Restad College atau biasanya orang-orang menyebutnya dengan RC High School, adalah sekolah termewah sekaligus termahal di Korea Selatan. Sekolah yang memiliki berbagai keunikan entah gedung sekolah itu sendiri ataupun siswa yang mereka miliki.

RC High School memiliki sekitar tiga gedung pencakar langit. Bahkan, jika kita melihat dari depan gerbang tidak terlihat sama sekali seperti sebuah gedung sekolah karena ketiga gedung yang berbentuk silinder.

Gedung utama, dimana tempat para siswa menimba ilmu mereka. Gedung utama ini terdiri dari sembilan lantai. Lantai pertama, berisi lobby, perpustakaan, ruang guru dan ruang tamu bagi para orang tua yang ingin menjenguk anaknya. Lantai kedua, terdapat cafetaria yang sangat luas dan menyediakan berbagai makanan lokal maupun makanan asing. Lantai tiga hingga lantai enam digunakan untuk pembelajaran, setiap lantai terdiri dari lima ruang kelas. Sistem pembagian kelas itu sendiri dibagi menjadi dua dengan adanya huruf R dan C secara terpisah. Tidak ada yang tahu maksud dari penggolongan kedua huruf ini. Lantai ketujuh terdapat berbagai macam laboratorium, mulai dari laboratorium bahasa, kimia, biologi, fisika, astronomi, dan lain sebagainya. Lantai kedelapan berisi ruangan yang disediakan untuk kegiatan diluar jam pelajaran seperti ruang musik, dance, paduan suara, bahasa asing, taekwondo, seni lukis, dan kegiatan lainnya. Selain ruang tersebut, di lantai ini juga terdapat ruangan yang di khususkan untuk para dewan siswa yang di sulap menjadi studio untuk bersantai sekaligus ruang rapat mereka. Sedangkan lantai paling atas yaitu ruang kepala sekolah yang jarang sekali siswa-siswa atau para guru sekalipun yang dapat berkeliaran di lantai spesial itu.

Satu keunikan tersendiri dari sekolah ini dibandingkan sekolah yang lain adalah bahwa masing-masing lantai tidak terpasang atap hingga lantai delapan kecuali lantai sembilan yang dibuat tertutup untuk ruang kepala sekolah. Jadi setiap pembelajaran berlangsung, masing-masing siswa maupun guru bisa melihat kegiatan dari kelas yang berada di bawahnya. Selain itu, bentuk kelas mereka yang berbentuk lingkaran dengan tangga spiral yang menghubung ke lantai atasnya dan jembatan setiap ingin menuju ke kelas yang se-lantai dengan kelas mereka. Sehingga terlihat seperti susunan sarang lebah madu. Tidak sampai disitu, bahkan bangku yang mereka gunakan selama pembelajaran adalah kursi bantal berwarna merah magenta sehingga memberikan rasa nyaman serta tablet sebagai pengganti buku tulis.

Beralih ke gedung kedua yang terletak di belakang gedung utama. Gedung kedua ini di kelilingi berbagai aktivitas olahraga seperti, lapangan basket, lapangan futsal, lapangan voli, lapangan badminton, lapangan memanah dan lapangan kuda. Sedangkan isi dari gedung kedua ini sendiri adalah Gymnasium di lantai pertama, yang digunakan pada saat perlombaan olahraga antar kelas yang diadakan setiap akhir semester. Sedangkan, lantai kedua terdapat kolam renang. Memang gedung kedua ini tingginya tidak sampai separuh gedung utama tapi dibandingkan gedung utama, gedung kedua ini lebih luas 250 meter dibandingkan gedung utama.

Gedung ketiga yang berada di paling belakang sekaligus gedung yang lebih tinggi dari gedung utama seolah terlihat seperti tameng di sekolah ini. Gedung ketiga itu merupakan asrama bagi semua siswa. Gedung ini terdapat sepuluh lantai. Masing-masing lantai terdiri dari sepuluh kamar. Dan, masing-masing kamar terdiri dari empat orang untuk mereka tempati. Karena di setiap kelas terdiri dari 20 siswa dan satu kamar hanya di tempati 4 orang, maka masih ada sisa satu lantai di gedung ini yang akhirnya di gunakan sebagai ruang rekreasi dan bersantai yang terdapat di lantai paling atas. Ruang rekreasi ini sendiri terdapat satu fireplace yang terbuat dari logam yang berada di tengah-tengah ruangan dan difasilitasi pula beberapa sofa yang menyebar di setiap sudut ruangan itu.

