Loving You

.

Disclaimer : Masashi Kishimoto

Rate : T

Pair : SasuNaru

Warning : Sho-Ai , Abal , gaje , OOC , alur berantakan, miss typo dan kawan-kawannya

.

Cerita ini murni dari pemikiran Usa. Gomen jika ada kesamaan cerita dan sebagainya.

.

.

.

Seorang pemuda blonde –Naruto Namikaze, putra bungsu dari pasangan Minato dan Kushina tengah berjalan menyusuri jalan-jalan kota Konoha dengan tatapan kosong dan sangat sulit untuk di artikan. Dia sudah berjalan selama tiga jam lebih, kakinya sudah memberontak untuk meminta istirahat namun tak di gubrisnya. Dia tak peduli seberapa lelah kakinya. Dia juga tak peduli seberapa dinginnya hawa musim dingin. Saat ini dia hanya ingin menenangkan diri dan pikirannya yang sudah sangat kacau. Air mata yang sedari tadi di tahannya agar tidak keluar akhirnya pun tak bisa di bendung lagi.

Air matanya turun begitu deras dari kedua pelupuk matanya hingga membasahi kedua pipi tannya. Walau begitu deras air mata yang keluar, tetap saja itu semua tak bisa menghilangkan rasa sakit di hatinya. Rasa sakit yang benar-benar menyakitkan. Tak pernah terbayangkan olehnya bahwa hal ini akan terjadi pada dirinya.

"Naruto?" seorang pemuda lain bersurai merah bata memanggilnya dengan khawatir walau wajahnya tetap memperlihatkan wajah yang datar. Merasa dipanggil, Naruto hanya berhenti berjalan dan berdiri diam di tempat tanpa sedikitpun menoleh kearah sang pemanggil.

"Naruto, tenangkan dirimu. Kembalilah ke rumah. Kyuubi dan orangtuamu sangat mengkhawatirkanmu" pemuda itu –Sabaku Gaara berucap lembut kepada sang sahabat agar mau mendengarnya. Naruto tak menjawab, dia kembali berjalan sambil tetap menangis. Gaara yang sudah tak tahan dengan sikap Naruto pun dengan terpaksa menarik tangan sahabatnya agar segera pulang. Naruto tak memberontak, dia hanya mengikuti sang Sabaku yang mengiringnya ke mobil.

Dalam perjalanan menuju kediaman Namikaze, tak ada yang membuka suara. Naruto sudah berhenti menangis namun dia tak seaktif seperti biasanya. Sesampainya di rumah, Naruto langsung di sambut kedua orangtuanya dan kakaknya –Kyuubi Namikaze. Walau begitu, Naruto tetap tak menunjukkan perubahan sedikitpun, dia berjalan menuju kamarnya dan mengunci diri di dalam. Tak mengijinkan siapa pun datang untuk mengganggunya.

"Dia hanya butuh waktu untuk sendirian. Kejadian hari ini pasti sangat mengguncang mental dan batinnnya. Jadi, biarkan dia terlebih dahulu" ucap Gaara. Minato dan Kushina hanya mengangguk mengerti sedangkan Kyuubi sedikit menggeram. "Sebenarnya apa yang terjadi pada Naru?"

Semua terdiam, tak ada yang berniat menjawab maupun menjelaskan. "Baik! Jika itu yang kalian mau. Aku akan cari tau sendiri dan akan ku habisi siapapun yang berani membuat Naru sampai berubah seperti ini" geram sang sulung Namikaze. Setelah berkata demikian, dia melenggangkan kakinya pergi dari sana menuju kamarnya sendiri.

Naruto merebahkan dirinya di kasur. Menatap kosong langit-langit kamarnya yang gelap karena lampu tidak dinyalakan olehnya tadi. Dia memejamkan mata mengingat setiap kejadian dan ucapan yang keluar dari kekasihnya –Sasuke Uchiha ketika di rumah sakit. Dadanya kembali sesak bagai diikat dengan tali.

