Carousel Love
Disclaimer: KHR punya Amano Akira
warning: 6918, OOC dikit, mungkin ada typo, oneshot
a/n: niatnya mau bikin fluff buat event MCH, entah mengapa jadinya begini ORZ, mungkin ini drabble, saya juga enggak tau /dor, ah ya, DLDR guys~
Ruang kerja Hibari Kyoya biasanya sepi, hanya ada Hibari dan Hibird, atau Kusakabe, asisten Hibari. Namun kali ini, ada seorang pria, yang duduk tenang sambil membaca sebuah buku. Pria itu tahu kalau hibari sedang menatapnya lekat-lekat, penuh kecurigaan, sebelah tangan Hibari mengelus sebuah pistol yang ia sembunyikan dibawah meja. Pria itu menatapnya, pria itu tersenyum.
"Ada sesuatu diwajahku?"
Hibari mendengus, tahu kalau Rokudo Mukuro, sang lawan bicara, hanya bersikap main-main seperti biasa. Hibari tahu, Mukuro menyimpan sebilah belati dalam lembar-lembar halaman bukunya.
Karena mereka berdua tahu, mereka sama-sama tahu.
"Kau tahu korsel?" Mukuro menatap Hibari, tanpa senyuman diwajahnya yang terpahat sempurna.
Hibari mengangkat sebelah alisnya.
"Wahana yang ada di festival itu, duh, merry-go-round."
"Aku tahu." Ia menjawab, malas, tidak mau tahu kemana arah pembicaraan Mukuro.
"Kau tahu, kurasa hubungan kita seperti itu." Mukuro mengabaikan fakta akan Keacuhan hibari, "Up-and-down, sweet as it bitter."
Hibari mengerutkan dahi, "Aku tidak mengerti."
"Seperti korsel, naik-dan-turun, kau tidak pernah naik korsel?"
"Tentu saja aku pernah, aku hanya tidak mengerti maksudmu."
Mukuro menarik napas perlahan, "Manis, tapi berputar-putar dan naik-turun, kalau terlalu lama naik, kau akan muntah karena pusing."
Hibari menatapnya, ah, ia mengerti maksudnya.
"Jadi kau ingin kita putus, begitu?" Ia menyelidik.
"Tidak." Mukuro menjawab dengan tegas, "Kenapa kau pikir aku ingin putus denganmu?" Ia mengerutkan dahinya.
"Kau bilang, kalau terlalu lama naik, nanti bisa muntah."
"Memang, lalu?" Mukuro tersenyum, playful seperti biasa.
Hibari mendengus kesal, ia malas kalau Mukuro sudah bicara berputar-putar seperti ini. Hibari kembali mengacuhkan Mukuro, memusatkan perhatiannya pada setumpuk paperwork dimeja kerjanya.
Mereka sudah lama seperti ini, terjebak dalam perasaan cinta yang membunuh. Mereka sudah lama tahu, dan mengerti. Dua orang assassin dari organisasi berbeda tidak seharusnya saling jatuh cinta. Ironi, saat mereka harus saling berhadapan sebagai musuh. Alasan mereka tidak bisa saling melukai satu sama lain adalah karena apa yang mereka rasakan, berbanding lurus dengan kepatuhan mereka, loyalti.
"Aku suka merry-go-round, itu wahana yang sering kunaiki pertama kali kalau pergi ke taman bermain atau festival." Mukuro berbicara, matanya terpejam, lambat-lambat menenggelamkan diri dalam sofa. "Walau bikin muntah, kurasa aku akan tetap bertahan."
Hibari menatapnya, Mukuro mulai tertidur. Hibari menghampirinya. ia menyandarkan kepalanya dipundak Mukuro. Secara otomatis, lengan Mukuro melingkar dibalik pundak Hibari. Perlahan, ia mengelus helai-helai kehitaman Hibari dengan lembut.
"Kurasa aku juga akan bertahan." Hibari tersenyum.
