A/n : oke... karena aku bukan tipe orang yang bisa bertahan hanya pada satu cerita, jadi aku buat lagi, dengan pair Mikuo Rin! Ini semua adalah one-shot namun dengan latar semua vocaloid adalah siswa sma kecuali beberapa vocaloid yang kujadikan guru dan hampir semua cerita tidak berhubungan jadi jangan kaget kalau tanggal dan waktunya bisa sama, tapi ada satu hal yang jadi penghubung ... Rin dan Mikuo itu...

Rue : Selamat menikmati cerita~

.

.

.

Mikuo X Rin : our 'normal' high school live!

.

.

.

Chapter one : Meeting again

.

.

.

"Uwaaa! Len-chan! Kita kembali lagi kesini!" seru seorang gadis berambut pirang terang dengan pita besar yang bertengger dikepalanya pada seseorang disebelahnya yang sedikit lebih tinggi darinya, yang tidak lain dan tidak bukan adalah adik kembarnya, Len.

"Benar! Sudah beberapa tahun berlalu semenjak kita pindah ke Osaka! Dan sekarang kita kembali ke Hokkaido! Bagaimana kabar teman-teman kita dulu ya?" balas adiknya Len tak jauh dari Onee-channya sambil mengamati gedung SMA mereka, atau Crypton high school, itulah bahasa kerennya.

"Kriiiiiiiiinnnngggggg!" bunyi bel tanda masuk sudah terdengar dari pintu gerbang yang sedari tadi Len dan Onee-channya berdiri untuk melihat betapa besarnya SMA yang mereka akan sekolahi selama dua setengah tahun itu.

Saling mengangguk, mereka berdua langsung berlari , berlomba menuju kedalam gedung itu untuk mencari ruang guru dan tentunya masuk kekelas baru mereka. Yah, itupun kalau mereka mendapat kelas yang sama.

.

.

.

"Ehhh? Aku dan Len-chan tidak sekelas?!" protes gadis berpita besar itu pada seorang guru,

"Yah maaf ya, disekolah ini setiap kelas jumlah maksimal siswanya adalah dua puluh empat, dan tahun ini yang pindah dari sekolah ini hanya tiga orang, namun berbeda kelas... jadi maaf ya Kagamine-san dan Kagamine-kun" jelas guru itu pada Len dan Onee-channya Rin. Yah, walau sudah berumur lima belas tahun, mereka berdua tidak terlalu suka berpisah kecuali saat mereka tidur, mandi dan berganti baju, namun pisah kelas? Tak pernah terbayangkan oleh mereka hal seperti ini akan terjadi, namun harus bagaimana lagi? Tentunya mereka tak bisa menolak dan bersikeras untuk satu kelas.

Dengan lesu, mereka berdua saling mengangguk tanda mengerti dan meminta masing-masing guru wali kelas mereka untuk mengantar mereka pergi ke kelas masing-masing walau masih sering mereka saling menoleh untuk memastikan. Entah untuk memastikan apa.

Dengan sedikit lemas Rin berjalan mengekori wali kelas berambut putih didepannya, menuju kelas miliknya. "Selamat pagi anak-anak!" seru guru berambut putih itu kedalam kelas miliknya dan langsung disambut dengan semangat oleh para muridnya. "Baiklah seperti yang kalian tahu hari ini akan ada seorang siswi baru dikelas ini! Namun sebelum itu, aku akan mengabsen kalian semua" seru Haku-sensei pada murid-muridnya.

"Kagamine-san kau juga bisa menggunakan hal ini untuk mengetahui teman sekelas mu, oke?" tanya Haku-sensei sambil memberi kedipan pada Rin dan mengambil buku absen, sementara Rin hanya mengangguk saja. "Baiklah... yang pertama, Aoki Lapis!" seru Haku-sensei dan ada seorang gadis berambut cepat bewarna biru mengangkat tangan kanannya "Lalu..." kata Haku-sensei, namun sepertinya Rin tidak terlalu mendengarkan hingga sebuah nama mengagetkannya.