Selain adanya gedung-gedung itu, ada pula satu fasilitas lagi yang tak boleh terlewatkan yaitu taman Restad Recreation. Taman yang luasnya hampir 2 hektar ini ditumbuhi banyak pohon cherry yang berjajar rapi membentuk terowongan. Selain itu juga terdapat taman bermain serta kebun strawberry yang dirawat secara rutin oleh penjaga taman itu sendiri.

RC High School merupakan satu-satunya sekolah yang sangat tertutup dan ketat penjagaannya sehingga para siswa tidak bisa bebas berkeliaran semau mereka. Namun, siapa yang menyangka jika juga ada beberapa siswa yang suka berbuat onar dan terkenal di kalangan siswa bahkan para guru sekalipun. Siswa-siswa ini yang selalu berbeda dibandingkan siswa RC yang lain yang terkenal pendiam, penurut, kutu buku, dan disiplin.

.

.

.

.

.

.

.

KRINGG!!!!!KRINGG!!!!!BRUK BRAK

"Aigoo, aigoo! Huaaaamm!" Jimin menguap tanpa menutup mulutnya, ia merenggangkan kedua tangannya setelah menjatuhkan jam beker kecil yang selalu menyapa setiap paginya. Tangan Jimin bergerak meraih jam beker itu, mematikan fungsi alarm-nya dan kembali meletakkan jam beker itu pada tempatnya.

"Huaaamm! Aku masih mengantuk!" gumam Jimin seraya mengucek kedua matanya. Tanpa menunggu waktu lagi ia beranjak dari ranjang tidurnya dan melambaikan tangannya saat ia berpapasan dengan teman roomate-nya, Park Jinyoung. Kakak kelasnya yang berada di kelas 3-IIIR.

Kamar yang Jimin tempati ini terdapat empat ranjang yang dilengkapi dengan satu set meja belajar. Batas ranjang satu dengan ranjang yang lain pun hanya dibatasi dengan kaca tebal serta tirai berwarna orange. Namun, di kamar Jimin ini hanya dua ranjang yang ditempati sementara dua ranjang lainnya kosong sejak tiga bulan yang lalu karena roomate-nya yang lain memutuskan pindah ke sekolah lain.

"Pagi, sunbae!" sapa Jimin.

Jinyoung yang menatap teman se-roomatenya hanya membalasnya dengan tatapan datar kemudian meneruskan kegiatannya mengemasi buku-buku pelajarannya. Jimin mengedikkan bahu tidak peduli. Ia sudah kebal dengan bagaimana sikap mayoritas semua siswa di RC yang terkenal dingin, pendiam, kutu buku, hingga egois. Tapi, Jimin sangat berbeda dengan mereka. Bahkan, jauh berbeda.

Jimin memasuki kamar mandi untuk bersiap mengikuti sarapan pagi sebelum pelajaran pertamanya dimulai. Baru saja, ia bergerak melepas piyamanya tiba-tiba saja ia mendengar ketukan pintu kamar mandi. Jimin menyahut dan menunggu si pengetuk itu untuk segera berujar padanya.

"Jangan lupa hukumanmu, Park Jimin!" ingat Jinyoung dengan suara yang datar dari balik pintu kamar mandi.

Jimin tersentak. Ia menepuk dahinya pelan.

"Mati kau! Kenapa aku bisa melupakan itu?" pekik Jimin mendengus kasar.

Tak membutuhkan waktu lama. Jimin segera bergegas keluar dari kamar mandi, mengenakan seragam sekolahnya dan menyambar tas ransel yang sudah ia siapkan semalam. Untung saja ia tergolong siswa yang mendekati rajin yang sebelum tidur menyiapkan seluruh keperluan sekolahnya esok hari. Hey, jangan salah sangka dulu. Jimin melakukan hal itu hanya untuk berjaga-jaga jika ia bangun kesiangan.

Jimin berlari melewati Jinyoung yang tengah mengenakan sepatunya. Seketika, Jinyoung menatap bagaimana tergesa-gesa hoobae-nya itu. Si perusuh yang terkenal di seluruh penjuru sekolah yang tak takut pada hukuman apapun.

.

.

.

.

.

.

.

