Tittle : GIVE ME A SECOND CHANCE, JOONGIE
Cast : Jung Yunho, Kim Jaejoong, Park Yoochun, Kim Junsu (yeoja), Shim Changmin and other cast
Genre : Angst/Hurt/Comfort/NC21
Dilarang keras mengcopas! Ini fanfic ku yang kesekian tapi baru ini yang aku post karna cerita-cerita sebelumnya aku males buat ngetik dan jadi fantasiku aja. Semoga suka ya, happy reading ^^
Catatan kecil : map-maap kate ni buat yg belom cukup umur
Ketjup Jauh :* #nadal
Sebaiknya jangan pernah temui aku lagi, Joongie. Anggap saja kita tidak pernah saling mengenal, aku..kecewa padamu/kau merusak membuatku kehilangan dia! Kau membuat hidupku hancur! Kau merusak semuanya!/apa maksudmu kehilangan dia?
ANGST/MPREG
JAEJOONG POV
"Apa yang sebenarnya kau pikirkan Jae! Gugurkan anak itu besok! Atau kau yang akan keluar dari rumah ini!"
Kata-kata appa beberapa menit yang lalu masih terngiang di telingaku. Di usiaku yang baru 17 tahun aku harus mengalami ini. Aku tidak bisa, ini bukan salahnya hadir dalam tubuhku. Aku tahu ini aib bagi keluargaku, tapi apa calon bayiku tidak memiliki hak untuk hidup. Jika aku bisa memilih, aku pun tak ingin ini terjadi. Sekali lagi aku melihat alat kontrasepsi yang umma berikan padaku untuk memastikan kondisiku. Garis di alat itu menunjukkan dua garis yang berarti ada kehidupan dalam diriku. Ku sentuh dan usapkan pelan perutku yang masih rata. Ani, aku tidak bisa melakukannya, bagaimana pun resikonya, aku akan tetap mempertahankannya.
JAEJOONG POV end
Tanpa berlama-lama Jaejoong segera menuju lemari pakaiannya, mengambil beberapa potong baju, buku-buku sekolah dan memasukkannya kedalam tas kecil miliknya, tak lupa dengan beberapa lembar won yang selama ini menjadi tabungannya. Saat itu juga pintu kamarnya terbuka menampakan sang umma yang kini tengah menangis.
"Joongie, umma mohon pertimbangkan kembali keputusanmu sayang" ucap sang umma dengan membelai wajah Jaejoong yang kini juga berliang air mata.
Bukan menjawab dengan kata-kata, Jaejoong justru memainkan jari-jari lentiknya untuk menjawab sang permohonan sang umma. "sudah aku putuskan umma, gwaenchana, semua akan baik-baik saja". Sang umma yang mengerti apa yang dimaksud dengan Jaejoong langsung menggelengkan kepalanya. Namun Jaejoong meyakinkan sekali lagi dengan anggukan kepala. Mencium kening sang umma, dan berjalan perlahan meninggalkan kamarnya, meninggalkan sang umma yang menangis semakin menjadi.
Jaejoong memang tidak bisa bicara, tapi bukan berarti dia tuli, sebuah kecelakaan masa lalu saat usianya 2 tahun yang menimpa keluarganyalah yang membuat kondisinya seperti sekarang ini. Kecelakaan mobil yang membuatnya harus rela kehilangan pita suaranya. Sejak saat itu Jaejoong mulai membiasakan diri dengan menggunakkan bahasa isyarat.
Setelah Jaejoong turun dari tangga lantai dua kamarnya, Jaejoong melihat sang appa yang tengah berdiri dengan tangan yang di lipat di depan dada dan menatapnya dengan tajam.
"jadi kau memutuskan untuk pergi dari rumah ini begitu!" ucap sang appa dengan nada tinggi. Jaejoong menanggapinya hanya dengan anggukan.
"kau benar-benar-" saat appa Kim mengangkat tangannya untuk menampar Jaejoong, umma Kim segera berlari dan menahan tangan sang suami agar tidak menampar Jaejoong.
"kumohon jangan lakukan itu pada Joongie" ucap umma Kim sambil menangis. Appa Kim yang sudah kehabisan kesabaran menghempaskan tangan sang istri lalu pergi meninggalkan Jaejoong dan istrinya di ruang keluarga.
"Joongie, umma mohon jangan lakukan ini" sekali lagi umma Kim memohon pada Jaejoong. Tapi Jaejoong tetap pada pendiriannya. Dilepasnya lengan sang umma dengan perlahan dan pergi meninggalkan rumah tanpa menoleh kebelakang. Tak tahukah umma, bahwa Jaejoong tengah menangis saat meninggalkan rumah?
Setelah lama berjalan, tanpa sengaja Jaejoong melihat kedai yang sedang membutuhkan pelayan. Tanpa pikir panjang Jaejoong langsung masuk kedalam kedai. Saat masuk Jaejoong hanya melihat satu pelayan. Pelayan itu pun melihat kearah Jaejoong.
"anda mau pesan apa?" Tanya pelayan tersebut. Jaejoong langsung mengeluarkan notenya dan menulis sesuatu. "apakah ahjusshi membutuhkan seorang pelayan disini?". Pelayan tersebut memandang heran pada Jaejoong 'apa anak ini bisu?'. Karena pelayan tersebut malah memandanginya, Jaejoong langsung mengibaskan tangannya di depan wajah pelayan tersebut.
"ah, iya aku pemilik kedai ini dan disini memang benar di sini menerima pelayan tapi-" penjelasan ahjusshi tersebut langsung terhenti ketika Jaejoong mulai menulis lagi pada notenya. 'aku bisa melakukannya dengan baik ahjusshi, aku juga bisa memasak, kumohon bantu aku ahjusshi'. Pemilik kedai tersebut memandang Jaejoong lagi, tubuhnya yang mulai menua tentu tidak akan bisa terus melayani kedai seorang diri. Jaejoong kembali menulis dalam note 'jika tidak bisa, tidak apa-apa ahjusshi, maaf telah mengganggu waktumu'. Setelah menunjukkan notenya Jaejoong segera berbalik untuk meninggalkan kedai.
