Halo~ semua!!

Ini fic ke tiga aku :)

Semoga suka!! :D

Bleach © Kubo Tite

The Cursed Witch © Yuinayuki-chan


"Aku adalah penyihir.. aku manusia yang menerima kutukan.."


Sebuah bayangan melintas di atas awan, di tengah-tengah bulan purnama yang menampakkan seluruh tubuhnya. Membentuk sebuah tubuh manusia sempurna, yang meyunggingkan senyum setannya dengan mata berkilat marah dan penuh dendam.


420 tahun lalu..

Seorang pemuda berdiri di depan seorang kakek tua yang terlihat tenang. Pemuda itu menggeram marah.

"Di mana.. di mana Miyako? Di mana dia?" bentaknya penuh amarah. Kakek itu membuka salah satu matanya. "Beritahu aku di mana dia!"

"Cih, berani sekali kau! Apa kau tidak sadar.. kau sudah melanggar aturanku.."

"Apa perduliku?! Peraturan yang dibuatmu, melarang bangsa penyihir untuk mendekati manusia, ha?! Aku dan Miyako tidak akan pernah mematuhi aturanmu!" bentak Kaien penuh amarah.

"Apa kau yakin Miyako tidak mematuhinya?" tanyanya berusaha tenang.

"Ha! Tentu saja! Miyako berjanji padaku.. akan hidup bersamaku. Dan aku juga berjanji akan selalu menjaganya dan melepaskan Miyako darimu dan aturan itu!"

"Hh.. berani sekali kau! Miyako tidak akan pernah hidup bersamamu dan kau tidak akan pernah bisa melepaskannya dari aturanku!"

"Rg.. diamlah! Cepat beritahukan aku di mana Miyako! Genryuusai!" Yamamoto tidak merespon. Kaien menggeram marah, menghampirinya. Yamamoto tetap diam dan mulutnya bergerak-gerak dan membuka ke dua matanya dan menatap Kaien tajam. Tiba-tiba tubuh Kaien terangkat ke atas.

"Grh.. Sial! Kau menggunakan kekuatanmu untuk menghalangiku menemui Miyako?!" Kaien meronta-ronta marah. Yamamoto menudingkan jari telunjuknya ke arah dinding. Bersamaan dengan itu tubuh Kaien terlempar dan menghantam keras dinding. Ada cucuran darah segar dari kepala Kaien. Yamamoto kembali menggerak-gerakkan bibirnya dan tiba-tiba saja di belakang Kaien muncul sebuah pintu. Kaien yang masih bisa bergerak berdiri dan melihat celah yang ada di depan pintu itu. Mata Kaien melebar mengetahui siapa orang yang ada di dalam ruangan yang pengap dan gelap itu. Kaien tidak mengerti kenapa Yamamoto menunjukkan di mana Miyako berada, walaupun dengan cara yang cukup kasar.

"Mi.. Miyako!!" jerit Kaien. Wanita yang terbaring lemah di lantai itu terbangun.

"Ka.. Kaien? Kaukah itu?" Miyako menyeret tubuhnya mendekati celah pintu di mana Kaien memanggilnya. Kaien bisa merasakan suara Miyako berbeda dari biasanya, terdengar parau. Dan Kaien bisa merasakan juga ada bunyi lain selain suara Miyako.

"Mi.. Miyako! Iya ini aku.."

"Kaien.. sedang apa kau di sini?! Pergilah cepat! Aku tidak ingin kau terluka.." suara parau Miyako kembali terdengar menusuk telinga Kaien. Miyako memegang kakinya disusul suara batuk dari Miyako.

"Miyako.. apa kau baik-baik saja?" tanya Kaien. Miyako tersenyum lemah.

"A, aku baik-baik saja.." Kaien tersenyum, dan matanya menangkap sesuatu yang ganjil. "Mi.. Miyako.. kenapa kakimu?" tanya Kaien berusaha melihat kaki Miyako. Miyako menekuk kakinya berusaha menyembunyikannya dari Kaien. Lagi-lagi suara itu terdengar lagi, saat Miyako menggerakkan kakinya. Kaien bisa melihat dan matanya melebar mengetahui benda apa itu. Sebuah bola hitam besar yang terhubung denan rantai yang diikat pada pergelangan kaki Miyako. Amarah Kaien kembali naik dan menatap tajam Yamamoto.

"Kaien, kau kenapa?" tanya Miyako cemas. Kaien tersenyum.

"Aku akan kembali." Kaien berbalik dan berjalan ke arah Yamamoto. Miyako merasa hal yang tidak baik akan terjadi.


"Genryuusai.." Yamamoto membuka salah satu matanya yang terpejam.

"Kau apakan Miyako?" Kaien mengepalkan tangannya kuat, darah segar mengucur di telapak tangannya. Kaien menggenggam tangannya terlalu kuat dan membuat telapak tangannya tergores kukunya. Yamamoto tetap diam dan menutup matanya kembali.

"GRH!! Genryuusai, kau apakan Miyako?" Yamamoto kembali membuka sebelah matanya.

"Aku menghukumnya. Melanggar aturanku. Bersentuhan dengan manusia. Aku menghilangkan kekuatannya."