Jungkook membuka lokernya setelah ia selesai sarapan. Ia kembali berdecak saat melihat berbagai surat berwarna merah muda memenuhi kotak lokernya.

"Aigoo! Apa mereka ini tidak punya waktu? Aku saja sibuk dengan hukumanku tapi mereka? Ck!" Jungkook mendecih kemudian mengambil surat itu dan memasukkannya ke dalam kotak yang sudah ia sediakan. Mencampur surat-surat baru dengan surat-surat lama dan meletakkan kotak itu ke dalam lokernya yang paling belakang. Tak lupa juga dengan tas yang ia bawa saat ini. Jungkook menatanya dan meletakkan tasnya ke dalam lokernya kemudian menguncinya.

"Huft! Saatnya bekerja, Jeon Jungkook!" gumam Jungkook menyemangati dirinya sendiri.

Jungkook berjalan santai menuju gymnasium seraya tersenyum tampan pada setiap siswa atau siswi yang ia lewati dan membuat mereka memekik bahkan tersipu dalam diam. Jungkook tersenyum miring bahkan sesekali ia juga berkedip pada siswi-siswi di kelas 2-IIC, kelas yang terkenal memiliki siswi yang paling cantik di RC. Jungkook juga sedikit tebar pesona pada para siswa yang mengaku mereka gay yang ikut terpesona dengan Jungkook yang sudah beberapa kali ingin menawarkan kencan mewah kepada pemuda Jeon itu. Tapi, selalu saja ditolak dengan halus oleh Jungkook. Bagaimanapun juga ia tidak mau menyakiti hati para penggemarnya.

Jungkook memasuki pintu gymnasium yang sudah terbuka. Ia mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru gymnasium hingga kedua matanya menemukan sosok yang siap memberikan perintah padanya. Jungkook berjalan mendekati sosok berbadan tegap itu disusul langkah lari dari seseorang yang berada di belakangnya menyusul langkah kakinya.

"Oh, Park Jimin kau terlambat!" ejek Jungkook saat melihat Jimin terengah seraya membungkuk untuk mengatur pernafasannya.

"Diam kau Jeon! Dan juga, bisa kau sopan sedikit dengan sunbae-mu ini?" bentak Jimin. Jungkook terkekeh tak mengindahkan keinginan salah satu kakak kelasnya yang sangat ia kenal itu.

"Kalian sudah datang!" seru seseorang yang awalnya hendak Jungkook hampiri tapi justru orang itu yang menghampiri mereka berdua.

"Apa kita akan membersihkan lapangan ini, sunbae-nim?" tanya Jungkook seraya tersenyum nakal kepada kakak kelas yang sekaligus ketua dewan siswa itu, Yoon Doojoon.

"Tapi, jika mataku tidak salah lapangan ini terlihat bersih!" ujar Jimin jujur.

"Tidak! Kalian tidak akan membersihkan lapangan seluas ini. Karena, sebenarnya aku sudah kehabisan ide untuk memberi kalian hukuman. Bahkan, para guru saja sudah pusing hanya untuk memikirkannya!" cibir Doojoon tegas.

"Ya sudah kalau begitu, lebih baik sunbae bebaskan aku dari semua hukuman ini!" pinta Jimin.

"Yak! Park Jimin, kau siswa paling nakal disini dan kau meminta dibebaskan? Bisa-bisa para orang tua siswa demo di depan sekolah karenamu!"

"Hey, Jeon Jungkook! Kau tidak ngaca ya? Kau lebih buruk dariku, dasar player!"

"Yak, kau mengataiku apa? Hey, mereka yang mengejarku, mereka yang menyukaiku!"

"Mereka tidak akan menyukaimu jika kau tidak tebar pesona pada mereka, Jeon! Dasar tidak tahu diri!"

"Yak, Park Jimin kau sudah bosan hidup, eoh? Kau—"

"Bisa kalian diam!" seru Doojoon menengahi mereka. "Aku tidak habis pikir, kenapa RC bisa menerima siswa seperti kalian? Dan, terlebih lagi kalian bisa menjadi anggota dewan siswa! Bahkan, kalian juga termasuk tiga siswa dengan peringkat teratas tapi kelakuan kalian? Aigooo~" Doojoon menarik nafas, terlebih ia melihat Jimin yang bermain dengan pipi cubby-nya seraya memperhatikan kuku tangannya dan Jungkook? Oh, astaga anak itu masih sempat-sempatnya tebar pesona dengan para siswa yang baru saja masuk ke dalam gymnasium untuk mengikuti pelajaran pertama mereka, olahraga.