"chakaman" mendengar iu Jaejoong langsung berbalik. "namaku Jang Geunseok dan kau bisa memanggilku dengan Jang ahjusshi, siapa namamu?" Jaejoong menuliskan nama dan nama panggilannya pada note. "baiklah Jaejoong, kau mulai bisa bekerja di sini besok" Jaejoong yang terkejut langsung membungkukkan badannya berkali-kali.
Setelah itu Jaejoong keluar kedai sehabis membuat kesepakatan soal waktu kerja Jaejoong setelah sekolah dan mengenai gaji, Jaejoong memutuskan untuk mencari tempat tinggal. Tak lama Jaejoong mendapatkan sebuah flat yang cukup dengan kantongnya dan tak jauh dari kedai. Saat masuk kedalam flat, di sana hanya terdapat satu buah kasur lantai, lemari kecil dan beberapa alat dapur serta kamar mandi yang kecil. Flat itu mungkin hanya cukup untuk dirinya dan anaknya kelak. Meski begitu Jaejoong masih berharap jika kedua orang tuanya mau menerima keadaan dirinya. Jaejoong segera merapikan pakaian dan buku-bukunya. Hari itu pun berlalu.
.
Sinar matahari pagi menyusup masuk kedalam sebuah kamar, membuat seorang namja menggeliatkan tubuhnya. Dengan segera namja itu menuju kekamar mandi untuk bersiap-siap. Setelah selesai dia melihat pantulan dirinya di cermin.
"kau tampan Jung" dengan percaya dirinya namja Jung itu mengucapkan kalimat itu.
Setalah keluar dari rumahnya, namja itu segera mengambil motornya dan pergi tepatnya menuju sekolah. Saat dia turun dari motor sportnya di parkiran sekolah, siswi-siswi langsung berteriak histeris melihat kedatangannya. Bukan karena takut, melainkan siswi-siswi itu mengagumi sosok namja Jung tersebut. Tanpa menoleh ataupun memperdulikan teriakan itu, namja Jung itu terus jalan memasuki gedung sekolah dan berjalan ke kelasnya. Tanpa sengaja dirinya yang tengah mendengarkan music tiba-tiba saja bertabrak oleh seorang namja berseragam sama dengannya. Namja Jung itu memang tidak jatuh, tapi namja yang tadi bertabrakan dengannya jatuh dengan buku yang di bawanya.
"kau! Apa kau tidak punya mata? Sudah bisu, tisak menggunakan mata pula" bukannya membantu, namja Jung itu justru menghina dan meninggalkan namja tadi yang tak lain adalah Jaejoong. Dengan segera Jaejoong bangun dan mengambil bukunya karena risih dengan tatapan sinis siswa-siswi yang ada di koridor yang sama dengannya.
Namja Jung atau Jung Yunho nama lengkapnya, dengan santai jalan memasuki kelas. Suasana dalam kelas tidak kalah ricuh karena kehadirannya. Sedangkan di kelas lain, Jaejoong memasuki kelasnya hanya di sambut oleh satu orang teman, yaitu teman sebangkunya, Junsu.
"Joongie, kenapa wajahmu lesu begitu?" Tanya Junsu langsung. Jaejoong hanya menjawab dengan gelengan kepala. Junsu sendiri langsung ber'O' ria mengerti apa maksdu Jaejoong.
"heh bisu! Apa tidak ada hal lain yang bisa kau lakukan selain menggeleng dan mengangguk hah?" ucap salah satu teman sekelasnya.
"diam lah Jesicca, lebih baik kau diam daripada harus mengumbar kata-kasar" ucap Junsu membela.
"apa aku salah bicara? Benar bukan yang aku bilang? Dia itu hanya bisa mengangguk dan menggeleng seperti pembantu" ledek Jesicca lagi. Saat itulah Junsu mulai naik pitam dan bangkit dari duduknya hendak menampar Jesicca, namun dengan cepat Jaejoong menahannya dan menggelengkan kepala.
Setiap diperlakukan seperti itu Jaejoong memang tidak pernah melawan. Justru Jusnu lah yang sering tersulut oleh kelakuan orang-orang yang menghina sahabatnya. Selama pelajaran berlangsung keadaan kelas kembali sunyi dan sibuk dengan pelajaran.
.
Waktu pelajaran selesai dengan segera seluruh siswa-siswi membubarkan diri. Termasuk dengan Junsu dan Jaejoong yang sedang membereskan buku-bukunya.
"Joongie, kita mampir ke rumahku yuk, hari ini ummaku memasak banyak makanan, umma bilang ajak kau saja, dia juga sudah rindu beberapa minggu tidak bertemu denganmu" ucap Junsu. Jaejoong langsung mengeluarkan notenya dan menuliskan 'aniyo, aku tidak bisa, ada yang harus aku kerjakan Su-ie, mianhae' Jaejoong menulisakan kata-kata itu dengan wajah yang sedih.
"sebentar saja Joongie ayo lah" rengek Junsu dengan menarik-narik lengan Jaejoong. Jaejoong pun dengan segera manulis kembali 'aku janji lain kali aku akan main ke rumahmu lagi, salamkan saja pada ahjumma kalau aku belum bisa main' Jaejoong menunjukkan notenya seraya tersenyum.
"baiklah, janji ya" pertanyaan Junsu langsung di iyakan oleh Jaejoong. Setelah itu mereka keluar dari gedung sekolah dan berpisah di gerbang sekolah.
Hari ini adalah hari pertama Jaejoong untuk bekerja, dia tidak boleh sampai terlambat. Dengan tergesa dia berjalan menuju kedai.
.
Jung Yunho yang baru saja memasuki rumahnya sudah mendengar ribut-ribut dari ruang keluarga.
"kau juga tidak ada bedanya dengan wanita jalang di luar sana!" ucap sang appa dengan nada tinggi.
