Dandelion no Yume
By
Kirana_shu
(salam kenal semuanya, Ini adalah FF-ku yang pertama, mohon bantuan dari semuanya)
Desclaimer :
Naruto Masashi Kishimoto
Pairing :
SasuSaku
Warning : OC, OOC, gaje, rumit, and gak jamin update cepat #plak. Udah anak baru, ngelunjak lagi…. #Hehe.. gomen..ne…
Happy Reading
Siang itu matahari bersinar sangat terik. Hembusan anginya yang bertiup kencang, justru membuat suasana semakin tidak bersahabat. Seorang pemudaa berambut emo melangkahkan kakinya dengan nada yang terdengar jigjag, tanda kesal. Sesekali ia terus mengusap lehernya, dimana tidak tersisa lagi sedikitpun cairan dikerongkongannya. Dia terus berjalan menuju sebuah kantin yang terletak di Konoha International University itu. Sesampainya disana, sebuah koin yang dikeluarkan dari saku celananya langsung berakhir di dalam sebuah lemari pendingin otomatis, tergantikan oleh sekaleng lemon tea soda yang langsung disambut dengan tegukan kehausan dari sang pemuda.
Dia menghampiri seperangkat meja makan dengan 4 buah kursi, dan langsung mendudukan dirinya disana. Walaupun disebut kantin, namun tempat itu didesain layaknya café, begitupun dengan makanannya yang berkelas. Ya,KUI ini memang sebuah kampus bergengsi, hanya orang-orang dengan otak kapasitas iqu 150 keatas yang bisa masuk kesini.
Diapun kemudian membuka sebuah laptop silver bermerk yang dibawanya sedari tadi.
"Dasar Dosen aneh. Seenaknya saja dia menunggu 2 jam didalm kelas penat, membosankan, gila itu. Tetap saja ujung-ujungnya diliburkan." Rutuk pemuda itu bertubi-tubi.
Beberapa pasang mata yang menatapnya , tidak ia tanggapi. Bisik-bisik mengenai dirinya, ketampanannya, kejeniusannya tidak pernah ia gubris. Semua itu hany dianggapny angina penyesak, gadis-gadis yang menyushkan. Padahal mereka mempunyai otak yang jenius, pemikiran yang matang, dan harga diri yang tinggi. Namun entah mengapa, semua itu seperti meleleh bila sudah berhadapan dengan pesona sang Uchiha Sasuke.
Perlahan jari-jemari lentiknya mulai menari diats keyboard. 'sudah setengah tahun aku tidak membuka twitter.' Batin Sasuke. Jari telunjuknya mengarahkan kursor dan membuka mentions. Sebenarnya, Sasuke tidak terlalu peduli dan tidak ada waktu untu membuka jejaring sosial seperti ini. Namun, untuk menghilangkan jenuh, itu tidak ada salahnya, bukan?.
'Hai, Sasuke'
'Hallo, Sasuke-kun…'
'Sasuke-kun semakin hari semakin tampan, dechh….'
Sasuke menarik napas panjang, dan menghembuskannya kasar. 'Huh'. Dia tentunya sangat malas bila harus membalas sapaan-sapaan murahan dari para gadis yang menggilainya. Bahkan tanppa seizin Sasuke, mereka telah membuat sebuah pens girl yang diluluki SLF (Sasuke Love Forever).
Huh, sama seperti biasa : tweet
Sasuke kembali meneguk kembali lemon tea sodanya.
Haru-haru : maksudnya? -_-'
Sasuke_esu : annoying
Haru-haru : menyebalkan, hanya untuk orang yang tidak bersyukur
Sasuke_esu : maksudmu?
Siapa sih dia? Seenaknya mengklaim begitu.
Haru-haru : tidak mengapa, hanya mengeluarkan apa yang ingin hatiku katakan
'huh, konyol. Jawaban apa itu, dasar gadis aneh.' Batinnya kesal. Namun, tetap dengan wajah datar. Bukankah, memang semua Uchiha seperti itu, image dan harga diri yang tinggi.
Sasuke_esu : jawaban konyol
Haru-haru : ah, sudahlah, aku tidak mau punya musuh. Maaf kalau kata-kataku menyinggungmu. Tapi, itu bukan jawaban konyol. Umm.. namamu siapa?
Sasuke_esu : -
Haru-haru : namamu cocok sekali, Es. Benar-benar dingin dan pelit kata. Aku Sakura, hai Sauke Esu
Sasuke_esu : tanpa esu, aneh
Haru-haru : aish.. kau itu suka sekali menghina, ya?
Sasuke_esu : hn?
Har-haru : Hn? Maksudmu? Mm.. kau mau gabung grupku? .net #gabung ya!
Sasuke melihat pergelangan tangannya, dimana sebuah jam berpahat klasik-modern dengan harga selangit bersemat disana. '02.13'. Dia pun langsung meng-close aplikasi internet itu –tanpa keluar dari twitter-, menutup laptopnya dan langsung pergi memenuhi janji. Menemui ayahnya.
Disebuah restoran, dua orang gadis sedang menikmati makanannya. Seorang gadis berambut merah muda sebahu tengah menikmati spageti cheese-nya, tangannya sesekali menari-nari pada laptopnya. Sedangkan, gadis yang satunya tengah membenamkan wajahnya kesal sembari menikmati saladnya secara paksa.
"Sakura". Ucap gadis berambut pirang dikuncir kuda itu agak kesal, karena sedari tadi ia terus diacuhkan sahabatnya itu.
"Apa?." Jawab Sakura tanpa menglihkan pandangannya dari laptopnya.
"Sakura…" Ulang gadis berambut pirang itu dengan nada naik 1 oktap.
Sakura menarik napas panjang, sembari menggelengkan kepalanya pelan. 'dasar lelaki es.' Batinnya.
"Sakura, kenapa kamu tidak masuk jurusan astronomi saja?" Tanya gadis berambut pirang itu sinis.
"Iya, Ino. Ada apa?." Tanya Sakura memeniskan suaranya sembari menatap gadis dihadapannya itu.
"Kau sedang apa, sih?." Sinis Ino yang sedari tadi merasa diacuhkan. "Kamu jadi pergi besok, Sakura?." Tanya Ino dengan suara yang kembali melembut, terdapat nada kecewa tergambar disana.
"iya." Jawab Sakura lemah. "Panti asuhan kekurangan guru. Kau tahu sendiri, kan? Seberapa banyak sih guru yang mau mengajar di panti asuhan yang hanya digaji kecil." Sakura mengambil nafas panjang "Lagi pula… aku dibesarkan disana. Jadi, mana mungkin aku menolak." Lanjutnya merasa tidak enak hati.
"Mmm.. berarti aku sendirian donk di asrama." Ucap Ino dengan nada merjauk.
"Ha… ha… tenang saja. Hanya satu bulan kok." Kata sakura enteng
"Apa? 'hanya' kau bilang." Ucap Ino memberi penekanan pada kata hanya. "Itu harusnya 'Cuma'." Lanjut Ino.
"Hah,.. dasar kau ini." Mereka berdua pun tertawa bersama.
