"Hey, aku menemukan sesuatu yang menarik, loh!" Kano Shuuya berkata sembari melambaikan kertas yang dibawanya, sebuah senyuman lebar mirip seringai tersulam di wajahnya yang tampan.

"Apa? Apakah ada diskon di pusat perbelanjaan lagi?" Seto Kousuke menoleh, kedua mata cokelat mudanya berbinar-binar penuh semangat.

"Bukan, lebih baik dari itu!" Kano berseru sama bersemangatnya, melambaikan kertas yang menyerupai selembaran iklan yang ia dapatkan dari seseorang.

"Kau mendapatkan pekerjaan...?" Momo Kisaragi bertanya dengan nada ragu, memiringkan kepalanya ke satu sisi dari tempatnya duduk selagi ia menatap Kano dengan sepasang mata cokelat tua yang dipenuhi kilatan penasaran.

"Tidak, coba lagi!" Seringai Kano melebar, jika itu mungkin, pemuda bersurai pirang tersebut kemudian menoleh ke arah gadis berambut hijau panjang yang menatapnya dengan tatapan kritis yang menusuk. "Kido?" Panggilnya.

"Kau ... Mendapatkan pakaian gratis?" Kido Tsubomi menaikkan sebelah alisnya.

"Ah, kau ini. Aku tahu kau lebih kreatif dari itu, Kido. Hibiya? Konoha?" Kano memutar bola matanya dan melipat kedua tangannya di depan dada, menoleh ke arah kedua laki-laki yang sedari tadi diam dan memperhatiakn gerak-gerik Kano dengan tatapan bertanya.

"Mana aku tahu? Kau belum memberitahuku." Hibiya Amamiya memutar bola matanya.

"... Makan gratis sepuasnya...?" Konoha memiringkan kepalanya ke satu sisi, membiarkan helai-helai putih rambutnya menutupi sepasang iris merah yang selalu hampa akan emosi.

Kano menggeleng, mulai tidak sabar dengan jawaban-jawaban dari rekan-rekannya. "Mary? Ene? Shintaro?" Ia kemudian menoleh ke arah tiga orang yang tersisa—dua sebenarnya, karena yang kedua tidak dapat dibilang manusia, biarpun dulunya ia memang manusia.

"Kau berulangtahun?" Kozakura Mary menaikkan sebelah alisnya, salah satu sudut bibirnya naik beberapa senti untuk membentuk senyum kaku ketika melihat Kano menghela napas, menggeleng sebelum mengalihkan tatapannya ke arah Artificial Intelligence yang kini menjerit-jerit dari tempatnya di ponsel Kisaragi Shintaro.

"Kau mendapatkan kekasih!"

Dan seruan Ene dibalas dengan tatapan kosong nan datar dari seluruh rekannya—kecuali Kano yang malah tertawa hampa sembari memegangi dadanya yang terasa seperti ditusuk panah tak terlihat dan Shintaro yang mengerti penderitaan Kano secara luar dan dalam—seolah mereka semua bertanya: 'Memangnya ada yang mau sama orang seperti Kano?'.

"Ah..." Shintaro, satu-satunya anggota Mekakushi-Dan yang belum menjawab pertanyaan Kano, menggaruk pipinya dengan jari telunjuknya, dahinya berkerut ketika ia berpikir. "Kau mendapatkan uang...?" Bahkan di telinganya, pernyataan itu malah menyerupai pertanyaan.

Seringai Kano kembali terkembang, "Hampir."

.

.

The Basketball Which Mekakushi-Dan Plays belong to Azureinne Karale

Kagerou Project belong to Shizen no Teki-P

Kuroko no Basket belong to Tadatoshi Fujimaki

An Alternate Universe Cross-Over Fanfiction with no actual pairing, typo(s), Teiko!GoM, and possibly out of character story.

.

.

"Taraa~!" Kano berseru dengan bangga sembari menyorongkan selembaran iklan yang semula ia genggam ke arah sahabat-sahabatnya yang dengan cepat mendekatinya dan berusaha membaca apa yang tertera di atas kertas tersebut.