"lalu kau sebut dirimu apa? Manusia yang suci dan tidak pernah melakukan kesalahan apapun begitu?!" balas sang umma dengan nada yang tidak kalah tinggi.
Lagi dan lagi keributan di rumah yang selalu membuatnya ingin mengunci diri di dalam kamar. Yang terpenting adalah tidak ada yang bisa membuatnya melihat dan mendengar pertengkaran kedua orang tuanya. Dalam kamarpun tak banyak yang dilakukan oleh Yunho selain tidur atau menyalakan musik sekeras mungkin.
To: Yoochun
Kau dimana? Ayo kuta keluar malam ini.
Send.
Setelah menuliskan pesan singkat untuk sahabatnya Yunho langsung memejamkan matanya. Baru beberapa detik memejamkan mata handphone Yunho sudah berbunyi karena Yoochun dengan cepat membalas pesannya.
From: Yoochun
Ayo kita keluar malam ini, ada yang ingin aku kenalkan padamu.
Itu lah Yoochun, dia selalu saja memperkenalkan yeoja atau namja yang baru dia kenal. Setiap ada yeoja/namja cantik yang dilewatinya, selalu saja di gombali.
Malam telah tiba dan Yunho keluar dari kamarnya. Rumah yang keadaanya sepi, mungkin saja kedua orang tuanya sedang dengan pasangan baru mereka masing-masing (?) tanpa ambil pusing Yunho melenggang keluar untuk pergi ke Mirotic Bar tempat yang di janjikan oleh Yoochun.
.
Dentuman musik terdengar seperti sudah biasa di gendang telinganya. Dengan santai Yunho masuk kedalam bar.
"Yo, Yunho!" teriak Yoochun di tengah keramaian di salah satu meja bersama dengan dua orang yeoja. Yunho yang melihat itu, tanpa menjawab langsung menghampiri Yoochun. "kenalkan ini Tifanny" yunho hanya menganggukan kepalanya dengan tatapan datar.
"oppa, apa kau tidak mengenalku? Kita kan satu sekolah, hampir semua namja tahu tentangku"
"oh ya? Ternyata kita satu sekolah? Tapi sayang aku tidak pernah melihatmu Tifanny-shi, dan jangan harap aku tertarik padamu" ucap yunho dingin.
"tapi setidaknya kita bisa kan untuk mengenal pribadi masing-masing?" ucap Tifanny tidak menyerah.
"bicara apa kau ini" dengus Yunho.
"ya Yunho, kau yang sebenarnya bicara apa, apa kau masih memikirkan anak bisu itu?" potong Yoochun.
"anak bisu? Jaejoong maksudmu?" Tanya Tifanny.
"kalian mengenal Jaejoong anak bisu dari kelas kami?" Tanya Jesicca juga.
"berisik" ucap Yunho dan justru pergi meninggalkan Yoochun, Tifanny dan Jesicca.
"ya! Kau mau kemana?" Yoochun segera mengikuti Yunho yang berjalan kearah meja bar.
"hey, jangan bilang kau masih memikirkan anak itu" Tanya Yoochun lagi.
"diamlah, aku tidak ingin membahasnya"
"ayolah itu sudah lama sekali, lagi pula kau melihat dia tidak terjadi apa-apa kan? Tidak usah di pikirkan, kalaupun dia ternyata hamil, dia pasti langsung meminta pertanggung jawabanmu Jung" Yunho yang tadinya sedang meminum winenya langsung menaruh gelasnya dengan agak keras.
"aku tidak pernah memikirkan itu kau tahu, aku hanya sedang tidak tertarik dengan siapapun saat ini, arraseo?"
"percuma saja kau mengelak, wajahmu itu tidak bisa berbohong" bukannya menjawab Yunho malah meninggalkan Yoochun yang memandangnya bingung. "dasar aneh" lanjut Yoochun dan langsung kembali kemejanya.
.
Yunho langsung pulang, pikirannya berkutat dengan pernyataan Yoochun tadi. Saat memasuki rumah, pikirannya yang masih kacau, di buat semakin kacau oleh kelakuan dua orang yang sedang bercumbu di ruang depan.
"tidak bisa kah kalian melakukan itu di luar?" Tanya Yunho dingin.
Sontak kedua oang yang sedang bercumbu yang tak lain adalah ibu Yunho dan pria selingkuhannya menghentikan aksinya.
"kau sudah pulang Yun?" Tanya umma Jung santai. Sedangkan sang selingkuhan merapikan pakaiannya yang berantakan dengan santai.
"tidak usah berpura-pura peduli dengan ku" ucap Yunho dan pergi mengacuhkan keduanya.
"lebih baik aku pulang chagi, sampai nanti" ucap pria itu seraya mengecup pipi umma Jung dan melenggang pergi.
.
Hari, bulan terus berlalu. Seperti biasanya hari-hari Yunho terus dihiasi dengan pertengkaran kedua orang tuanya dan tidak jarang appa dan ummanya membawa selingkuhannya ke rumah. Berbeda dengan hari ini keadaan rumah yang tampak sepi, mungkin saja umma dan apanya tidak akan pulang melainkan menemani selingkuhannya masing-masing. Yunho memutuskan untuk keluar di sore hari menghilangkan penat.
Tidak jauh berbeda dengan Jaejoong yang menjalankan hari-harinya dengan kegiatan baru. Siapa sangka, Jaejoong mulai terbiasa dengan semua yang ada pada dirinya.
.
JAEJOONG POV
Tidak biasanya hari ini panas sekali. Beberapa kali aku menyeka keringatku, tidak terasa sudah 2 bulan lebih aku bekerja paruh waktu di kedai milik Jang ahjusshi. Jika saja tidak ada dia pasti aku sekarang sudah kesulitan. Ku sentuh perutku yang sedikit menggembung. Baru kemarin aku memeriksakan calon bayiku.