"Yak, PARK JIMIN! JEON JUNGKOOK!" seru doojoon yang membuat semua orang yang ada disana bergidik ngeri tapi itu tak berlaku bagi kedua siswa yang berdiri dihadapan Doojoon saat ini. "Bersihkan kolam renang sekarang juga!"

"APA?????" seru Jungkook dan Jimin bersamaan.

"Kenapa hukumannya semakin lama semakin aneh? Kemarin menyuruh kami untuk memetik cherry yang baru berbuah kecil, dan sekarang? Oh, Yoon Doojoon sunbae-nim hari ini ada kelas renang kan? Mau di taruh dimana mukaku yang tampan ini?" tanya Jungkook, menolak dengan keras.

"Jika kau tidak mau, aku akan membuatmu merasakan lebih dari sekedar hukuman! Lagi pula, siapa yang menyuruh kalian berulah? Sudah berapa kali kalian di hukum? Kalian tahu, para guru hingga staf sudah kehabisan sanksi untuk menghukum kalian hingga mereka berikan wewenang ini padaku. Kalian anggota dewan yang memalukan!"

"Aish, kenapa kau ini serius sekali sunbae? Aku kan hanya bercanda, tapi selalu saja sekolah ini menganggapku serius!" elak Jimin. Doojoon memijat pelipisnya pening.

"Bercanda? Ya, itu semua candaan bagi kalian berdua, tapi candaan kalian itu selalu berada di tempat yang salah! Dan, juga kau memanggilku sunbae tapi tak berucap formal? Kalian ini benar-benar membuatku gila!" seru Doojoon mengabaikan semua tatapan mata yang menatap kearahnya. Oh, ayolah tentu saja mereka akan menjadi pusat perhatian. Yoon Doojoon, ketua dewan siswa yang terkenal ditakuti seluruh penjuru sekolah itu sedang menasehati kedua perusuh yang bebal dan bertelinga tebal? Percayalah, ia tidak akan mendapat hasil yang sesuai keinginannya. "Tunggu apa lagi? Pergi sana! Aku muak melihat kalian! Dan ya! Seokjin-ah!" seru Doojoon memanggil teman seangkatannya yang juga merupakan anggota dewan siswa yang satu-satunya ada di kelasnya, 3-IIIC yang saar ini tengah bersiap menata segala peralatan olahraga yang akan mereka gunakan.

"Wae?" tanya Seokjin menghampiri mereka bertiga.

"Bisa kau jaga mereka?" pinta Doojoon.

"Sunbae!" seru Jimin dan Jungkook bersamaan.

"Itu tidak perlu!" lanjut Jimin.

"Kami tidak akan kabur kali ini!" sela Jungkook.

Sebenarnya, Jimin dan Jungkook lebih memilih merepotkan Doojoon dibandingkan Seokjin. Karena, menurut mereka Seokjin itu lebih menyeramkan dibandingkan Doojoon. Sangat menyeramkan dan sangat berbahaya. Jangan tanyakan mereka tahu dari mana, karena Jungkook dan Jimin pernah merasakan lebih dari sekedar hukuman yang ia terima jika Seokjin yang sampai turun tangan. Ini sangat buruk, bung!

"Oh, dengan senang hati!" girang Seokjin menampikkan smirk kepada kedua hoobae-nya itu. "Tapi, aku juga harus ijin kali ini! Eotte?"

"Tenang saja, aku akan mengatakan pada Song ssaem!" Seokjin tersenyum.

"Arra, kau serahkan saja mereka padaku!" lanjut Seokjin yang membuat Jimin dan Jungkook ingin mengubur diri hidup-hidup di belakang sekolah mereka ini.

.

.

.

.

.

.

.

Seokjin duduk di kursi di pinggir kolam renang seraya memainkan tablet di tangannya tanpa menghiraukan tatapan para siswa dan siswi yang mengarah pada Jimin dan Jungkook yang tengah membersihkan air di kolam renang meskipun kolam itu dalam keadaan sedang digunakan.

"Ini semua karenamu bodoh!" cibir Jimin pada Jungkook yang membersihkan air di seberangnya.

