"Deal? : Missing Part(s)"

Disclaimer : mereka bukan milik saya, huft.

Rated : T (tapi relatif sih, muehehe)

Proudly Present by Cakue-chan

.

Note : this part is special for BbuingHeaven ^^ thank's for your request, dear~

.

.

[01] : Fan Service

.

.

Taehyung merasa aneh.

Biasanya—sungguh, benar-benar biasanya—pemuda berambut cokelat itu akan mendapati kelasnya tidak sehening ini ketika ia datang. Karena, well, ia adalah Kim Taehyung. Manusia yang terkadang eksitensinya bisa dilupakan, nyaris tak pernah ada—malah. Namun, ketika Taehyung membuka pintu kelas saat itu, dan ketika salah satu murid meliriknya iseng lalu memekik cukup keras, Taehyung tiba-tiba saja berada dalam situasi yang begitu canggung; sangat canggung.

Mereka, nyaris semuanya dan tidak ada yang bersisa, menatap ke arahnya langsung tanpa berkedip. Seakan-akan ia adalah spesies langka yang harus diteliti.

Apa-apaan situasi ini?

"Err, Taehyung-ah?"

Taehyung menoleh, sebelah alis terangkat heran begitu ia melihat salah satu dari mereka mendekatinya. Ah, itu ketua kelas. Dengan sepasang sorot mata yang memandangnya bingung, juga… geli? Entahlah.

Taehyung ragu sejenak, lalu, "… ya?"

"Ng, aku tidak ingat kau memakai blazer tadi pagi," pemuda berahang tegas itu menggaruk kepalanya kikuk, setelah itu menatap Taehyung dari atas ke bawah, lalu kembali pada wajah Taehyung. "Tapi, apa blazer ini tidak terlalu kebesaran?"

Taehyung menatap dirinya sejenak.

Shit.

Seragam putih yang sudah digantinya—dengan panik—karena ia tidak ingin mengundang banyak pertanyaan jika ia masih memakai baju olahraga dengan bercak merah yang nyentrik, bekas darah dan mimisan sialannya. Lalu, di luar itu, Taehyung merangkapnya dengan blazer sekolah. Bukan miliknya, tetapi Jungkook.

Sial. Ketua kelas itu benar, Taehyung jadi merasa kecil.

Pantas saja semua pasang mata menatap ke arahnya dengan terkejut.

"Kau ini bagaimana Ketua Kelas!" seseorang berseru lantang, masih teman satu kelasnya. "Tentu saja itu akan terlihat kebesaran karena Taehyung memakai blazer milik si Jeon itu!"

"Omo!" kali ini, suara pekikan terdengar. Seorang gadis, tentu saja. "Apa itu benar? Kau memakai blazer-nya Jungkook-oppa?!"

"Taehyung-ah! Berikan saja blazer-nya padaku!"

"Andwaeeee! Tehyung, aku boleh mencoba blazer itu? Sekali saja ya? Ya, ya, ya? TAEHYUNGGG KUMOHOOOONNNN!"

"Yak! Berisik! Taehyung, kenapa kau malah membawa keributan di sini, eoh?!"

Kim Taehyung memijat pelipisnya lelah.

Ya Tuhan, sejak kapan di kelasnya penuh dengan seorang fanboy dan fangirl?

.

.


.

.

"Aku kembalikan."

Jungkook menunduk, mengangkat sebelah alis heran, lalu mengerutkan kening bingung.

"Dasar pembawa sial!"

Buk!

Blazer berwarna biru dongker itu membentur dadanya kuat, cukup keras dan membuat Jungkook meringis, karena Taehyung sedikit memberinya pukulan di sana. Aneh, Jungkook tidak mengerti. Ia sudah rela menghabiskan waktu sepuluh menit di depan kelas Taehyung, mengabaikan tatapan para murid yang memandangnya dengan berbagai macam ekspresi (banyak di antara mereka memberikan tatapan memuja dan terpesona, oh yeah), hanya untuk menunggu kedatangan pemuda itu, Kim Taehyung.