"kau bisa lihat di layar itu adalah calon bayimu, keadaannya sehat dan tidak ada masalah, namun sebisa mungkin kau harus menjaganya, karena di usia kandunganmu yang baru dua bulan satu minggu, kondisi kandunganmu masih sangat rentan"
Kata-kata uisanim kemarin sangat membuatku lega, tapi kata-kata uisanim yang mengatakan bahwa aku harus membicarakan keadaanku ini dengan pasanganku. Sedikit lucu dan sakit mendengar uisanim mengatakan itu, lagipula siapa pasanganku, orang itu bahkan hanya melampiaskan nafsunya padaku. Dan bodohnya aku tidak bisa melawannya.
JAEJOONG POV end
Jang ahjusshi tanpa sengaja melihat wajah Jaejoong yang sedikit sendu saat sedang merapikan beberapa piring di dapur. Dia mengambil segelas air dan memberikannya pada Jaejoong.
"minumlah dulu, kau terlihat lelah" dengan senang Jaejoong mengambilnya dan membungkukan sedikit badannya. "rapikan barang-barangmu, di depan sudah mulai sepi, aku akan menutup kedai ini lebih awal agar kau bisa belajar, ujian sudah tinggal beberapa minggu lagi kan?" sekali lagi Jaejoong tersenyum dan membungkukkan badannya. "jika ada masalah ceritalah, anggap aku adalah orang tuamu disini, Joongie" Jaejoong menganggukkan kepalanya. Kemudian Jang ahjusshi meninggalkan Jaejoong untuk menutup kedai. Jaejoong segera meminum air yang diberikan oleh Jang ahjusshi dan merapikan barangnya, setelah itu pamit untuk pulang.
.
Jaejoong dengan santai berjalan dan memasuki sebuah minimarket. Sasaran utamanya adalah susu untuk orang hamil dan beberapa bahan makanan untuk persediaannya beberapa hari kedepan. Senyum yang masih mengembang seperti tidak ada masalah terus terukir di bibir cherry miliknya. Jaejoong melanjutkan jalannya sambil menenteng kantung belanjaan setelah keluar dari minimarket.
.
YUNHO POV
Sudah cukup lama aku mengendarai mobilku, namun aku masih tidak tau kemana arah tujuanku. Brengsek! Kenapa aku harus terlahir dalam keluarga yang seperti ini. Dengan umma dan appa yang sama brengseknya. Terkadang aku bertanya tapi entah pada siapa, sampai kapan kondisi seperti ini terus terjadi dengan keluargaku. Aku sudah bosan dengan keadaan sekarang.
TIIIINNNNNN!
Dengan kesal aku memukul klakson mobilku, tidak peduli umpatan dari pengguna jalan lain yang terkejut dengan perbuatanku. Yang terpenting aku bisa melampiaskan rasa kesalku saat ini. Tapi tunggu dulu itu seperti….
YUNHO POV end
Yunho menyunggingkan senyum sinisnya saat melihat seseorang yang cukup ia kenal tengah berdiri di pinggir jalan seperti sedang menunggu untuk menyebrang. Tanpa berfikir panjang Yunho menghentikan mobilnya di depan orang yang dimaksud dan menyeretnya masuk kedalam mobil sebelah kemudi. Kantung belanja yang tadi di pegang orang itu jatuh begitu saja. Orang itu tidak lain dan tidak bukan adalah Jaejoong. Dengan wajah yang ketakutan Jaejoong sedikit menjauhkan badannya menempel dengan pintu mobil saat Yunho mulai melajukan kembali mobilnya. Senyuman sinis masih di tunjukkan oleh Yunho meskipun pandangannya lurus kedepan. Jaejoong tidak bisa mengatakan apa-apa selain berfikir bagaimana caranya untuk kabur saat mobil itu berhenti.
Mobil itu berhenti tepat di dalam pagar rumah Yunho yang menjulang tinggi. Yunho memang orang yang sangat kaya, bahkan tempatnya dan Jaejoong bersekolah adalah sekolah yang mendapat bantuan dana dari perusahaan keluarga Jung. Yunho membuka kunci mobil, hal itu di manfaatkan oleh Jaejoong untuk segera keluar dan berlari menuju pintu pagar. Namun gagal karena Yunho jauh lebih cepat dibandingkan dengan dirinya.
"kau mau lari kemana hah?" ucap Yunho dingin sambil menahan tubuh Jaejoong yang jauh lebih kecil dibandingkan dengan dirinya. Jaejoong yang terlihat sudah menangis sedari tadi hanya bisa menggelengkan kepalanya dan berusaha untuk mendorong tubuh Yunho yang memegangi lengannya. Yunho yang mulai kalap langsung menyeret tubuh Jaejoong, tidak peduli tubuh yang diseretnya itu sampai terjatuh, Yunho tetap menyeretnya memasuki rumah dan menghempaskannya kelantai. Jaejoong sedikit meringis, namun suaranya terdengar seperti cicitan. Dengan membabi buta Yunho segera meraup bibir cherry itu. Jaejoong tidak tinggal diam, kembali dia mendorong pundak Yunho, tapi Yunho malah semakin menekan tengkuk Jaejoong agar ciuman itu semakin rapat. Yunho yang kesal karena tidak memdapat balasan karena Jaejoong yang terus mengatupkan bibirnya, langsung menggigit bibir cherry itu dan langsung terbuka, dengan segera Yunho memasukan lidahnya. Tidak terelakan pertukaran saliva dan menetes hingga kedagu mereka.
Saat mulai kehabisan nafas, Yunho segera melepas ciumannya dan memandang Jaejoong. Jaejoong langsung memundurkan badannya. Melihat itu Yunho malah semakin mendekatinya. Semakin mundur tubuh Jaejoong membentur meja di belakangnya, lalu mengambil sebuah vas bunga dan melemparnya kearah Yunho. Vas bunga itu meleset, tapi karena emosi Yunho yang tidak stabil, membuatnya marah dan menjambak surai hitam panjang milik Jaejoong.