'Sasuke. Apa kau benar-benar tak mengingatku?' batinnya. Matanya mulai berkaca-kaca menandakan air mata akan segera turun. Otaknya kembali memutar kejadian yang terekam sangat jelas di memori ingatannya.

-Flashback-

Di sebuah kamar terlihat seorang pemuda blonde yang tengah asik bergelut dibawah selimut tebalnya. Cuaca yang dingin membuatnya betah terus berada di bawah selimut bergambar rubahnya. Perasaannya sangat tidak tenang, dia merasa ada sesuatu yang akan terjadi tapi dia segera menepis pikiran itu jauh-jauh dan kembali bergelut dengan sang selimut tercinta.

"Hahh. Aku bosan" ucap sang pemuda –Naruto.

"Aku rindu Teme" kali ini dia bangun dari posisi tidurnya menjadi terduduk. Mencari ponsel berwarna orangenya berada.

Setelah menemukannya dia mulai mencari nomor sang kekasih. Baru saja dia akan menekan tombol hijau untuk menghubungi sang kekasih, tiba-tiba ada telepon masuk berID 'Itachi-nii'. Dia sedikit menaikkan alisnya bingung. Tak biasanya sang kakak ipar menghubunginya pada jam segini.

"Halo?" ucap Naruto ketika mengangkat teleponnya.

'Halo. Naruto? Kau ada dimana?' nada suara yang tertangkap di indra pendengaran Naruto berbeda. Suara sang kakak ipar terdengar sangat parau dan sedih.

"Aku ada di rumah. Ada apa?"

'Bisa kau segera ke rumah sakit Konoha sekarang?'

"Sekarang? Tapi ini sudah malam Ita-nii. Lagipula siapa yang sakit?"

'Sasuke. Dia.. dia…' ucap Itachi menggantung. Perasaan Naruto semakin tidak tenang. Dia meremat kencang selimut rubah kesayangannya.

"Sasuke kenapa?" Tanya Naruto tidak sabaran.

'Dia… Terjatuh saat sedang mengitari gunung seorang diri. Kondisinya sangat kritis saat ini. Jadi datanglah kemari Naruto. Kamar 178" ucap Itachi sedih kemudian memutus hubungan telepon. Naruto yang mendengar hal itu membatu di tempat. Tak bisa bergerak dan berkata-kata. Ternyata perasaan tak tenangnya karena hal ini.

Dengan tergesa-gesa dia bangkit dari kasurnya, mengambil jaket. Masa bodo dengan pakainnya yang terpenting sekarang adalah Sasuke. Kyuubi yang melihat sang adik pergi dengan tergesa-gesa langsung menahannya. Naruto yang sudah tidak peduli dengan sekitar menepis tangan Kyuubi kasar dan berlari menuju rumah sakit Konoha yang letaknya lumayan jauh dari rumahnya.

Perjalanannya ternyata memakan waktu cukup lama. Setibanya disana dia langsung berlari menuju kamar 178 yang untungnya tidak jauh dari pintu masuk. Tiba di tempat tujuan, dia melihat Mikoto yang menangis di pelukkan Fugaku dan Itachi yang berdiri sambil menunduk di tembok di seberang ruang rawat.

"Ita-nii, mana Sasuke?" Naruto memegang pundak Itachi keras dan membuat Itachi sedikit meringis. "Tenang Naru. Sasuke sedang di periksa dokter" ucap Itachi menenangkan Naruto walau kenyataannya dia juga tak bisa tenang melihat kondisi sang adik.

Tak berapa lama dokter yang memeriksa Sasuke keluar. Mikoto langsung menanyakan kondisi Sasuke yang di jawab dengan anggukan sang dokter. Mereka yang berada di sana tersenyum bahagia namun kebahagiaan itu tak berlangsung lama karena sang dokter berkata bahwa Sasuke kehilangan sebagian ingatannya akibat kejadian tersebut. Semua membatu, terpaku pada pikiran masing-masing.