"Hatsune Mikuo? ... Hatsune Mikuo?" tanya Haku-sensei pada seluruh murid kelasnya dan ada seorang murid yang mengangkat tangannya. "Ya? Hibiki-kun?" tanya Haku-sensei pada seorang pemuda? Berambut cepak dengan warna kuning-orange.

"Kaicho sedang bertugas Haku-sensei" katanya, menjelaskan secara singkat pada Haku-sensei.

"Hm, ketua OSIS memang sibuk... ya sudah, selanjutnya..." kata Haku-sensei melanjutkan kegiatannya mengabsen siswa kelasnya, tanpa menyadari bahwa siswi barunya sudah mati membeku mendengarkan nama "Hatsune Mikuo", 'A-apa? D-dia ada dikelas ku? Oh tidak! Masa-masa SMA ku yang indah pasti hancur!' raung Rin dalam hati, tanpa menyadari kalau ada seseorang yang berdiri tidak jauh darinya.

Dengan perlahan jari telunjuknya menyentuh kulit bagian leher milik Rin, Rin yang tidak tahan dengan geli langsung berteriak kaget karena ada sesuatu yang menyentuh kulit lehernya yang sensitive. Menyebabkan Haku-sensei menoleh kearahnya dan berkata,

"Oh! Hatsune-kun! Kau sudah selesai?" tanya Haku-sensei pada seseorang yang bernama Hatsune Mikuo itu, dengan tengannya yang memegangi bagian leher yang disentuh olehnya tadi Rin menoleh kearah pelaku yang menggelitiknya itu dengan gerakan kaku nan patah-patah.

Sementara itu, Hatsune Mikuo yang melihat wajah korban yang digelitiknya itu sedikit terkejut, namun dengan cepat tergantikan dengan seringai licik. "Wah wah, si pendek sepertinya pulang kembali" ejek Hatsune Mikuo pada Rin yang memandanginya dengan tatapan ketakutan? Bukan, sepertinya tatapan tak perdaya, tak percaya, tak tahu harus bagaimana...

Sementara itu di dalam pikiran Rin sendiri, ia seperti sedang melayang-layang entah kemana di luar angkasa yang luas membahana, sambil memegangi kepalanya dengan kedua tangannya dan berteriak sekeras-kerasnya dan tanpa sengaja ia terhisap kedalam black hole dan pergi entah kemana.

.

.

.

"S-salam kenal" kata Rin takut-takut, pandangan matanya sedari terus melihat lantai kelas barunya, entah kenapa lantai terasa sangat menarik. Dibanding melihat teman-teman barunya atau Mikuo Hatsune yang ia takuti semenjak kecil...

"Huaaa! Aeng! Ang! Sakit! Jangan ditarik Kuo-chan!" tangis sesosok gadis cilik pada bocah lelaki yang terus saja menarik pita besar diatas kepalanya, sementara sang bocah laki-laki itu justru tersenyum senang atau lebih menyerupai seringai, melihat gadis kecil yang tingginya hanya sepundaknya itu menangis.

"Ahaha! Kau terlihat lucu sekali Kagamine!" kata Kuo-chan atau Hatsune Mikuo, sambil terus menarik-narik pita besar Rin, sementara si Rin sendiri terus saja menangis sambil memegangi kepalanya yang sakit. Akibat tarikan Mikuo.

Yah... melihat saat itu Rin baru berumur empat tahun, itu pasti hal yang sangat menakutkan baginya. Dan sampai sekarang Mikuo adalah hal yang sangat ia takuti... apalagi sekarang perbedaan tinggi mereka sekarang berbeda sekali, tentunya tenaga Mikuo pasti lebih besar sekarang dibanding dulu.

"Nah... sekarang, kau duduk..." kata Haku-sensei sambil melihat keseluruh kelas, untunglah ada satu bangku kosong...

.

.

.

'DIDEPANKUO-CHAN?!' teriak Rin dalam hati, matanya yang sedari-tadi berputar, terus berputar lebih cepat dari yang tadi, darah terus terasa menaiki kepalanya, bukan karena malu, tapi karena rasa takutnya pada Kuo-chan.