"aaa!" Jaejoong yang mendapat perlakuan seperti itu menjerit kecil dan memegangi tangan Yunho yang senantiasa menarik rambutnya.
"berani sekali kau ternyata, Jaejoongie. Tapi apa kau masih bisa melawan setelah ini?!" Yunho yang semakin emosi menghempaskan kepala Jaejoong dan langsung membentur meja di dekatnya.
Pandangan Jaejoong mulai kabur dan kepalanya terasa pening, dengan kesadaran yang masih tersisa Jaejoong memegangi kepalanya dan mencoba untuk bangun. Tapi Yunho kembali menyeretnya menuju tangga untuk kelantai dua kamar Yunho. Kembali Yunho menghempaskan tubuh ringkih Jaejoong kelantai kamarnya hingga tubuhnya tersungkur menangkup. Dengan segera pintu dikunci, Jaejoong terlihat mulai pasrah, Yunho langsung membalikan badannya dan melepas paksa pakaian yang digunakan namja malang tersebut. Jaejoong melakukan perlawanan kembali dengan menahan tangan Yunho ataupun menyilangkan tangan ditubuhnya tapi itu sia-sia saat Yunho berhasil melepas seluruh pakaiannya dan mengikat kedua tangannya. Tubuh ringkih Jaejoong di angkat dan di hempaskan kembali di ranjang king size milik Yunho. Tangis Jaejoong semakin pecah saat Yunho kembali maraup bibirnya. Ciuman itu segera diakhir dengan kegiatan Yunho yang melecuti pakaiannya sendiri. Tangan Jaejoong terikat di ikatkan pada kepala ranjang sehingga pergerakan Jaejoong sangat terbatas. Kaki Jaejoong yang bebas langsung menendang tubuh Yunho
PLAAAKK!
Akibat perbuatannya, Jaejoong mendapatkan sebuah tamparan.
"kau yang memaksaku untuk berbuat kasar Kim!" Yunho langsung menahan kedua kaki Jaejoong dengan tangan dan kakinya. Dengan sekali hentakan Yunho memasukan ketiga jarinya kedalam lubang bagian bawah tubuh Jaejoong. Jaejoong langsung merasa seperti tersengat dan merasakan perih pada bagian bawahnya.
"nngghh!" lenguhan itu terdengar seperti orang yang tengah menahan sakit. Yunho langsung meng'in-outkan ketiga jarinya dalam lubang anal Jaejoong. Saat Jaejoong mencapai klimaksnya dan cairan kental Jaejoong membasahi junior kecilnya, Yunho langsung mengolesinya pada kejantanannya yang sudah mengeras.
"waktunya ke permainan inti Jae" bisik Yunho tepat pada telinga Jaejoong sambil memposisikan kejantanannya di depan lubang anal Jaejoong. Dengan segera dia merasuki lubang itu dengan kejantanannya.
"nnngggg! Mmhhhpppcccckkk…" Jaejoong melenguh dan melengkungkan tubuhnya bibir cherrynya langsung di bungkamkan oleh bibir hati milik namja yang berada diatasnya. Jaejoong kembali menitikan air mata saat benda yang sama seperti beberapa bulan lalu merasuki tubuhnya. Dengan perasaan dan tubuh yang sakit serta tubuh yang semakin lemas, pikiran Jaejoong kembali ke saat kesucian yang telah dijaganya selama 17 tahun di renggut oleh orang yang sama 2 bulan lalu.
-Flash Back-
'sudah kumohon hentikan hiks, ummaaa..' jerit Jaejoong dalam hati. Tubuhnya terus terlonjak dengan posisi menelungkup diatas meja dan kaki kanannya ditahan di atas meja dalam kelas gedung sekolah. Tangannya mencengkram erat pinggiran meja sebagai pelampiasan rasa sakit pada bagian bawah tubuhnya.
"so tigh! Fuck!" racau seseorang dibelakangnya tak lain adalah Yunho dengan wajah penuh amarah dan sedang meng'in-outkan kenjantanannya pada vagina Jaejoong.
"aaakkhh! Hiks.. ppooo..(akh! Hiks..appo..)" ucap Jaejoong dengan seadanya saat kepalanya di tekan dan pipinya menyentuh meja.
"aaagggrrrhhh!" yunho menghentakan kejantanannya dengan keras dan menyemburkan larva hangat pada lubang Jaejoong dan melepasnya dengan kasar. Begitu batang kejantanan Yunho keluar Jaejoong langsung menjatuhkan diri kelantai.
"hiks.." Jaejoong masih menangis sambil memegangi perut bagian bawahnya. Sedangkan selangkangan Jaejoong mengeluarkan darah, menandakan bahwa dia masih suci sebelum di renggut oleh Yunho.
Dengan santai Yunho membersihkan darah yang melekat pada kejantanannya dengan tissue.
"kau tahu kau sangat hebat Jae, untuk SESEORANG YANG BISU" Yunho menekankan kata-katanya. Setelah itu Yunho meninggalkan Jaejoong yang masih menangis begitu saja.
Keadaan sekolah yang sudah sore dan sepi membuat tidak ada satu orangpun yang mengetahui apa yang baru saja dialami oleh Jaejoong. Seandainya saja dia mau diajak pulang cepat oleh Junsu siang tadi dan tidak memilih untuk pergi keperpustakaan, mungkin hal ini tidak akan terjadi pada dirinya. Dengan frustasi Jaejoong membersihkan tubuhnya dengan beberapa kali menggaruk tubuhnya berharap jejak kotor yang baru saja Yunho berikan langsung hilang. 'pasrah' itu adalah kata-kata dalam hati Jaejoong. Dirinya tidak berharga lagi sekarang. Jaejoong segera merapikan pakaiannya dan membersihkan bercak-bercak darah dan sperma Yunho dengan perasaan sedikit jijik.
Jaejoong pulang dan masuk kedalam rumah dan langsung menuju kamarnya tanpa diketahui oleh umma dan appanya. Sejak benih itu tumbuh dan di ketahui olehnya dan kedua orang tuannya, Jaejoong seperti mendapat kekuatan untuk menjalani hidupnya meski kedua orang tuanya menentang hal yang dilakukannya untuk mempertahankan janin itu.
