"Ah…"
"Dia memulai permainan baru."
Together in The Story
ATLUS
(c)pankoi
"Hei, dia memulai permainan baru." Ucap gadis berambut coklat sambil menarik lengan baju pemuda yang ada disampingnya.
Yang disampingnya hanya mengangguk. Melihat ke atas.
"Kira-kira siapa yang akan dipilihnya ya? Kau atau aku?" gadis itu ikut melihat ke atas.
"Entahlah." Jawabnya.
"Apa kau akan diberi nama Minato lagi? Atau Gentarou? Oh! Apa kali ini kau akan diberi nama 'Rambut Emo'?!" si rambut coklat tertawa keras.
"Tidak ada yang tahu. Kau juga, pasti akan diberi nama Hamuko atau Minako—yah, biasanya."
Si gadis hanya mengangkat bahu. "Tergantung si pemain. Apapun nama yang diberikannya kepada kita mau tidak mau kita harus menerimanya." Ucapnya sambil tersenyum.
"…Kau tahu, aku ingin kita bersama." Lanjut si rambut coklat.
Pemuda berambut biru hanya diam. "Mana mungkin kita bersama."
Gadis itu hanya tersenyum pahit. Ia melihat tangan lelaki yang ada disampingnya.
Perlahan ia menyematkan jari-jarinya ke jari lelaki tersebut, lalu menggenggam tangannya erat.
"Kapan kita bisa bersama—dalam cerita permainan ini?" ucap gadis itu lirih.
Lagi-lagi si pemuda hanya diam sambil tetap memandang sang pemain.
"Kau tidak mau kita bersama dalam cerita itu?" tanya si gadis.
Si rambut biru menghadap kearah si gadis. "Menurutmu?"
"Aku tidak tahu. Tapi yang pasti aku ingin kita bisa ada di dalam permainan itu bersama."
Mereka berdua melihat ke atas, ke arah sang pemain.
"Dia masih bingung siapa yang akan dia pilih." Si gadis tersenyum kecil.
Pemuda itu mengelus kepala si gadis. "…Aku… Juga ingin kita bersama dalam cerita itu." Ucapnya pelan.
"Aku… Aku ingin kita bisa ke festival musim panas bersama." Lanjutnya.
Gadis berambut merah itu mengeratkan tangannya. "Kalau kita bisa bersama dalam cerita permainan itu, aku akan membuatkanmu muffin dan coklat."
Mereka berdua tersenyum, saling menempelkan dahi satu sama lain.
"…Sayangnya kita tidak akan bisa bersama."
Mereka berdua diam; membisu. Saling mengeratkan jari-jari mereka dalam keheningan.
"—Ah, dia memilihku." Ucap si rambut biru melihat ke atas.
Genggaman perempuan itu semakin kuat.
"Nah, aku harus pergi." Pemuda itu melepaskan tangannya dari tangan si gadis perlahan.
"Aku tidak ingin kita berpisah… Minato!" si gadis berteriak sedikit kencang.
Pemuda itu menepuk kepalanya. Lalu tersenyum sedikit—dan perlahan menghilang.
Si gadis mengikuti serpihan kepergian menghilangnya si pemuda. Lalu duduk terdiam. Menutupi wajahnya dengan kedua telapak tangannya.
"…Kapan… Kita bisa bersama… Dalam cerita permainan ini?"