"Kalian boleh mengunjunginya saat ini. Tapi jangan membebankan pikirannya karena itu akan membuatnya sakit" sang dokter berlalu dari sana. Mereka langsung memasuki kamar rawat Sasuke. Pemuda raven tersebut terbaring lemah di atas kasur putih.

.

.

Tiga jam lamanya mereka menunggu Sasuke siuman dan akhirnya yang di tunggu pun sadar. Sasuke membuka kedua kelopak matanya.

"Dimana aku?" ucapnya.

"Sasuke" Mikoto memeluk pelan badannya anak bungsunya. Fugaku hanya tersenyum tipis sama halnya dengan Itachi. Sedangkan Naruto menangis bahagia melihat sang kekasih tersadar.

"Tou-san, Kaa-san, aniki, dan.." ucap Sasuke menggantung. "Siapa kau?" lanjutnya lagi. Mereka yang mendengar ucapan Sasuke tentunya terkejut.

"Sasuke, kau tak ingat? Dia Naruto" Itachi berkata lembut sambil berjalan mendekati sang adik. Sasuke menggeleng sebagai jawaban. "Naruto? Siapa?"

Deg

Naruto terdiam, lidahnya terasa kaku untuk berkata. Badannya terasa dipaku agar tak dapat bergerak.

"Dia kekasihmu, sayang" Mikoto mengelus pelan kepala anak bungsunya.

"Kekasih? Kekasihku itu Sakura" ucapnya kemudian. Naruto terdiam, tak dapat berkata-kata. Tadi Sasuke bilang apa? Sakura? Kekasihnya? Dadanya seperti ditikam oleh pisau tajam.

"Sasuke…" ucapan Itachi terpotong oleh sang Namikaze bungsu. "Ita-nii tak perlu dipaksakan. Aku pulang dulu" Naruto berjalan keluar dari sana, sebelum keluar dia sempat melirik kearah Sasuke yang menatapnya bingung. Naruto berdiri menutup pintu pelan, diam tak bergerak dari depan pintu. Mengatakan bahwa itu semua adalah mimpi namun sayang itu adalah kenyataan. Kenyataan yang pahit.

-Flashback off-

Dia menyeka air matanya kasar. Berusaha melupakan semuanya. Melupakan kenyataan bahwa sang kekasih melupakannya. 'Aku akan selalu menyayangimu Sasuke' batinnya. Dia memejamkan matanya paksa. Akhirnya dia pun tertidur dengan air mata yang masih membasahi kedua pipinya.

_usane-san_

Itachi duduk di atas sofa yang ada di kamar rawat Sasuke. Dia menatap kosong ke arah sang adik. Kedua orang tuanya telah pulang ke rumah dan dia yang bertugas menjaga sang adik malam ini. Sasuke sedang tertidur dengan lelap di atas kasur. Tapi tak berapa lama terdengar suara teriakan dari arah sang adik. Itachi pun reflek bangun dari duduknya dan berlari kea rah Sasuke.

"Sasuke..Kau baik-baik saja? Sasuke" dia menepuk pelan pipi sang adik. Berharap dapat menyadarkan sang adik.

Mata Sasuke terbuka, nafasnya berderu, wajahnya basah oleh keringat, kepalanya pun sakit. "Aniki" suaranya terdengar parau.

"Tenang Sasuke. Tenang" Itachi menenangkan. "Apa yang terjadi?"

"Aku.. bermimpi terjatuh dari gunung" jawab Sasuke sambil memegang kepalanya yang semakin pusing. "..dan aku melihat seorang wanita yang mendorongku hingga terjatuh" lanjut Sasuke yang semakin memegang erat kepalanya.