Kido, orang yang notabene disorongkan kertas oleh Kano, menaikkan sebelah alisnya ketika matanya menangkap kalimat demi kalimat yang tersusun di atas kertas tersebut. "Pertandingan basket jalanan?" Tanyanya, sembari mengerjap.

Kano mengangguk mengiyakan kata-katanya. "Aku yakin kita bisa menang! Dengan kemampuan mata kita!" Kano berseru dengan bersemangat, memberikan kertas tersebut ke Shintaro dan Seto yang menelaahnya dengan sangat serius seolah benda itu adalah harta karun yang sangat berharga.

Kido memutar bola matanya bergitu mendengar penjelasan Kano, gadis itu melipat kedua tangannya di depan dada dan menatap Kano seolah pemuda itu adalah anak kecil yang perlu dinasehati."Itu namanya curang, Kano." Katanya, dengan nada pedas.

Kano memiringkan kepalanya, "... Hadiahnya 100 ribu yen dan ada hadiah hiburan juga untuk pemenang yang pertama sampai ketiga." Ujarnya, sembari menunjuk selembaran yang kini telah berpindah tangan ke Konoha dan Mary.

"Kapan kita mulai latihan?"

Kano menyeringai. Agak terlalu lebar dari seringai yang biasa ia perlihatkan.

.

"Kudengar ada lima posisi di dalam pertandingan basket. Bagaimana cara kita membaginya?" Seto mengerjap, mencoba mendribel bola berwarna oranye gelap dengan gurat-gurat hitam yang terasa berat di tangannya. Pemuda berambut hitam itu berjengit ketika bola yang ia dribel lepas dari tangannya dan memantul tanpa arah.

Shintaro dengan sigap menangkap bola tersebut sebelum benda itu menabrak seseorang atau sesuatu dan membuat kerusakan. "Aku pernah bermain sewaktu di sekolah dulu ... Tetapi aku lupa caranya." Ia berkomentar, tidak membantu menjawab pertanyaan Seto.

"Kau payah, Master. Kau tidak perlu berbicara jika tidak tahu." Ene berseru dari ponsel Shintaro, menyembunyikan senyuman iseng yang tersulam di wajahnya dengan lengan jaket kebesaran yang ia kenakan. "Apakah di antara kalian ada yang bisa, maksudku benar-benar bisa dan mengerti luar-dalam, permainan basket selain Master yang tahu karena kurikulum sekolahnya atau selain tahu sekadarnya?" Tanya Ene.

Hampir serempak, kedelapan anggota Mekakushi-Dan tersebut menggeleng.

Ene hanya dapat tersenyum.

"Ada apa dengan aura pesimis berlebihan ini? Kita masih bisa berlatih, kan?" Momo bertanya, memecah keheningan, tersenyum kaku ketika ia berkata demikian, kendati sebenarnya hatinya sudah menjeritkan fakta bahwa semua ini sia-sia saja.

"Sebenarnya, di poster ini, tertulis bahwa pertandingan akan dimulai sebulan lagi..." Hibiya angkat bicara, melambaikan selembaran kertas yang sedari tadi ia genggam. Dengan sukses membuat keheningan mencekam kembali menyelimuti basis Mekakushi-Dan tersebut.

Keheningan tersebut lalu dipecahkan oleh suara tawa Seto yang tibat-tiba, membuat beberapa orang berjengit karena terkejut dengan suara mendadak itu. Pemuda dengan rambut kelam tersebut tersenyum lebar, memperlihatkan gigi-giginya yang putih cemerlang. "Sebulan cukup. Jika kita mulai latihan sekarang." Katanya, dengan optimis yang agak berlebihan.

Tetapi toh, tujuh kata itu telah cukup untuk memotivasi rekan-rekannya.

"Kalau begitu, ayo kita mulai dari pembagian posisi. Aku akan menjadi kapten." Kido berkata, suaranya yang penuh karisma kepemimpinan kembali menarik perhatian semua mata yang ada di sana.