"Apa?! Menghilangkan kekuatan Miyako?! Kau ayahnya bukan?! Kenapa kau tidak memihak Miyako?! Dan tetap menghukumnya karena aturan konyolmu itu.. apa-apaan kau ini?!"

"Diamlah!" Yamamoto berdiri dan menghentakkan kakinya dan menggerak-gerakkan bibirnya. Tubuh Kaien tiba-tiba terdorong ke belakang dan menghantam keras pintu tempat Miyako dikurung. Miyako terlonjak mendengar suara hantaman keras yang mengenai pintu tempatnya dikurung. Miyako berusaha melihat keluar. Matanya membelak.

"Ka.. Kaien!! Kaien!!" Miyako melihat Kaien ada di depan pintu, tubuhnya bersandar pada dinding. Tak sadarkan diri.

"Ayah! Ayah! Jangan lakukan yang lebih dari ini, ayah.. aku mohon.. jangan lakukan lebih dari itu ayah.." Yamamoto melihat mata anaknya basah.

"Kau yang membuatku harus melakukan hal ini, Miyako.."

"Ayah! Jangan!" Yamamoto tidak merespon Miyako. Miyako menangis melihat Kaien yang akan mati di tangan Yamamoto. Miyako meletakkan tangannya di depan dadanya, menutup matanya. Tiba-tiba cahaya yang menyilaukan keluar dari tubuh Miyako.

"Ayah.. kumohon.. dengarkan aku untuk terakhir kalinya.. karena seumur hidupku, aku hanya memberitahukan ini pada ibu.." Yamamoto tetap tidak merespon, hilang kesabaran Miyako.

"Ayah! Kumohon dengarkan aku!" Yamamoto melihat Miyako. Matanya melebar.

"Kekuatanmu.."

"Ya.. aku sengaja tidak memberitahukan pada ayah, sebenarnya aku punya kekuatan yang tidak bisa dihilangkan.. dan aku hanya memberitahukan ini semua pada ibu.. dan sekarang aku.." sebelum Miyako menyelesaikan kalimatnya tubuhnya hilang. Mata Yamamoto melebar. Dimasukinya ruangan tempat Miyako dikurung. Sepi.


"Bawa dia keluar!" seorang penjaga membawa tubuh Kaien dan meletakkannya di tengah jalan, berharap ada yang menemukannya. Pintu pagar besar itu naik dan tertutup. Tiba-tiba kastil tempat tinggal para penyihir hilang dan dalam sekejap mata kastil itu berpindah tempat ke atas bukit. Sejak saat itulah tak ada satupun penyihir yang terlihat, seperti hilang ditelan masa. Dan 210 tahun kemudian, kastil itu lenyap tanpa bekas dan tidak ada orang yang mempertanyakan kemana hilangnya para penyihir. Tapi.. semua itu tidak berlangsung lama. Kemudian.. Muncul seorang gadis manusia yang memiliki kekuatan penyihir..


Di sebuah kota bernama Karakura, di tengah malam bulan purnama. Di taman bunga sakura, muncullah seorang gadis yang membawa sapu lidi dan menyunggingkan senyumnya.

"Akan kubuat semuanya berantakan.." gadis itu tertawa kecil. Kemudian gadis itu menghentakkan kakinya, dan dia sudah melayang di udara. Gadis itu memutar badannya dan tangannya mengangkat ke atas. Bibirnya bergerak-gerak dan tiba-tiba saja muncul angin besar dari telapak tangan kanannya dan merontokkan semua bunga sakura.

Gadis itu menatap pohon bunga sakura yang gundul. Sesungging senyum melekat di wajahnya. "Cantik. Malam ini aku akan bersenang-senang." gadis itu menaiki sapunya lalu melesat dengan cepat, dan tidak terlihat lagi.


"He?! Bunga sakura rontok?! Ba.. bagaimana bisa?! Taman itukan dirawat baik-baik.. padahl aku ingin sekali melihat bunga-bunga yang baru mekar.. gagal deh!" jerit seorang gadis ada nada kecewa di kalimatnya.

Grek

Seorang gadis berambut hitam masuk ke kelasnya, semua yang ada di kelas memperhatikannya. Gadis itu berjalan menunduk menuju bangkunya. Tak sedikitpun yang mengalihkan perhatian darinya.

"Ah.. keluar ah.. monster sudah datang.. tidak asyik!" seru murid cowok yang duduk di belakang, berjalan keluar kelas dan teman-temannya mengikutinya tanpa suara. Gadis itu menunduk sedih memegang tangan kanannya yang diperban. Ada genangan air di pelupuk matanya.

To Be Continued…


Hya!! Hya!! –jerit-jerit gak jelas-

Jelek ya?? Aneh ya?? Bingungin ya??

Ah.. iya!! Aku mau ngucapin terima kasih buat.. Kiky (senior yang berbeda aliran XD). Yang udah bantu aku milihin tokoh yang pas. Bantuin aku milih genre. Bantuin aku kasih judul fic ini. Bantuin aku banyak buangeet!! Makasih banyak yo!! Terus.. buat semua yang udah baca dan review. Terima kasih!

Jangan lupa review ya! Terserah mau isinya apa.. :)

Terima kasih! :)