Selama beberapa menit suasana ruang rawat itu menjadi hening yang terdengar hanyalah suara deru nafas berat Sasuke. "Itu hanya mimpi Sasuke. Tenanglah dan kembali beristirahat, ne?" Itachi yang telah sadar dari keheningan segera membaringkan kembali badan sang adik kemudian menepuk kepalanya pelan. Sasuke yang merasa nyaman kembali memejamkan mata dan berusaha untuk tidur.

Setelah Sasuke tertidur –lagi. Dia mengambil ponselnya dan menghubungi seseorang.

"Kakashi, tolong selidiki penyebab Sasuke terjatuh dari gunung. Dan aku harap bisa segera mendapat kabar darimu" ucapnya kepada seseorang di sebrang telepon. Dia pun merebahkan diri di atas sofa untuk ikut beristirahat.

.

.

.

Sebulan berlalu semenjak insiden tersebut. Semua kembali normal namun tidak dengan hubungan Sasuke dan Naruto. Jika mereka bertemu, mereka seperti tidak mengenal satu sama lain. Saling tak menyapa ataupun berbicara. Sasuke memang memiliki sifat pendiam dan dingin. Sedangkan Naruto? Dia yang mempunyai sifat kelewat aktif itu tak ada usaha mendekati sang Uchiha bungsu sedikitpun. Takut mungkin.

"Naru?" Gaara menepuk pundak Naruto pelan.

"Kenapa?" balas Naruto sambil tersenyum lima jari. Perlahan sikap Naruto kembali seperti semula tapi terkadang dia juga masih sering bersedih jika sedang sendirian.

"Kau tidak apa-apa kan?" tersirat kilatan khawatir di mata jade sang Sabaku. Naruto mengangguk dan tersenyum seperti biasa.

Mereka berjalan bersama menuju kelasnya yang sudah terlihat ramai oleh siswa-siswi. Naruto langsung menduduki kursinya dan menyandarkan kepala pirangnya di atas meja. Gaara hanya geleng kepala melihat tingkah sahabatnya yang kelewat malas jika berhubungan dengan sekolah. Kelas mereka semakin ramai ketika terdengar suara teriakan-teriakan dari siswi yang mengerubungi sang pangeran sekolah –Sasuke.

Sasuke berjalan tenang memasuki kelas, tak terlalu memusingkan teriakan para gadis yang berisiknya bukan main. Ketika melewati Naruto, mereka tak sengaja saling bertatapan cukup lama.

Sapphire bertemu Onyx

Siang bertemu malam

Cerah bertemu gelap

Naruto yang tersadar langsung memutuskan tatapan mata mereka dengan mengalihkan pandangannya dari mata sang Uchiha. Entah kenapa Sasuke merasa tak rela melepaskan tatapannya dari sapphire indah Naruto. Dia merasa kenal dan rindu dengan tatapan mata itu. Suasana sempat menjadi hening sesaat ketika mereka saling bertatapan satu sama lain namun para siswi kembali berteriak ketika tatapan mereka terputus.

"Bisakah kalian diam?" seorang pemuda bersurai orange kemerah-merahan memasuki kelas dengan tatapan garang. Membuat siwi-siswi yang tadi berteriak terdiam dan juga semua siswa di kelas terdiam membatu melihat tatapan kejamnya.

"Kyuu-nii? Sedang apa di sini?" Naruto bangkit dari posisi duduknya dan berjalan menuju sang kakak –Kyuubi. Melihat Naruto menghampirinya, dia langsung menggeret sang adik keluar kelas.

"Naru, apa benar bahwa Sasuke…" ucapannya terpotong oleh pemuda lainnya yang baru hadir di antara Naruto dan Kyuubi.

"Kyuu, sudah kukatakan jangan" Itachi menarik kerah belakang Kyuubi agar menjauh dari sang adik. Sebelum menjauh, Naruto sempat mendengar sang kakak mengumpat kesal kepada Itachi. Naruto mengangkat kedua bahunya dan kembali ke kelas.