"Nah, Kagamine-san silahkan duduk disamping kiri Akasaka-san, Akasaka-san tolong angkat tanganmu~" perintah Haku-sensei pada seorang gadis cantik bermata biru cerah dan berambut pirang kemerah mudaan panjang. Dengan senyum ramah yang terpasang di wajahnya iapun menaikkan tangan kanannya.

Namun, sepertinya Rin tidak memperhatikan senyum ramahnya, ia justru berjalan gontai menuju meja sekolah barunya itu. "Halo Rin-chan! Namaku Akasaka IA, kau boleh panggil aku IA-chan" bisik sapa gadis cantik bernama IA itu, namun sayang sekali... Rin tampaknya sama sekali tidak mendengar bisik sapanya. Pikiran Rin terus melayang tentang tempat duduknya yang berada tepat dibelakang mejanya. Namun semua pikirannya itu pecah ketika kursinya bergoyang sedikit keras, akibat senggolan/tendangan dari laki-laki berambut teal di belakangnya.

"Oi pendek, kau dipanggil Akasaka-san" bisik Mikuo sedikit keras pada Rin, Rin yang sadar akan hal itu segera menengok ke IA dengan muka memerah malu segera meminta maaf pada IA karena tidak mendengar sapaannya tadi. "Dasar bodoh, sama sekali tidak berubah" hela Mikuo sambil membuka buku cetaknya dan melihat papan tulis yang mulai terisi dengan tulisan penjelasan dari Haku-sensei.

Sementara Rin dan IA sendiri, mulai asik berbicara, tidak memperdulikan penjelasan dari Haku-sensei, dan tentu saja dengan berbisik.

.

.

.

"Rin-chan! Makan siang bareng yuk!" ajak IA sambil menarik kursinya kemeja Rin, Rin yang mendengar hal itu hanya mengangguk sambil mengambil bentonya dari dalam tasnya dan menaruhnya di mejanya. Dengan perlahan ia membuka bentonya sambil berharapharap cemas. Apa isi bentonya yang selalu aneh.

Dan ketika Rin membuka bentonya, ternyata itu adalah nasi kare kesukaannya, Rinpun menghela nafas senang, setelah lega melihat isi bentonya, Rin langsung melihat isi bento milik IA, dan ternyata bento miliknya berbentuk seperti tokoh salah satu anime terkenal.

"Wah~ bento Rin-chan nasi kare ya? Sepertinya enak!" komentar IA ketika melihat bento milik Rin.

"I-iya m-makasih, bekal IA-chan juga..." bingung dengan apa yang harus dikatakan Rin selanjutnya, namun dengan sedikit ragu Rin melanjutkan, "U-unik... itu siapa? Dari anime apa?" tanya Rin ketika menemukan bahan berbicara yang tepat. Selama ini Rin tidak terlalu bisa berkomunikasi dengan orang lain, tentunya selain keluarganya.

"Rin-chan tidak tahu ya? Ini Ciel-chan dari Kuroshitsuji~ dia shota banget lo" jawab IA dengan wajah yang susah digambarkan oleh Rin, wajah senang? Wajah ketika melihat kucing yang imut? Wajah ketika melihat sesuatu yang menggemaskan? "Dan Rin-chan kau tahu? Kau sangat cocok untuk menjadi seorang lolita, maksudku... WAJAH BULAT YANG TERKESAN KEKANAKAN! MATA BIRU BESAR YANG MOE! BADAN KECIL NAN KURUS! MODEL RAMBUT YANG COCOK! PITA BESAR DI KEPALA YANG MENAMBAH KE MOE-AN MU!" teriak IA tiba-tiba sambil menunjuk bagian-bagian tubuh Rin, dengan pelan IA menarik nafas panjang dan mulai berteriak kembali.

"Dan yang terakhir yang paling penting... DADA YANG HAMPIR TAK ADA! MENAMBAH KESAN LOLITAAAA... ADUH!" teriakan IA terhenti karena tepukan keras dari belakang kepalanya, atau lebih tepatnya tepukan keras dari sebuah buku milik seorang Hatsune Mikuo.