-Flash Back End-
Luka itu kembali di berikan oleh Yunho yang tengah menggagahi tubuhnya. Jaejoong masih menangis yang kini tubuhnya dalam keadaan tertelungkup pada ranjang, dia menggigit lengannya sendiri untuk menetralisir rasa sakit pada bagian bawah tubuhnya terutama pada perutnya.
"berengsek!" ucap yunho sambil terus mengentakan kejantanannya. Bukan karena Jaejoong yang membuatnya marah, tapi kehidupannya sendiri yang membuatnya justru tanpa sadar di awal dia melampiaskan semuanya pada Jaejoong yang tidak sengaja ditemuinya beberapa bulan lalu, sejak saat itu Yunho merasa kecanduan dengan tubuh yang tidak berdaya dibawahnya saat ini, awalnya Yunho tidak berniat melakukannya, namun Yunho tak sengaja melihat Jaejoong dan akhirnyaYunho kembali melampiaskannya pada Jaejoong.
JAEJOONG POV
Aku memcoba terus mempertahankan kesadaranku, sungguh aku tidak bisa menahan rasa sakit yang menghantam perutku. Tuhan, kumohon ini sakit, sakit sekali. Dia masih saja tidak berhenti. Aku menyerah, aku sudah tidak sanggup lagi.
JAEJOONG POV End
Sudah lebih dari 2 jam, dan Jaejoong sudah kehilangan kesadarannya sejak tadi. Meski Jaejoong sudah tidak sadarkan diri, Yunho terus melakukannya sampai mencapai klimaksnya.
"uuuggrrhhh!" Yunho melenguh kencang dan menindih tubuh Jaejoong yang tangannya masih terikat. Dilihatnya tangan putih yang kini telah membiru akibat kencangnya ikatan. Yunho segera melepaskan kejantananya yang masih dalam lubang itu dan memposisikan tubuhnya disamping Jaejoong. Dengan perlahan Yunho membuka ikatan itu dan membalikan tubuh ringkih di sampingnya kemudian memeluknya.
"mianhae, Jae. Karena aku telah membawamu dalam masalah ini, maaf aku sudah melampiaskannya ini semua padamu" ucap Yunho mengecup kening Jaejoong dan mulai terlelap bersama tubuh ringkih dalam pelukannya.
Ya sejujurnya, sedikit menaruh hati pada namja yang kini tidak berdaya dalam pelukannya. Tapi itu semua tidak berani dia ungkapkan karna rasa malu telah mencintai orang bisu seperti Jaejoong, terlebih Jaejoong telah dirusaknya.
YUNHO POV
Aku mengerjapkan mataku, apa ini sudah gelap? Dimana dia? Aku melihat sekeliling kamarku. Namun kosong, aku mencoba mencarinya kedalam kamar mandi. Tapi nihil, dia juga tidak ada. Kemana dia? Saat kucoba menyalakan lampu tidur di mejaku, perasaanku mulai tidak enak. Ada darah, di kasurku? Apa itu darah yang berasal dari Jaejoong? Apa yang sebenarnya? Apa yang sebenarnya terjadi pada Jaejoong? Dengan perasaan yang kalang kabut aku langsung mengenakan pakaianku dan keluar dari kamar untuk mencarinya.
YUNHO POV End.
.
Seorang namja dengan wajah yang pucat dan sembab berjalan dengan tertatih sambil memegangi perutnya. Jika dilihat dengan teliti, maka terdapat jejak darah yang telah mongering pada kakinya. Tidak lama tubuh itu pun terjatuh ditengah keramaian.
"apa itu ramai-ramai?" Sunny teman satu komplotan dengan Jessica dan Tifanny. "Jaejoong?" ucap Sunny kaget dan mengikuti kerumunan beberapa orang yang membawa Jaejoong. Seperti seorang penguntit, Sunny terus mengikuti sampai Heaven Hospital. Sunny masih menunggu sampai dokter yang menangani Jaejoong keluar bersama dua orang suster.
"hubungi, keluarganya menurut kartu tanda pengenalnya" ucap dokter muda bername tag Shim Changmin.
"baik uisanim" ucap salah satu suster dan segera pergi.
"kau kontrol dia terus bagaimana keadaannya pasca keguguran" ucap Changmin lagi. Kemudian dianggukan oleh suster yang satu laginya.
Sunny terkejut dan langsung membungkam mulutnya. "apa dokter itu bilang? Keguguran?" cukup lama Sunny mencerna perbincangan tadi. Kemudian Sunny meninggalkan Heaven Hospital.
.
Dengan tergesa-gesa umma Kim berlari menuju ruangan dimana Jaejoong berada. Dan langsung menerobos masuk.
"Joongie?" Jaejoong yang sedang duduk bersandar pada kepala ranjang langsung menoleh pada umma Kim. Jaejoong tak kuasa menahan tangisnya. Umma Kim langsung memeluk anak semata wayangnya. "apa yang terjadi Joongie? Kenapa bisa begini?" ucap sang umma yang juga sudah menangis dan menangkup wajah Jaejoong.
Jaejoong memainkan jemari lentiknya untuk mengatakan 'aku kehilangan dia umma, tolong bawa kembali dia padaku' Jaejoong justru menangis keras. Umma Kim langsung memeluk Jaejoong dan mengusap punggungnya.
"gwaenchana, Joongie. Biarkan dia pergi" Jaejoong menanggapinya dengan gelengan kepala.
Betapa tidak, calon bayi yang diharapkannya bisa lahir meskipun tanpa pengakuan, karena calon bayinyalah yang membuatnya bisa bangkit dari keterpurukan. Anak dan umma masih sama-sama menangis dalam ruangan. Sampai beberapa hari setelah insiden itu, Jaejoong diperbolehkan pulang.
.