_usane-san_

Istirahat. Waktu yang paling di tunggu-tunggu oleh semua siswa-i yang jenuh dengan pelajaran sekolah. Bel istirahat pun berbunyi, semua siswa-i berhamburan keluar untuk makan siang. Sasuke pun ikut keluar kelas, namun bukan untuk makan siang melainkan untuk mencari ketenangan untuk beristirahat. Dia berjalan menuju atap sekolah yang menurutnya adalah tempat paling tenang di seluruh penjuru sekolah.

Dia merebahkan dirinya, menyamankan posisi. Dia datang bukan untuk tidur melainkan untuk menenangkan pikirannya yang belakangan ini kacau karena berusaha mengingat sesuatu atau seseorang yang rasanya sempat dia lupakan. Setiap dia berusaha mengingatnya, kepalanya akan terasa sangat pusing. Dia menatap langit cerah.

Aku mencintaimu.

Suke, jangan tinggalkan aku, berjanjilah untuk selalu bersamaku.

Tak peduli apapun yang terjadi padamu, aku akan tetap menyayangimu dan menjaga perasaan ini untukmu seorang. Sasuke.

'Suara itu lagi' batin Sasuke sambil memegangi kepalanya. 'Sebenarnya siapa pemilik suara itu?' batinnya lagi sambil berusaha mengingat wajah pemilik suara. Namun gagal, malah kepalanya semakin sakit jika terus dipaksakan.

"Sasuke-kun?" gadis bersurai merah muda muncul dari balik pintu dengan membawa dua bekal bento buatannya. Sasuke bangkit dari posisi duduknya dan membiarkan sang gadis –Sakura Haruno duduk di sampingnya. Sakura memberikan satu bekal bento kepada Sasuke. Mereka memakan bekal bersama.

Selesai makan, Sakura bergelayut manja di tangan Sasuke. Sesekali memainkan rambut ravennya.

"Sasuke, aku mencintaimu" ucapnya. Sasuke hanya mengangguk. Dia tidak merasakan apa-apa ketika bersama dengan Sakura. Tapi berbeda dengan suara-suara yang sering terdengar di pikirannya.

Suara itu sangat membuatnya rindu. Suara itu bagaikan melodi yang menenangkan dan menghangatkan hatinya yang kacau. Dia ingin tau siapa gerangan pemilik suara itu?

"Sakura" Sasuke menatap mata Sakura dalam. Sakura sempat tersentak takut melihanya. Dia mengalihkan pandangannya dari mata kelam Sasuke

"Ada apa?"

"Apa benar kau kekasihku?" Tanya Sasuke to the point

"Tentu saja Sasuke. Kita sudah berpacaran sejak…" Sakura menggantung kalimatnya. Tampak berpikir. "Sejak dua tahun yang lalu" lanjutnya. Sasuke hanya menatap datar kepada Sakura. tak memberi respon.

"Kau tidak berbohong?" Tanya Sasuke lagi. Sakura terdiam sesaat. Kemudian menatap mata kelam Sasuke. "Tentu. Kau tidak mempercayaiku?" Sakura balik bertanya.

Sasuke hanya tersenyum tipis sebagai jawaban. Wajah Sakura sedikit bersemu merah melihatnya.

Tanpa mereka sadari , sedari tadi Itachi melihat mereka dengan tatapan dingin dan datar. Atau lebih tepatnya kearah Sakura. Dia mengepalkan kedua tangannya erat. "Kita lihat saja nanti. Haruno" gumamnya pelan sambil menyeringai penuh arti dan beranjak dari sana.

.

.

ToBeContinued

.

.

A/N :

Holaa, usa here. Gomen. Usa malah update ff baru bukannya nyelesaiin yang lain #pundung.

Ehem. Gimana ff usa yang ini? Absurd? Gaje?

Usa harap ff ini gak mengecewakan para readers sekalian ~

Arigatou buat yg udh nyempetin baca yap.

Saran dan kritik kalian akan sangat membantu sekali ~

RnR please?