"Akasaka-san, dilarang berteriak didalam kelas!" serunya mengingatkan,

"Itai... gomen..." lirih IA pada Mikuo sambil membungkuk sedikit, "Oh ya, kaicho-kun sudah berkenalan dengan Rin-chan belum? Kalau belum..."

"Tidak usah, lagi pula namanya pasti sama" jawabnya memotong perkataan IA dan pergi begitu saja, melihat itu IA langsung berbalik dan menjulurkan lidahnya.

"Weekk! Dasar Kaicho jelek!" seru IA sebal, "Aku bingung bagaimana bisa dia jadi seorang Kaicho?!" serunya lagi, membuat seisi menjadi kaget, termasuk Mikuo yang baru saja berjalan lima-enam langkah darinya. Seperti video yang diulang, Mikuo berjalan mundur menuju arah IA, dengan wajah seram ia berbalik dan menatap lurus IA, melihat itu IA jadi berkeringat dingin.

Ia lupa kalau Mikuo punya tatapan dingin yang 'berbahaya', menelan ludah, IA berkata "Ah, aku hanya bercanda Kaicho-sama" kata IA dengan senyum takut yang dibuat senang yang tertempel diwajah cantiknya, melihatnya Mikuo hanya mengangguk sajalah. Namun dengan cepat pandangan matanya beralih ke arah Rin. Seperti seekor kelinci yang terkejut, telinga atau pita besar Rin menegang, melihat Mikuo melirik kearahnya. Keringat dingin juga mulai bercucuran dari seluruh tubuhnya. Takut.

"Dan kau pendek... sepertinya kamu masih saja memakai pita besar bodoh itu..." kata Mikuo sambil menjulurkan tangannya dan memegang pita besar Rin, entah kekuatan apa yang ada di pita itu, pita itu terkejut karena pegangan tiba-tiba dari Mikuo, dan tiba-tiba saja Mikuo menarik pita besarnya, seperti dulu...

"Ang ang! Sakit! Jangan ditarik! Jangan ditarik! Sakit! " erang Rin sambil memegangi kepalanya atau lebih tepatnya pitanya yang ditarik oleh Mikuo.

"Ehehe, kau masih saja mengeluarkan suara aneh ketika aku menarik pitamu pendek" kata Mikuo sambil terkekeh dan melepaskan pita besar Rin dan berlalu begitu saja, masih dalam kekehannya. Meninggalkan Rin yang masih sedikit kesakitan dan IA yang bingung.

"Ei~ Rin-chan kenal Kaicho-san ya?" tanya IA pada Rin, setelah dirasa suasana sudah agak mereda.

"I-iya, Ku... eh, Hatsune-san dan aku teman semasa TK dan SD kelas satu namun, dikelas dua aku pindah ke Osaka, tapi sebenarnya kami juga bertetangga" jawab Rin sambil membetulkan letak pitanya yang tadi ditarik-tarik oleh Mikuo, "Dan Hatsune-san juga entah kenapa suka sekali melihatku kesakitan ketika dia menarik pitaku" tambah Rin lagi, sambil mengencangkan pita besarnya.

"Begitu... jadi kalia..." namun perkataan IA harus terputus karena bel masuk telah berbunyi, dengan lesu, Rin dan IA merapikan kedua bekal mereka yang belum sempat mereka makan, sepertinya mereka akan sengsara karena rasa lapar di jam-jam pelajaran berikutnya.

.

.

.

"Maaf Rin-chan! Aku harus pulang dulu!" seru IA sambil berlari keluar kelas meninggalkan Rin kebingungan. Dengan santai Rin berjalan keluar kelas dan berjalan kearah kanan. Tanpa mengetahui kalau ada sepasang mata yang mengamatinya, namun pengamatan orang itu harus berhenti kalau bukan karena loncatan 'cinta' dari seseorang bewarna biru.

"KAITO! LEPASKAN AKU!" seru atau teriak Mikuo marah, pada pemuda biru itu, "KAU ITU SUDAH MENJADI SENIOR DISINI! KENAPA SIKAPMU MASIH SAJA MENYEBALKAN DAN KEKANAKAN SIH?!" seru Mikuo lagi sambil menendang Kaito agar melepaskan dirinya.

