Title: From Zero

(Tinkxx)

– Minho x Jisung –

an: mereka lucuk:(

From Zero –

"Hah? Ngulang lagi? Maksud kakak ngulang kayak dulu lagi? Aku nggak salah denger kan?"

Jisung yakin, sejam yang lalu waktu di rumah dia masih denger waktu dipanggil sama bunda. Dia masih jelas banget denger adeknya, si Jeongin teriak minta dipuk-puk waktu mau tidur. Masa' iya dia langsung tuli waktu ketemu sama manusia di depan ini? Seumur-umur dia nggak pernah baca atau denger cerita kayak gitu.

Tangannya meraih gelas hot chocolatenya yang masih utuh, menimangnya sebentar sebelum akhirnya dia minum sedikit. Manusia yang tadi dia sebut masih aja tebar senyum sekalipun omongannya tadi menurut dia menusuk banget.

"Jisung," panggil sosok yang kata dia suka tebar senyum.

Otomatis dia noleh dan jawab, "Ya?"

"Tuh, kamu masih noleh waktu aku panggil, berarti tadi kamu nggak lagi salah denger," katanya yang sukses bikin Jisung merengut. Dengan kasar dia meletakkan gelasnya sampai pengunjung lain menoleh tertarik ke arah mereka. Sedangkan sosok di depannya cuma tersenyum sebelum bangun dari duduk dan membungkukkan badannya meminta maaf ke pengunjung yang udah antusias ingin tau.

Jisung mendengus. Masih kurang percaya kalau orang didepannya ini masih aja baik, bahkan sampai repot-repot minta maaf ke semua orang. "Kak Minho lagi stress, ya?" Tanyanya ketika seseorang itu, yang dia panggil Minho duduk kembali di tempatnya. Pemuda itu mengetukkan jarinya berulang kali di meja sebelum kembali menatap Jisung.

"Hmm... Stress gara-gara kamu? Kalau itu sih, iya."

Tuh kan! Gombalannya itu loh! Norak!

Ya, sekalipun Jisung bilang norak, tapi nyatanya pipinya merah, matanya jadi nggak fokus, mau minum aja salah ambil punya Minho yang ice americano. Ya, gimana Minho nggak gemes kalau cowok di depannya ini sama sekali nggak berubah. Gimana ceritanya dia bisa move on kalau tingkat kegemesannya meningkat gini? Tambah sayang sih, iya.

"Nggak ngerti lah. Aku mau pulang, ditunggu bunda." Jisung merengut lagi, dia buru-buru bangun dari duduknya. Tapi sebelum sempat jalan, Minho menahan tangannya, menariknya kembali ke tempat duduk mereka.

"Jawab dulu aku ngomong tadi."

Jisung meremat tangannya sendiri. Dia masih sayang, tapi dia takut buat mengulang sesuatu yang sama lagi. Dia juga nggak mau bikin Jeongin nangis lagi gara-gara dia cubitin karena gemes sama tingkah sosok yang lagi pegang tangannya. Jadilah setelah dia pikir selama 2 menit, dia natap Minho dengan mantap. Dia ngomong, "Jawabanku nggak, Kak."

Minho mengerutkan alisnya, tapi tetap tersenyum. "Alasannya?"

"Buat apa ngulang sesuatu yang udah jelas sama aja akhirnya?"

Seperti ada panah imajiner yang sekarang lagi menohok jantungnya waktu denger apa yang dibilang Jisung barusan. Tanpa sadar tangannya makin erat meremat tangan Jisung, sampai bikin pemuda itu ngaduh kesakitan. "Tapi, Dek–"

Jisung menghela napas lagi. "Seriusan deh, Kak, bunda lagi nungguin. Kakak tau sendiri kan gimana kalau bunda marah?"

Mau nggak mau Minho mengangguk. Dia paham betul gimana keluarga Jisung, gimana kalau bundanya Jisung marah. Yang pasti bunda bakal bikin uang saku anaknya itu sampai nominal 0 kalau lagi nggak nurut. Karena dia sayang Jisung dan nggak mau bocah itu mengemis ke teman-temannya buat dibeliin roti waktu di kampus besok, dia pun melepas kontak fisiknya. Sambil senyum dia bilang, "Okay, hati-hati, ya pulangnya."

Dan Jisung meninggalkan Minho begitu saja. Tanpa pamit atau senyum. Bahkan tanpa ucapan terima kasih atau apapun yang seemggaknya bisa bikin Minho seneng.

Harapannya memang terlalu jauh kalau minta semuanya kembali seperti dulu, tapi gimana kalau emang dia masih sayang sama adek tingkatnya itu tadi?

Jadi, Minho udah memantapkan diri buat bisa dapatin Jisung lagi dan mengulang semuanya dari awal. From zero. Dari nol.

Nggak, aku bukan pegawai pom bensin yang suka ngomong dari nol, kok, batin Minho.

TBC

kalo ada mood saya lanjut, kalo nggak ada saya unpublish HEHE.

Saya lagi belajar soal mereka, jadi maaf kalo misal kurang sreg sama karakter yang saya buat di mereka:)

Love,

Tinkxx