Umma Kim kembali membawa Jaejoong pulang, dengan hati-hati dia menuntun putranya memasuki rumah yang selama ini Jaejoong tinggalkan. Jaejoong hanya diam, diam dan diam. Itulah yang Jaejoong lakukan, tidak ada senyuman sama sekali meskipun dirinya telah kembali ke rumah.
"kau pulang juga pada akhirnya" ucap sang appa yang melihat Jaejoong kembali menginjakkan kaki di rumahnya.
"sudah cukup, hentikan sikap egoismu" ucap sang umma membela. Jaejoong hanya diam dengan mata sayunya dan di tuntun menuju kamarnya oleh sang umma.
Appa Kim sebenarnya tidak tega melihat kondisi anaknya, tapi egonya yang mempertahankan sikap dingin pada Jaejoong karena terlanjur kesal dengan sifat Jaejoong yang keras kepala untuk mempertahankan calon bayinya yang pada akhirnya hilang.
Dalam kamar Jaejoong, umma Kim menuntun Jaejoong untuk duduk dengan perlahan. Jaejoong menatap lekat mata sang umma, umma Kim yang melihat tatapan Jaejoong langsung menangkup wajah Jaejoong. Lagi, airmata umma dan anak itu kembali turun. Jaejoong menundukkan kepalanya, dirinya tak sanggup lagi melihat airmata sang umma yang kembali turun karna dirinya.
"Joongie.." panggil umma Kim namunJaejoong tak menggubrisnya dan tetap menundukan kepalanya menangis dalam diam. "Joongie, dengarkan umma, chagi" pinta sang umma dan mengangkat perlahan kepala Jaejoong. "Joongie tidak salah, ini ujian untuk kita, Joongie harus bersabar, ne? Tuhan tidak akan memberi cobaan yang Joongie tidak bisa hadapi" ucap umma Kim meyakinkan.
Perlahan Jaejoong berani menatap mata basah sang umma. Perlahan kepala Jaejoong mengangguk, mencoba untuk percaya bahwa apa yang dikatakan oleh ummanya itu benar. Tuhan tidak akan memberi cobaan padanya jika dirinya tidak sanggup. Jaejoong menyentuh lembut tangan sang umma. Umma Kim tersenyum hangat dan membelai pipi Jaejoong dengan jari-jarinya.
"istirahatlah, chagi" titah umma Kim dan perlahan melepaskan tangannya dari wajah Jaejoong dan perlahan meninggalkan Jaejoong yang menatapnya dengan sendu.
.
Seminggu lebih setelah kepulangannya kerumah, Jaejoong kembali masuk sekolah. Pemandangan yang berbeda dari sebelumnya didapatinya. Sudah tidak ada yang mengusilinya, namun semua siswa dan siswi terlihat mengacuhkannya ketika melihat Jaejoong melintas dihadapannya.
"heh bisu, ternyata kau masih punya muka juga ya untuk masuk sekolah" ucap Jesicca yang tiba-tiba datang bersama ekornya.
Jaejoong hanya memandang bingung pada Jessica, Tifanny dan Sunny. Ada yang aneh, Junsu juga ikut bersama mereka tatapan Junsu sulit diartikan dan menundukan kepalanya, terlihat sedih namun berusaha untuk mengacuhkan Jaejoong juga. Jaejoong melihat kearah Junsu berharap kejelasan maksud perkataan Jesicca namun Junsu masih tidak mau untuk menatapnya dan memilih untuk bersembunyi di belakang Sunny dan Tiffany.
"percuma juga kita bicara, sampai berbusa pun kau tidak akan bisa menjawab 'kan Kim?" lanjut Jesicca dan berjalan menabrak bahu Jaejoong dan di ikuti Tifanny, Sunny dan juga Junsu.
Jaejoong melihat kepergian sahabat satu-satunya di sekolah. Junsu menengok kebelakang, tapi kemudian membuang wajahnya. Terlihat jelas dari wajah Junsu, sedih, rasa bersalah dan kecewa menjadi satu terlihat jelas pada raut wajahnya. Jaejoong sendiri hanya bisa menatap kepergian Junsu yang kini hilang pada tikungan lorong sekolah.
.
Saat masuk ke dalam kelas Jaejoong di kejutkan dengan berbagai macam tulisan yang memenuhi papan tulis. Beberapa kata-kata kotor seperti "Jaejoong bitch" mendominasi papan tulis dihadapannya. Mata Jaejoong berkaca-kaca melihat perlakuan seperti itu. Ternyata dugaan Jaejoong salah, Jaejoong pikir keadaan sudah berubah, namun ini justru bertambah parah dari sebelumnya.
"kau di panggil ke ruang kepala sekolah sekarang" terdengar suara dengan nada dingin salah satu teman sekelasnya yang baru saja masuk ke dalam kelas tak lama setelah Jaejoong menginterupsi suasana kelas.
Jaejoong menurut saja dan mengikuti kata-kata teman sekelasnya untuk menghadap kepala sekolah.
.
Tidak berapa lama Jaejoong berada dalam ruangan kepala sekolah, kini Jaejoong keluar dengan wajah sendu dan membawa sebuah amplop ditangannya. Matanya berkaca-kaca, bagaimana hal ini bisa diketahui oleh pihak sekolah, padahal ini sudah Jaejoong tutup rapat-rapat.
"bagaimana? Sudah tahu apa salahmu kan?" ucap Jessica menghampiri Jaejoong.
"makanya, jangan berkelakuan sok baik dimata semua orang, padahal kau menutupi kebusukan yang pasti akan terungkap" sambung Tifanny sambil melipat kedua tangannya di depan dada.
"sebaiknya jangan pernah bicara denganku lagi, Jae. Anggap saja kita tidak pernah saling mengenal, aku.. kecewa padamu" ucap Junsu dengan nada dingin dan menatap Jaejoong.