"Huaa! Kuo-chan jahat! Padahal aku cuma mau kasih tahu kalau Rin-chan dan Len-chan pulang ke Hokkaido!" seru Kaito, namun justru mendapat tendangan manis dari Mikuo tepat didepan mukanya.

"Kalau itu aku juga tahu BaKaito! Kelas Rin juga sama denganku!" seru Mikuo sambil menekan muka Kaito kelantai kelasnya, "Oh ya, itu jadi mengingatkanku, dia pasti tersesat" kata Mikuo, lalu tiba-tiba saja ia mengambil tasnya dan berlari kearah Rin tadi ambil, meninggalkan Kaito terkapar dilantai kelasnya.

Namun tak seberapa lama ada seorang gadis berambut coklat bob masuk kedalam kelas Mikuo dan melihat Kaito terkapar dilantai kelas Mikuo, menghela nafas, gadis berambut coklat itu dengan kasar menarik kerah seragam Kaito dan menariknya, tanpa memperdulikan erangan kesakitan dari Kaito karena tarikan di kerahnya dari gadis berambut coklat itu.

Dengan pandangan sayu gadis itu berkata, "Hei, Kaito?" tanya gadis berambut coklat itu pada pemuda berambut biru.

"Ya Meiko?" tanya balik pemuda berambut biru itu.

"... tidak jadi, hanya saja kau bodoh sekali menggoda Mikuo-kun seperti seperti itu" kata gadis bernama Meiko. Sementara pemuda yang kerahnya ditarik itu hanya terdiam dan menghela nafas pelan.

"Yah... panggilan ku saja BaKaito" jawab Kaito sambil terkekeh,

"Memang benar..." ucap Meiko, sambil terus menarik kerah Kaito, dan sama sekali tidak menyadari kalau muka Kaito sendiri mulai berubah menjadi biru karena kekurangan sesuatu yang bernama O2.

.

.

.

"A-aku dimana?" ucap serang gadis cilik dengan mata yang mulai berair karena ketakutan dan kebingungan. Matahari sudah mulai terbenam, meninggalkan langit sore yang bewarna kekuningan dan kemerahan. Namun itulah yang menjadi masalah, Rin takut gelap. Dengan lemas, tasnya tergantung ditangan kanannya.

Mungkin jika bersama seseorang ia takkan takut, terlebih lagi Rin itu buta arah. Hampir disetiap kesempatan untuk berjalan-jalan hampir tujuh puluh persen dia akan tersesat. 'Oh iya hand phone!' batin Rin, dengan tangan bergetar, Rin mengambil hpnya dari kantong rok sekolahnya. Namun sepertinya ia sedang bernasib buruk. Baterai hand phonenya habis, ia takkan bisa menelpon adiknya, Len untuk menjemputnya.

Dan dapat dipastikan dalam beberapa menit lagi Rin akan menangis, jika saja bukan karena sebuah tangan yang kembali mengejutkannya untuk yang kedua kalinya dalam sehari itu, dan tebak siapa pemilik tangan itu, tangan itu milik Hatsune Mikuo.

"Sudah kuduga kau akan tersasar, dasar ceroboh" tegur Mikuo sambil menyetik kening Rin sedikit keras.

"Go-Gomen..." jawab Rin sambil memegangi keningnya yang sakit.

"Sudah-sudah, ayo aku antar kamu sampai kedepan gerbang. Kecerobohanmu memang takkan berubah, dasar anak kecil" ucap Mikuo sambil berbalik arah dan mulai berjalan. Sementara itu karena kesal dengan komentar Mikuo Rin menggembungkan kedua pipinya karena menahan kesal. "Kau mau aku tinggalkan anak kecil?!" seru Mikuo tanpa menoleh kebelakang.

Karena takut ditinggal, Rin segera menyusul Mikuo. Melihat sosok gadis kecil yang tingginya tidak sampai dadanya itu membuatnya tertawa kecil, namun tidak sampai membuat Rin sadar akan hal itu. 'Dia benar-benar tidak berubah' pikir Mikuo sambil terus berjalan.

