Disclaimer: All the characters belong to J.K. Rowling
No 2nd
Harry terbiasa menemukan namanya disebut dalam romansa yang terurai dari bibir Draco. Menjadikannya merasa istimewa dari insan yang teristimewa di hatinya. Ia pun biasa menghisap legitnya cinta dari bibir lelaki itu. Memantik seluruh gelora yang nantinya hanya menyisakan mereka berdua dalam bias-bias serupa surga.
Harry terbiasa lelap dalam dekap hangat Draco. Mengintisarikan tiap tarikan nafas lelaki itu menjadi prosa yang menyabdakan asmara untuk memanjanya dalam lingkar mimpi.
Harry terbiasa menemukan dirinya tersesat sepanjang jalan menuju hati Draco. Tersesat dalam kemagisan cinta yang melucuti semua mantra asmara. Hingga pada akhirnya ia menyadari, ia tak memerlukan map sama sekali. Karena ia sendiri telah bermukim dalam ruang penuh gemintang di hati Draco tanpa ia tahu bagaimana ia menemukan jalan menuju ruang itu.
Harry terbiasa dengan cintanya pada Draco.
Terbiasa dengan cinta Draco kepada dirinya.
Terbiasa dengan Draco dan cinta.
Maka, ada sesuatu yang tak biasa ketika waktu meniadakan sapa mesra Draco di telinganya. Salah satu sudut hatinya memburai kesedihan. Membuatnya menyesap masamnya cemburu dari bibir waktu. Memaksanya termangu dalam kesendirian… Dalam kesepian…
Ada yang tak biasa ketika ia terjaga dan mendapati Draco tak ada di sampingnya. Rintih sepi yang dikumandangkan malam bagai kidung kematian yang mengantarkannya pada mimpi-mimpi mencekam.
Ada yang tak biasa ketika ia berputus asa pada tiap jalan yang ia lalui untuk menemukan sebuah ruang penuh gemintang di satu sisi hati Draco. Berpikir bahwa ia membutuhkan peta. Namun, pada akhirnya sosoknya mengabur dalam tiap liku menuju hati lelaki yang ia puja. Mengabur dan lenyap tanpa bayang.
Entah sudah berapa lama hingga akhirnya butir-butir waktu merangkum kesendiriannya tanpa Draco menjadi bukit-bukit rindu yang terjal dan menuntunnya dalam kesepian.
Harry terbiasa dengan cintanya pada Draco.
Terbiasa dengan cinta Draco kepada dirinya.
Terbiasa dengan Draco dan cinta.
Maka, ketika lelaki itu kembali dan menjanjikan cinta untuk yang kedua kalinya, nalurinya tak mungkin membantah.
Ia membiasakan diri pada rayu madu yang disusupkan Draco dalam matoid jiwanya. Tapi, pada akhirnya semua terasa hambar.
Ia membiasakan diri pada tiap sentuhan Draco yang membungkus ragawinya. Tapi, pada akhirnya tak ada sedikitpun rasa yang merasuk dalam sukma.
Ia membiasakan diri pada tiap dekapan Draco yang dahulu selalu membuainya dalam khayalan. Tapi, pada akhirnya semua terasa seperti tetesan gletser yang membasuh seluruh jiwa.
Ia membiasakan diri dengan Draco.
Ia membiasakan diri dengan cinta.
Ia membiasakan diri dengan Draco dan cinta.
Maka, yang ia dapatkan hanya kecewa. Saat ia memahami bahwa ia mencintai cintanya pada Draco di masa lalu. Mencintai rasa yang dahulu menggelombangkan bahagia untuknya dan Draco. Ia mencintai cintanya pada Draco yang membuatnya terbiasa dengan rasa itu. Ia mencintai cinta Draco pada dirinya yang membuatnya terbiasa dengan segala yang diberikan Draco dengan cintanya. Sementara kini, semua tak lagi biasa.
Hingga akhirnya, ia menyadari… Tak ada cinta yang berulang dengan sempurna hingga kedua kali. Seperti tali yang terputus... Saat disambung kembali tak akan pernah menemukan simpul yang sama seperti kala pertama.
FIN
Monday, November 22, 2010 01:35 am
Maybe there is nothing u can get from this simple fiction… Somehow, it's only the way I exspress what I really feel… I'm fed up with this love… I give up with this relationship :'(
Trust me… Sometimes the person u want most is the person u r better off without
*Nesia Eg Yufa has a birthday today! Have u send her any gift?*
Feedback, please…
