Lagi dan lagi.

Hyuga Hinata, yang mendapat julukan sebagai Putri Buku, melihat remaja laki-laki berambut raven sedang membaca buku di sudut area perpustakaan. Lelaki berkulit putih itu tampak begitu serius bahkan mulutnya sekali-kali berkomat-kamit, seakan menggumamkan apa yang dia baca. Mata hitam lelaki berkacamata itu sangat serius membaca tiap huruf di buku tebal yang dibacanya. Sesekali lelaki itu mengangkat bukunya guna berganti posisi membaca. Hal tersebut menarik perhatian Hinata.

"Peperangan Dewa Jashin dan Dewa Justin," Hinata menggumam. Alisnya mengerut. Dia mengenal buku itu. Selama tiga tahun bersekolah disini, sepertinya dia pernah melihat buku itu. Namun otaknya kembali berpikir. "Tapi aku pernah membacanya," Hinata kembali bergumam. Dia bertopang pada dagu. Mata keperakannya masih menelusuri si pria berambut raven tersebut. "Astaga! Itu buku yang isi dipenuhi adegan perkelahian dan kriminal. Buku yang sangat rumit!" gerutu Hinata. Dia kembali menatap wajah pria tersebut, "Dia terlihat menyukainya."

Gadis berambut panjang itu ingat sekali mengenai isi cerita buku itu, meskipun dia tidak membacanya sampai tuntas. Ceritanya mengerikan. Siapa juga yang tidak mual membacanya? Isi cerita itu penuh kekerasan dan menjijikkan. Para wanita di negeri jajahan dijadikan pemuas seks. Sementara anak-anak harus rela menjadi budak mereka. Lalu, para lelaki akan menjadi robot yang harus bekerja selama 24 jam dan mereka atur sesuka hati. Lalu, pembunuhan dan penjarahan terjadi di segala tempat. Intinya, isi buku itu bejat semua.

Hinata masih enggan melepas pandangannya dari lelaki itu. "Dia bahkan tak berpaling sedikit pun." Sadar jika sedang dipantau, tiba-tiba saja, lelaki itu menoleh ke arah Hinata. Jantung Hinata serasa mau berhenti berdetak saat mata keperakannya seperti dihunus kelamnya obsidian tersebut. Sontak saja Hinata mengalihkan pandangan matanya ke layar laptop yang saat ini ada di atas mejanya. Dia berpura-pura sibuk dan berharap jika lelaki itu tidak menyadari bahwa sejak tadi jadi objek pandang Hinata. "Hampir saja," gumam Hinata saat lelaki itu tidak lagi menatapnya.

Pandangan Hinata mengarah pada layar laptopnya. Dia melihat-lihat pemberitahuan yang baru saja masuk. "Event baru di Lovely Fanfic of SukeNata!" seru Hinata riang. Dia segera membuka dokumen yang ditautkan tersebut dan betapa bahagia dirinya kembali berpartisipasi dalam event ini. Apalagi tahun lalu dia tidak sempat ikut karena sedang belajar untuk menghadapai ujian mid-semester. Kebetulan sekali jika dia sudah ada ide yang akan dijadikan cerita baru untuk akun fanfictionnya. Kali ini, dia pastikan jika ikut berpartisipasi.

Jemari-jemari Hinata begitu lihai mengetik tiap untaian kata-kata layaknya puisi cinta. Maklum saja, dia adalah penyuka novel romansa yang selalu diakhiri dengan kisah bahagia dari kedua insan yang bersatu. Klise memang, tapi, apa ada yang salah dengan selera Hinata? Mungkin di mata orang lain yang membaca cerita-ceritanya, akan berpikir bahwa Hinata terlalu lama hidup di dunia dongeng yang berharap semua akan berakhir bahagia tanpa peduli dengan realita yang ada. Tak ada salahnya mengkhayal, toh cerita romansa ala remaja seperti itu banyak digandrungi juga.

Cukup lama Hinata berada di dalam perpustakaan. Sejak jam pulang sekolah berdering, hingga adzan maghrib terdengar dari kejauhan, dia enggan beranjak pergi dari sana. Maklum saja, free wi-fi di sekolahnya memiliki konektivitas cepat dan lancar tanpa hambatan. Siapa yang tidak betah berlama-lama disini.

"Hyuga-san, saya akan mengunci perpustakaan. Sebaiknya kau bergegas pulang!" Kurenai-sensei menegurnya.

Hinata melepas pandangannya dari layar laptop lalu menyunggingkan senyum rasa bersalahnya pada Kurenai-sensei. "H-Hai," ujarnya pelan. Ia kembali membuka tab facebook, lalu mengetik sesuatu di kolom komentar pada dokumen yang dibagikan oleh admin grup tersebut.