"Mwoya? Kau tidak sadar, siapa yang menampar buku itu kepada Lee ssaem?" tanya Jungkook tak terima.

"Yak, apa kau lupa jika kau yang pertama kali mencari perkara? Kau yang menumpahkan kopiku ke seragamku bodoh!" seru Jimin.

"Itu salahmu sendiri! Kau kan punya mata, kenapa tak kau gunakan dengan baik? Apa kau mengalami dioptri, hm!"

BYUR!

Jimin dengan geram membanting alat pembersih air hingga tenggelam ke dalam kolam renang. Seokjin beserta siswa-siswi lain yang melihat pertengkaran itu hanya memincingkan mata mereka, heran. Setiap hari, setiap jam, setiap menit, bahkan setiap detik kedua pemuda ini selalu bertengkar dan berulah bahkan tidak sampai disitu mereka tidak akan pernah bisa dipisahkan karena hukuman mereka yang selalu mereka jalani bersama. Bukankah itu artinya mereka akan terus bertemu, setiap hari?

"Aish, mereka mulai lagi!" decak Seokjin lelah. Ia meletakkan tabletnya dan lebih memilih untuk memperhatikan pertengkaran dua adik kelasnya itu.

"Kau keparat kecil!" umpat Jimin.

"Kau tua bantet!" balas Jungkook yang ikut serta membanting alat pembersih itu sama seperti yang Jimin lakukan sebelumnya.

"Kau bocah setan!" kedua siswa itu terus saja mengejek satu sama lain meskipun masing-masing berada di antara kolam renang.

"Kau kue beras basi!"

"Bocah kurang ajar! Kau mengataiku apa? Dasar player murahan!"

"Apa kau bilang? Dasar gajah duduk!"

"Yak, kau—"

"Hey!" sela Seokjin berjalan mendekati Jungkook yang membuat kedua pemuda itu seketika diam. "Aku lelah mendengar ejekan kalian satu sama lain! Kenapa kalian tidak berteman saja?"

"Apa? Berteman dengannya? Tidak akan!" seru Jungkook. Jimin mendecih.

"Meskipun Seoul dilanda tsunami dan hanya dia yang bisa menolongku sekalipun, aku tidak akan mau berteman dengannya!"

"Siapa juga yang akan menolongmu, bantet!" ejek Jungkook.

"Kau bocah kurang ajar! Tidak tahu tata krama!" sinis Jimin.

"Aigoo, aigoo... lagi pula kalian kan tidak tahu masa depan kalian. Siapa yang akan tahu jika suatu hari nanti kalian bisa berteman baik?" tanya Seokjin tersenyum miring.

"Tidak akan!" Jungkook dan Jimin kembali berucap bersamaan.

"Jika aku sampai berteman dengannya, aku akan berlari mengelilingi lapangan panahan dengan menggunakan hotpants berwarna pink serta high heels 10cm sebanyak 52 kali!" seru Jimin yang membuat Jungkook dan Seokjin takjub.

"Jinjja?" Seokjin membulatkan kedua matanya. Jungkook tersenyum penuh arti.

"Lihat saja Park! Akan akan membuatmu berteman denganku, bersahabat denganku bahkan aku akan membuatmu menangis saat aku jatuh sakit!"

TBC

Annyeong reader-deul... Gak nyangka ya besok anniv-nya bangtan yang ke-empat. Semoga bangtan makin berjaya ya kedepannya dan para army juga makin banyak.

Haha, entah kenapa aku kepikiran buat cerita beginian. Mianhae, kalau jelek ya.. tapi aku harap reader sekalian merasa terhibur ya... Dan, juga mungkin ini kurang panjang dan kurang memuaskan. Jika banyak yang tertarik next chap aku panjangin. Atau gak anggap aja ini prolog, hehe...

Sebenernya sekolah Restad College ini memang ada tapi di Denmark karena fanfict ini buat bangtan jadi bayangin aja kala RC ada di Seoul, kkkk. Tapi, fakta yang bener itu cuman di gedungnya ada satu, bentuk kelas yang tanpa atap dan bangkunya pakai kursi bantal, bukunya pakai laptop udah deh itu sekolah macem kayak hotel. Tapi, kalau gedung lainnya itu imajinasi author sendiri. Aku harap reader-nim suka sama cerita kali ini. Di tunggu for next chao okey...

Bye bye, kamsahamnida...