"Pembawa sial?" ulang Jungkook, semakin tidak mengerti. "Siapa? Aku?"

"Blazer bodohmu ini, dasar bodoh!" tukas Taehyung keki, terlihat imut dengan alis mengerut dan bibir mengerucut sebal—astaga, Jungkook sudah gila.

"Aku tidak mengerti." Jungkook mendengus angkuh. Ia tidak membawa tangannya untuk mengambil blazer yang masih setia terulur di depan dadanya. "Kau bisa mengembalikannya besok, Tae."

Taehyung berdecak. "Aku tidak mau."

Mata Jungkook menyipit. "Kondisimu sedang tidak baik,"

"Cih, apa pedulimu?"

"Tentu saja aku peduli. Aku ini kekasih—"

"A B C D E! Cepat ambil saja, Jeon Jungkook!"

"—mu." Jungkook membuang napas kasar. "Tidak, kau harus memakainya."

"Ya Tuhan, bisa tidak sekali saja jangan mencari masalah denganku?" Taehyung mengentakkan kakinya kesal, mengatupkan rahang keras, lalu mendesah frustasi. "Gara-gara blazer sialanmu ini, kelasku berubah menjadi pasar!"

"Tae—"

Kalimat itu tidak pernah selesai, setidaknya untuk saat ini, tepat ketika seorang gadis—yang bisa dipastikan berasal dari kelas Taehyung—memekik tidak jauh dari mereka berdua. Jungkook—well, dia sempat terkejut—melirik gadis itu sejenak dengan bingung, lalu kembali menatap Taehyung dengan sorot mata bertanya.

"See? Trust me, Jungkook."

Pemuda bermarga Jeon itu berusaha menahan senyum. Satu ide jail melintas dalam benaknya secara mendadak. Ini akan menarik, pikirnya.

"Baiklah," Jungkook menghela napas, mengambil blazer dari tangan Taehyung sembari membentangkannya dalam sekali sentakan, lalu kembali berucap. "Aku akan memakaikannya padamu."

What!

"Aku tidak ingin—"

Taehyung bungkam. Terlebih ketika Jungkook mencondongkan tubuh dan menunduk ke arahnya tanpa hitungan detik, memerangkap tubuh—er, pendek—Taehyung untuk waktu lima sekon, sampai akhirnya ia merasakan blazer biru dongker itu kini tersampir dengan manis di sekeliling bahunya. Lalu, sial! Napasnya, napasnya! Taehyung bersumpah ia bisa merasakan napas Jungkook menerpa lembut kedua pipinya. Siaaaaaaaaal!

"Ayo kita pulang," Jungkook berbisik pelan, sebelum akhirnya kembali menegakkan tubuh dan mengamit kelima jemari lentik Taehyung tanpa tedeng aling-aling; menggenggamnya erat, menautkannya rapat; dan kembali berkata, "… Dear."

Sudut bibir Jungkook terangkat lima milimiter; menyeringai usil.

Gotcha!

Di depannya, Taehyung mematung.

O-oh, jantungnya berulah tiba-tiba!

.

.

.

(Jungkook bisa mendengar suara teriakan dan pekikan lebih hebat lagi di sekitarnya; begitu ricuh. Hei, itu menyenangkan).


[01] Completed


A/N : gyahahaha, apa ini? 8"D saya ngetiknya ngebut *plak* Dan, terima kasih untuk BbuingHeaven karena review-nya di fanfic Deal, saya jadi kepikiran buat cerita spin off-nya/gelindingan. Awalnya emang pernah kepikiran buat kumpulan cerita lepasnya, dan... ini, kayaknya. Fanfiksi ini didekasikan untuk missing part-nya dari fanfic Deal, yeaaaah/apasih/

(Err, sebenernya saya malah curiga ini bakal jadi kumpulan drabble yang absurd 8"D)

Makasih udah baca, kotak review selalu terbuka kok~