PenName: Purple Luv

Title: I'm In Love

Summary: Nata tidak pernah mengharapkan seseorang yang sempurna untuk jadi pasangan hidupnya. Dia selalu menerima apapun apa adanya. Tetapi bagaimana jika takdir mempermainkannya? Nata si gadis biasa, dijodohkan dalam ikatan pernikahan dengan Suke, si pria mapan, tampan, dan mempesona. Bagaimana kehidupan yang dijalani Nata dan Suke setelah mereka menikah? Bisakah Suke menerima Nata meski tak mencintainya? STARTING WAVE #WordsForYou

Link: .net-123456-Im-in-Love

"Tinggal menunggu siapa yang akan mengerjakan ending wave-nya!" gumamnya senang seraya mematikan laptopnya lalu menyimpannya di dalam tas. Dia membungkukkan tubuhnya pada Kurenai-sensei yang tampak sudah bersiap-siap untuk menutup perpustakaan. "Arigatou, sensei!"

*...*...*

Hanya dalam waktu seminggu saja, pembagian tahap pengerjaan ending yang dibagikan secara random telah ditentukan oleh admin grup. Jantung Hinata berdebar-debar. Dia menanti siapa author yang mendapat bagian miliknya, selain itu, dia juga penasaran cerita seperti apa yang akan dia kerjakan untuk endingnya nanti. Web browser facebook memunculkan pemberitahuan baru. Tepat pada pukul satu siang, daftar nama author sudah dimasukkan dalam berkas dokumen. Hinata semakin tidak sabar melihatnya.

Shionna Akasuna – Andromeda Arundhati

Kei Dysis – Kavyana

Kammora – Ethernal Dream Chowz

Purple Luv - Black Hell

OzellieOzel – Andromeda Arundhati

Ethernal Dream Chowz – Shionna Akasuna

Kavyana – Kammora

Kei Dysis – Ozellie Ozel

Black Hell – Purple Luv

"Author lain mengerjakan ending yang berbeda-beda. Tetapi kenapa storyku dilanjut oleh Black Hell, sementara story si Black Hell itu, aku yang lanjut?" Dahi Hinata mengernyit. Namun, mau tak mau karena sudah terlanjur berpartisipasi, akhirnya dia memilih untuk membuka tautan story yang akan dia lanjutkan.

PenName: Black Hell

Title: Burn In Love

Summary: Nata terjebak dalam sebuah masalah dan akhirnya ditangkap oleh pasukan tentara Jepang. Kemolekan tubuh belia Nata, membuat gadis itu terpaksa dijadikan pemuas nafsu dan budak bagi para tentara yang terpisah jauh dari keluarga. Hidup Nata semakin menderita dan merana. Sampai pada akhirnya, salah satu tentara bernama Suke bersedia menjadi temannya dan mendengar keluh kesahnya. Semakin lama pesona Suke membuat hati Nata bergelora. Dia mengikrarkan diri bahwa telah jatuh cinta pada Suke dan ternyata perasaannya terbalas. Mereka melanggar aturan militer yang melarang tentara untuk memiliki hubungan spesial dengan para pemuas. Tetapi takdir berkata lain, saat atasan Suke tahu perihal hubungan keduanya dan berniat menyingkirkan Nata. Apakah Suke bisa menyelamatkan Nata dari ancaman pembunuhan tersebut? STARTING WAVE #WordsForYou

Link: .net-654321-Burn-in-Love

"Summarynya saja menakutkan!" Mendadak bahu Hinata melemas. Kali ini dia merasa ingin pergi saja ke tempat antah-berantah. Dia tak tahu harus berkata apa. Ini bukan stylenya! Bukan keahliannya!

Menulis story dengan genre dark dan penuh kekerasan bukan kemampuannya. Bagaimana bisa dia melanjutkan ending cerita ini? Karena kesulitan dengan pembuatan ending, Hinata memutuskan untik mengirim pesan melalui akun facebook Black Hell yang memiliki nama yang sama dengan akun fanfiction.

Ohayou, saya Purple Luv yang mendapat bagian untuk mengerjakan ending wave stroy kamu, Burn in Love. Btw, menurut kamu, story ini saya lanjutkan sesuai plot kamu, atau sesuai imajinasiku saja?

Suke menatap bengis pada seorang pria berjenggot yang sedang menciumi lekuk leher jenjang Nata. Api kemarahan membara di dada Suke. Wajar jika dia marah saat melihat belahan jiwanya dicumbui di depan matanya. Tingkah Asuma, bosnya, benar-benar membangkitkan jiwa setan di dalam dirinya.