Jaejoong menitikan air matanya. Ditatapnya dengan dalam manik mata sahabat yang selama ini menemaninya dan berbagi bersamanya hampir 5 tahun semenjak duduk di bangku Junior High School. Kini mengatakan kata-kata yang menohok hatinya. Junsu bagaikan melemparkan batu besar pada tubuh Jaejoong, membuat sakit pada dada Jaejoong menyeruak. Keempatnya pun pergi meninggalkan Jaejoong. Jaejoong hanya bisa memandang Junsu yang tak lagi menoleh kearahnya 'aku membutuhkanmu Su-ie' ucap Jaejoong dalam hati. Jaejoong kembali menangis dalam diam, tidak peduli dengan tatapan menjijikan dari beberapa pasang mata di dekatnya.
.
Jaejoong berjalan gontai untuk keluar dari gedung sekolah, pandangannya kosong. Amplop ditangannya pun terlihat lusuh setelah di remasnya hingga tak berbentuk. Hari ini, biarkan kakinya membawa pergi tubuhnya kemanapun , Jaejoong butuh waktu untuk menenangkan dirinya. Terlihat di luar pintu sana, cahaya matahari cukup terik namun Jaejoong tidak merasa silau dengan hal itu.
"Jaejoong-ah!" panggil seseorang yang sangat familiar baginya. Jaejoong tidak menggubrisnya. Dan berjalan keluar gedung sekolah.
Karena panggilannya tidak digubris oleh Jaejoong, Yunho segera berlari mengejar Jaejoong dan menahan tangannya dengan cepat.
"chakam-"
PLAAKK!
Jaejoong langsung membalikan tubuhnya dan menampar Yunho saat Yunho mencoba menahannya. Dengan tangan yang gemetar, Jaejoong mengutarakan perasaannya menggunakan bahasa isyarat dengan tatapan marah dan berkaca-kaca. Yunho terdiam terpaku hanya diam melihat yang di lakukan Jaejoong. Karena kesal Jaejoong merogoh isi tasnya dan menulis pada sebuah note.
'kau merusak! Membuatku kehilangan dia! Kau membuat hidupku hancur! Kau merusak semuanya!' Jaejoong meremasnya dan melempar kertas tersebut kearah Yunho.
Yunho memungut kertas tersebut dan membacanya dengan cepat. Matanya terbuka lebar karena merasa bingung dengan tulisan Jaejoong yang ada di tangannya sekarang.
"apa maksudmu kehilangan dia?" Tanya Yunho.
Jaejoong menunjuk perut ratanya dan kembali menulis pada notenya "bayiku! Kau puas!" seketika itu Yunho terkejut dengan pengakuan yang dibuat oleh Jaejoong.
"bayi? Kau?" Jaejoong tidak bereaksi melainkan menetaskan air matanya. "kau hamil?" lanjut Yunho.
Jaejoong yang sudah tidak bisa menahan emosinya langsung meninggalkan Yunho begitu saja yang terdiam terpaku atas pengakuannya dan pergi meninggalkan area sekolahnya.
"Jaejoong-ah!" kembali Yunho menahan tangan Jaejoong dan mendapat perlawanan dari pemilik tangan mulus tanpa cacat itu.
Dengan kalap Jaejoong menggerakan tangannya, mulai dari menunjuk-nunjuk Yunho dan menunjuk dirinya kemudian menyilangkan kedua tangannya menandakan Yunho untuk tidak mengganggu dirinya lagi.
"mianhae, Jaejoong-ah" Yunho malah memeluk Jaejoong. Jaejoong berontak dan berusaha mendorong tubuh Yunho.
Yunho semakin mempererat pelukannya. Jaejoong berhenti berontak dan menangis dengan keras memukul pelan dada kokoh Yunho.
"beri aku kesempatan untuk menebus semuanya, kau boleh menamparku, mencaciku tapi kumohon beri aku kesempatan" ucap Yunho membenamkan wajahnya pada perpotongan leher Jaejoong.
Jaejoong hanya menangis dan menggelengkan kepalanya tangannya terus mencoba mendorong tubuh Yunho, tapi tidak bisa, pelukan Yunho terlalu erat.
"aku mohon, aku berjanji akan menebus semuanya asalkan kau mau memberiku kesempatan" ucap Yunho melepaskan pelukannya dan bersimpuh dihadapan Jaejoong.
Jaejoong yang melihat kelakuan Yunho berusaha untuk mengacuhkannya. Sudah cukup rasa sakit yang Yunho berikan. Jaejoong hendak berbalik namun kakinya di tahan oleh Yunho.
"kumohon dengarkan aku, beri aku kesempatan, Jae" ucap Yunho seraya bangkit.
Jaejoong masih tidak menggubris dengan posisi membelakangi Yunho. "kumohon" mohon Yunho lagi dengan suara pelan dan memeluk Jaejoong dari belakang.
Jaejoong hanya diam dan memejamkan matanya. Mata Jaejoong kembali terbuka, kembali Jaejoong menulis pada notenya dan membiarkan airmatanya jatuh membasahi note tersebut. Jaejoong memberikan note tersebut pada Yunho dan langsung dibaca olehYunho.
"kumohon untuk tidak menggangguku lagi, Jung. Jangan pernah kau muncul lagi dihadapanku. Sudah cukup semua yang kau lakukan pada hidupku"
"aku bisa memperbaikinya, Jae" bujuk Yunho.
"itu semua percuma, kau tidak akan bisa mengembalikan apa yang telah hilang dariku, Jung. Kumohon pergilah dari hidupku. Jangan pernah kau ganggu hidupku lagi" lagi, Jaejoong memberikan note terakhirnya pada Jaejoong dan berjalan menjauh meninggalkan namja bermata musang yang terdiam dan tak dapat melanggar kata-kata mutlak yang Jaejoong tulis.
Mata besar itu tak lagi mengeluarkan airmata, melainkan mata musang dibelakang sanalah yang menitikan airmatanya menatap, punggung orang yang telah dirusaknya dan pergi meninggalkannya menimbulkan jarak yang semakin lama semakin jauh memisahkan keduanya.
_END_