Tak beberapa lama mereka berdua sudah sampai di rak sepatu, dengan semangat Rin segera membuka rak sepatunya dan mengganti sepatunya. 'Rumah sayang~ aku datang' pikir Rin senang. Sementara itu pemuda berambut teal disebelahnya hanya memperhatikannya saja.

"Ku... Hatsune-san! Ayo cepat! Kutinggal lo!" ucap Rin tiba-tiba, membuat Mikuo sedikit kesal entah kenapa.

"Dasar, seharusnya kau kubiarkan saja berlalu lalang semalaman disini" ucap Mikuo kesal sambil memasang sepatu hitamnya. Mendengar itu mata Rin mulai berkaca-kaca, membuat Mikuo jadi sedikit salah tingkah, "He-hei! Aku hanya bercanda!" seru Mikuo. "Kau tetap saja cengeng" kata Mikuo sambil berdiri setelah memasang sepatunya.

"B-biarin! Itu bukan urusanmu Ku-Hatsune-san!" bantah Rin dengan sedikit air mata di sisi kanan-kiri matanya. Karena kesal Mikuo langsung menarik pita besar Rin, menghasilkan erangan sakit dari Rin, tidak hanya itu, Mikuo juga menarik pipi kiri Rin. Membuat Rin makin mengeluarkan suara kesakitan yang aneh.

"Yah sudahlah, ayo pulang" ajak Mikuo, sementara Rin sendiri sedang memegangi pipi kirinya dengan tangan kirinya dan merapikan pitanya dengan tangan kanannya, sementara kedua mata Rin menatap Mikuo dengan tatapan kesal. Karena tak mau ditinggal, Rin segera berlari kecil menuju Mikuo dan Rin dapat melihat adiknya, Len sedang menunggunya di gerbang sekolah dengan muka bosan.

"Len!" panggil Rin, membuat Len menoleh kearah mereka berdua dan melambaikan tangan senang. "Sudah dulu ya K-Hatsune-san!" kata Rin sambil memberikan senyum manisnya pada Mikuo dan segera berlari menuju Len. Namun larinya terhenti ketika sebuah tangan menarik tangan kanannya.

"Kau boleh panggil aku seperti dulu" kata Mikuo sedikit malu-malu dan mengalihkan pandangannya kearah lain. Mendengar itu Rin jadi sedikit bingung, namun Rin tersenyum lagi dan berkata;

"Baiklah! Makasih Kuo-chan!" seru Rin, dan dengan itu Rin segera berlari kearah Len, ketika Rin sudah dekat dengan Len, Mikuo dapat mendengar teriakan kesal dari Len dari ia harus menunggu Rin selama satu-dua jam. Namun dengan cepat Rin membungkuk minta maaf dan berjalan keluar sekolah. Meninggalkan Mikuo sendirian.

"... aku... apa yang kukatakan tadi?" tanya Mikuo pada dirinya sendiri dan menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Mikuopun melihat betapa merahnya langit sore itu.

.

.

.

Bersambung...

.

.

.

Tambahan...

"APPPPAAAAA?! KUO-CHAN TINGGAL DISEBELAH?!" seru gadis berambut pirang pendek kaget, melihat seorang pemuda tinggi berambut teal masuk kerumah disebelah rumahnya.

"Wah-wah, sepertinya aku dapat menyiksamu sesuka hati nih" kata Mikuo dengan tatapan licik. Membuat Rin kembali terlempar ke luar angkasa, tersesat disana, berteriak sekuat tenaga dan masuk kedalam sebuah black hole lagi, dan kali ini ia berpindah kedimensi lain.

Tampaknya kehidupannya akan sangat 'berwarna' dengan Mikuo sang 'penindas' yang sekelas dan tinggal didekatnya itu.

Kira-kira apa saja yang akan mereka hadapi?

.

.

.

A/n : teman semasa kecil... itu rencananya... yah... yang terakhir benar, tapi tentang ini akan menjadi kumpulan one-shot... tidak jadi, aku punya beberapa ide untuk alur cerita ini...

Rue : Ya ya...

A/n : yah... akhir kata review please?

REVIEW? RATE?