria.
Baekhyun terlihat baik-baik saja saat menceritakan kisahnya, tapi Chanyeol tau Baekhyun terluka. Sehingga yang ia lakukan saat ini adalah memeluk Baekhyun sekedar menenangkan. Chanyeol tak pernah tau jika Baekhyun memiliki seorang ibu dan saudari, saudari kembar lebih tepatnya. Mereka benar-benar terlihat sebagai pinang dibelah dua, wajar saja karena dari gambar yang Chanyeol lihat, Baekhee seperti Baekhyun versi wanita. Meskipun logikanya seperti itulah adanya.
Orang tua Baekhyun bercerai saat Baekhyun menginjak kelas satu di sekolah dasar. Ibunya pergi membawa saudarinya dengan paksa, saat itu Baekhee meronta untuk tak dipisahkan dengan saudaranya, namun ibunya tak menggubrisnya. Sedangkan Baekhyun, hanya menatap kepergian ibu dan saudarinya tanpa setetespun air mata di wajahnya. Terkadang, seseorang yang begitu terlukalah yang terlihat baik-baik saja.
Baekhyun dan Baekhee sangat jarang bertukar informasi, semua hubungan yang terjalin bahkan dapat terhitung oleh jari. Satu tahun sekali untuk merayakan hari lahir, mereka jadikan waktu terbaik untuk berkomunikasi. Namun saat ini, entah mengapa tiba-tiba Baekhee menghubungi Baekhyun. Ia mengatakan bahwa akan ada kejutan untuk saudara kembarnya itu.
Chanyeol tentunya merasa bahagia saat melihat Baekhyun bahagia, meskipun ada hal lain yang entah mengapa membuatnya tak tenang. Selama Baekhyun tersenyum, meskipun bukan dia alasannya, Chanyeol akan tetap bersyukur untuk itu. Dia akan berada di sampingnya melindungi hal-hal yang mereka sayangi.
.
Hari menjadi minggu, minggu menjadi bulan, cukup lama waktu yang telah mereka jalani selama SHS. Ada beberapa hal berubah dalam kebiasaan yang mereka lakukan. Sebuah ponsel, sebuah ponsel menjadi hal yang diutamakan dimanapun Baekhyun berada. Saat belajar, bermain, makan, bahkan tak ada lagi perlombaan karena terlalu sibuk membalas sebuah pesan.
Awalnya Chanyeol berusaha memahami karena Baekhyun sangat merindukan saudarinya. Namun, jika tak ada lagi waktu yang diluangkan untuknya, maka jangan salahkan Chanyeol jika ia merajuk memaksa sebuah atensi.
Chanyeol hanya ingin mereka seperti pada beberapa saat lalu, meski ia harus menerima kini bukanlah ia satu-satunya alasan sebuah senyuman. Waktu Baekhyun terlalu banyak dihabiskan dengan ponselnya berkomunikasi dengan Baekhee. Maka tak jarang bagi Chanyeol mengirim spam pada Baekhyun walau ia berada di sebelahnya.
Di awal, Baekhyun tak mengerti mengapa Chanyeol melakukan itu. Ketika memaksa meminta sebuah penjelasan, Chanyeol hanya akan mengangkat kedua bahunya lalu pergi. Namun ternyata, Baekhyun bukanlah seorang pria yang peka terhadap situasi. Sehingga membuat Chanyeol menyerah atas sikapnya sebagai tindakan demokrasi.
Malam itu, Baekhyun dipaksa menginap oleh Chanyeol. Tak ada masalah untuk Baekhyun karena menjadi kebiasaan berada di dalam ruangan yang sama dengan Chanyeol. Namun sebuah tanduk transparan tiba-tiba tersemat di atas kepalanya saat dengan sengaja Chanyeol menyita ponsel yang sedang asik menemaninya.
Saat berada di atas ranjang, tiba-tiba Chanyeol melempar asal ponsel Baekhyun kelantai, tak peduli akibat yang akan ia timbulkan, namun segera bertindak agar sang empu tak beraksi. Di atas ranjang tanpa sebuah kalimat, lengan kekar Chanyeol melingkar sempurna pada tubuh mungil Baekhyun. Baekhyun yang awalnya menegang karena melihat ponselnya tergeletak di lantai, tiba-tiba melemah dalam pelukan sang giant.
Chanyeol terus bergerak mencari posisi ternyaman dalam sebuah dekapan, kepalanya ia tenggelamkan dalam sebuah dada untuk menghangatkan. Anggap saja Chanyeol sedang merajuk dan akhirnya bermanja memanfaatkan keadaan. Baekhyun menarik nafas sejenak, mulai melingkarkan lengannya pada kepala sang giant di hadapannya. Menyimpan dagunya pada puncak kepala sebagai posisi ternyaman, lalu mengelus surai lembut sosok dihadapannya.
Hening tak berlangsung lama, karena selanjutnya yang terdengar adalah omelan sang giant atas sikap sahabatnya yang sangat menyebalkan. Chanyeol menumpahkan segala isi hatinya tentang Baekhee yang tiba-tiba seperti memberi jarak pada dirinya dan Baekhyun. Seperti seorang anak yang kehilangan permennya, lalu mengadu pada sang ibu agar mendapat gantinya.
Baekhyun mengerti sekarang, mengapa akhir-akhir ini Chanyeol menjadi aneh. Dan saat itu, semua kebiasan mulai terjalin kembali, tak ada ponsel yang akan mengganggu, tak ada diri yang akan menunggu. Semua masalah akan mereka hadapi, dengan memulai sebuah komunikasi. Apakah persahabatan mereka akan abadi? Atau hanya sebuah pijakan untuk di lewati?
.
.
Tbc!
RnR?
.
.
Sengaja publish di tanggal ini karena hari ini hari spesial hehe
Awalnya berniat membuat oneshoot, tapi terlalu panjang takut jatuhnya malah bosen. Tenang aja ini cuma twoshoot dan sudah selesai dalam dokumen :) rencana update ketika sang bias ultah hehe. (fyi bias saya itu Baekhyun)
Adakah yang menikmati fiksi dari imajinasi yang tak terdefinisi? Saya senyum-senyum sendiri saat membayangkan semua moment chanbaek yang saya buat, entah kenapa saya sangat menyukai fluffy chanbaek :))
Pengen tau dong menurut pendapat kalian chanbaek bakalan gimana akhirnya? Konfliknya mulai keliatan kan? Klimaksnya akhiran, mungkin jauh dari dugaan hehe
Maaf tidak akan memberi bocoran untuk last chapter :v biarkan kalian penasaran bagaimana semesta memainkan sebuah takdir :)
Saya tau masih banyak kekurangan, maka dari itu kritik dan saran sangat diperlukan.
See you in the last chapter ^^/
and... happy birthday to me hahaha :v
gomawo~
~salam. Aciw
.
p.s: tolong jangan menganggap Baekhee dan Baekhyun adalah orang yang sama, anggap mereka dua insan yang berbeda :v walau kenyataannya emang sama haha.