Suke berlari dan menerjang Asuma dengan sekali tendangan kasar kaki jenjangnya. Sontak saja Asuma yang belum menyadari kedatangannya, terpental jatuh dan menabrak tumpukan besi tua di sudut ruangan. Tetesan darah mengalir dari pelipisnya ketika besi panjang jatuh tepat di atas kepalanya. Namun hal itu tak sanggup menggoyahkan Asuma. Pria berusia 36 tahun itu mengambil pistol yang berada di dalam saku seragam militernya. Dengan membabi-buta dia menembaki Suke, namun meleset lantaran targetnya sedang bersembunyi di balik pilar-pilar yang menjulang tinggi. Mata kelam Asuma mendapati sofa beludru hijau, dimana satu-satunya saksi bisu aksi percintaannya dengan salah satu pemuas di bangsal ini. Namun tak ada seonggok manusia pun disana.

"Kau telah menyelamatkan tuan putri terlebih dahulu," Asuma menyeringai kejam.

DOR DOR DOR

Peluru melesat satu per satu mencari mangsa yang siap berdarah. Suke masih bersembunyi di balik pilar. Dirinya memeluk erat-erat seorang wanita yang berpakaian mini. Wanita bersurai panjang yang sangat dicintainya.

DOR DOR DOR

"Keluarlah kau, sialan!" teriak Asuma dengan suara baritonnya.

Tubuh Nata bergetar hebat. Dia takut sekali melihat kemarahan Asuma bisa menabuhkan genderang perang antara keduanya. "Suke-kun, hentikan! Aku akan menyerahkan diri pada Asuma-sama."

Suke menatap tajam kekasihnya. "Diam! Aku tak akan membiarkan dirimu disentuh olehnya lagi." Dia mengintip dari balik pilar, dimana gerangan Asuma. Lalu, pelatuk pistol ditekan saat Asuma tepat berada di bidikannya.

DOR

"SUKE-KUN!"

TBC

"Aku tak sanggup!" Hinata berteriak frustasi. Ini sudah yang keenam kalinya dia membaca story ini. Sayangnya, tak ada satupun ide yang tersirat di kepalanya. Usai sudah.

Tiga hari lagi adalah masa berakhirnya event ini. Hampir semua author telah mengumpulkan storynya pada admin. Lalu, apa yang harus dilakukan Hinata sekarang?

Gadis remaja itu membuka web facebook. Dia melihat pesan yang sudah lima hari ini dia kirim pada akun Black Hell namun belum ada respon hingga sekarang. Padahal si pemilik akun tersebut baru saja membuka akun facebooknya. Black Hell is typing...

Akhirnya pesan Hinata dibalas.

Sesuai plot aku! Jangan diganggu-gugat!

"Huh, kasar sekali dia!" Hinata menggerutu lalu menulis balasan pesan untuk Black Hell. Hyuga Hinata is typing...

Baiklah. Kalau begitu cerita kamu ini plotnya gimana? Bisa diceritakan?

Black Hell is typing...

Kau tinggal di kawasan Konoha, kan?

Hinata mendecak kesal. "Apa maksud si bodoh ini?" umpatnya. Hyuga Hinata is typing...

Iya. Kamu tahu darimana?

Black Hell is typing...

Dinding facebook.

Tangan Hinata menekan kursor yang mengantarkannya pada dinding profil Black Hell. Ada sebuah status berisikan satu kata Fu*k dengan menyematkan lokasi Akatsuki Cafe and Resto. Hyuga Hinata is typing...

Kamu anak Konoha juga, ya. Sama dong kita satu kota. Kawasannya juga sama. Apa kita kopi darat aja, ya?

Hinata menekukkan alis kala pesannya tak kunjung dibalas padahal si pemilik akun Black Hell masih on.

Satu menit.

Sepuluh menit.

Dua puluh menit.

Tiga puluh menit.

Black Hell is typing...

Besok. Kutunggu di Akatsuki jam tiga. Di meja sepuluh.

Black Hell offline.

"Apa-apaan dia? Keterlaluan!" Hinata menggeram marah. "Dia mendapat bagian mengerjakan storyku dan sama sekali tak menyinggung. Aku jadi penasaran melihat muka si Black Hell itu! Pasti mukanya jelek."

*...*...*

Sesuai dengan perjanjian, Hinata telah tiba di Akatsuki Cafe and Resto dengan menumpangi ojek online. Dia menatap dari luar suasana kafe yang nyentrik dengan tema metal yang terispirasi dari band metalica. Sebenarnya Hinata tidak suka tempat ini. Pasalnya, banyak sekali kaum laki-laki dengan gaya berpakaian aneh. Pelayan kafe ini saja meneenakan jubah hitam dengan motif awan merah yang super gaje.

Tetapi dia sudah terlanjur memiliki janji dengan author tersebut. Perlahan kaki Hinata menngambil langkah seribu dan masuk ke dalam kafe. Seketika angin segar dari pendingin ruangan menyegarkan indera penciumannya dan berbaur dengan aroma steak.

Mata keperakannya menjelajah satu per satu meja. "Satu dua tiga empat lima..." Pandangannya terhenti pada meja paling sudut sebelah kanan di dekat jendela. "Itu meja sepuluh!" serunya. Kakinya bergerak cepat guna mendelati seorang pria bersurai raven yang duduk membelakanginya.

Hinata berdehem sejenak guna menyapa pria tersebut. "Halo. Kamu Black Hell, ya?"

Pria yang tampak asyik mengetik sesuatu di laptopnya merasa terusik dengan kedatangan Hinata. Namun niatnya urung lantaran kata Black Hell yang disebutkan Hinata barusan. "Duduk!" ujarnya ketus.

Sontak saja Hinata mendengus kesal. Dia duduk di depan pria itu lalu mengambil laptopnya sendiri dari dalam tas. "Plot cerita kamu mana?" Dia berkata ketus. "Sulit sekali genre yang kamu ambil."

Pria itu masih diam. Dia sedang asyik dengan laptopnya dan mengabaikan keberadaan Hinata.

Hinata mengamati wajah pria itu. Semakin lama dia semakin merasa pernah melihat pria itu. Tetapi dimana tempatnya, dia tidak ingat. Cara pria itu menunduk, mengingatkan Hinata pada pria berambut raven dengan kacamata baca yang selalu duduk di sudut perpustakaan dengan novel tebal. "Kau anak KHS? Yang selalu baca buku..."

"Hn," gumam pria itu seraya mengalihkan pandangannya ke wajah Hinata. "Aku tak bisa melanjutkan storymu."

Mata Hinata membulat. "A-Apa maksudmu?"

Pria berambut raven itu menghela napas panjang. Dia melipat tangannya di depan dada. "Cerita lebay untuk cabe-cabean sepertimu... aku tak sanggup melanjutkannya. Kemampuan menulisku dibayar murah dengan melanjutkan story abal-abalmu ini!"

Mata Hinata membulat saat mendengar hinaan Sasuke tentangnya. "Kau yang lebay... storymu bejat dan menjijikan. Tidak mendidik! Padahal kan kau masih tujuh belas tahun, masa storymu rate M semua."

"Bukan urusanmu!" tukas pria itu kasar. Dia menghentakkan kakinya. "Aku tak mendapat feel untuk melanjutkan storymu!" ungkapnya jujur.

Hinata menggembungkan pipinya saat mendengar intonasi kasar pria itu. Dia kesal melihat sifat tsundere si lelaki sombong. "Story mesummu tidak bisa sinkron dengan story romansa," sindirnya sarkastik. "Kau harus banyak-banyak memahami kisah manisnya romansa."

Pria itu diam saja. Dia menatap wajah Hinata lamat-lamat seolah sedang memikirkan sesuatu. "Kau..." Pria itu membuka suara, "Ajari aku tentang romansa."

"A-Apa? Ajari bagaimana?" Hinata tidak paham.

"Maksudku mempraktekkan romansa itu denganku sampai aku menemukan ilham untuk menulis bagian ending storymu."

"J-Jadi kita s-seperti pacaran gitu?" Hinata terkejut.

Sasuke mengangguk cepat tanpa mempedulikan semburat merah di pipi Hinata. "Kau pun akan kuajari praktek juga."

"Praktek membunuh orang?" Senyum sinis muncul di bibir Hinata. "Tidak, terima kasih!"

Pria itu menyunggingkan seringai kala mendapati ekspresi sinis di wajah Hinata. "Siapa bilang begitu?"

"T-Tapi... di..."

"Genre storyku angst/crime. Nantinya chara Suke mati, lalu Nata akan direbut oleh Asuma hingga akhirnya diperkosa lalu dibunuh."

Napas Hinata tercekat. Dia tak menyangka seekstrim itu ending yang dibuat si author ini. "Jadi, maksudmu aku harus bagaimana?"

"Ya aku akan mengajarkan prakteknya padamu sampai kau mendapat feel angst-nya."

"Praktek membunuh?"

"Bukan!" Seringai pria itu kembali muncul. "Praktek diperkosanya!"

"APA!"

SELESAI

Holla... Ozel kembali.

Untuk beberapa author yang disebut di atas... pinjem yah namanya... entar dibalikin kok. Hehe

Ini terinspirasi dari event yang baru2 ini diselenggarakan grup Lovely Fanfic of SasuHina.

Sincerely,

Ozellie Ozel