Shintaro menaikkan sebelah alisnya, memiringkan kepalanya. "Berarti kau—

"Aku Shooting Guard." Kido mengangguk sekali dengan mantap. Tidak sadar bahwa jawabannya bukanlah jawaban yang diharapkan Shintaro, pun rekan-rekannya.

"Tetapi, Kido! Di internet dibilang, kapten biasanya Point Guard, karena sekaligus mengatur irama pertandingan!" Ene menaikkan sebelah tangannya, melompat-lompat untuk mendapatkan perhatian sang gadis dengan surai hijau tua tersebut.

Kido mengerutkan dahinya, menatap Ene dengan tatapan heran yang tidak terlalu kentara, "Lalu? Memangnya ada peraturan bahwa kapten harus Point Guard? Dengar, Shooting Guard yang bertugas memasukkan bola dengan shoot, kan? Bayangkan poin yang bisa didapatkan jika musuh tak dapat melihat siapa dan dimana Shooting Guard tersebut."

Kano menjentikkan jarinya, tersenyum lebar begitu ia akhirnya mengerti penjelasan Kido, "Kau jenius, Kido! Tentu saja, seperti yang diharapkan dari ketua kita yang tersayang—" Kata-kata Kano terpotong, berganti menjadi seruan dan umpatan refleks ketika kaki Kido dengan sengaja menginjak kakinya yang paling dekat dengan gadis berambut hijau itu.

"Karena Kido Shooting Guard, bolehkah aku menjadi Point Guard-nya? Aku akan mengatur irama pertandingannya!" Seto menaikkan sebelah tangannya, tersenyum lebar.

"Kukira kau tidak ingin menggunakan kekuatanmu?" Shintaro mengerjap.

Seto menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, tersenyum malu-malu. "Well, jika kalian bersemangat seperti ini, aku jadi ingin berbuat sesuatu yang berguna juga. Toh, hanya sekali ini saja, kan? Kurasa aku akan membuat pengecualian." Ujarnya, sembari terkekeh.

"Kalau begitu, aku akan menjadi Power Forward." Kano memegangi kakinya yang berdenyut-denyut menyakitkan, tersenyum ke arah teman-temannya. "Konoha akan menjadi Center, dan Shintaro akan menjadi Small Forward!" Ujarnya, dengan nada final.

"Kenapa harus aku yang jadi Small Forward!?" Shintaro segera berseru dengan heboh, menoleh ke arah Kano yang tertawa kecil melihat sikapnya yang selalu menarik untuk diusik.

"Karena tidak ada orang lain lagi. Kido bisa disamarkan menjadi laki-laki—ohok!" Kata-kata Kano kembali terpotong ketika Kido menjitaknya dengan kekuatan yang agak berlebihan. "—da-dan, aku akan membuat orang-orang melihatmu sebagai orang yang menyeramkan, kok, tenang saja!" Kano berseru sembari mengancungkan jempolnya.

"Aku tidak akan bisa menjadi Small Forward! Kenapa tidak Konoha saja!?" Shintaro menunjuk Konoha yang tengah mengunyah kripik kentang dengan ekspresi datar. Mata hitam Shintaro berapi-api, penuh determinasi untuk menolak keputusan sepihak Kano.

"Center harus orang yang tinggi. Memangnya kau tinggi, Master?" Ene berkomentar dari ponsel Shintaro, memojokkan sang pemuda dengan sengaja.

"Tetapi, aku masih lebih tinggi dari Kano!" Shintaro membantah.

"Wah, sayang sekali, Shintaro. Aku sudah menjadi Power Forward." Kano tersenyum polos.

"Tenang saja, Shintaro! Kano dan aku akan membantumu sekuat tenaga!" Seto berseru, mengabaikan teriakan frustasi Shintaro yang bergema di basis Mekakushi-Dan tersebut.

.

Suara berat itu berkata, membelah decit sepatu dan pantulan bola, "Akashi, kita mendapatkan undangan untuk datang ke pertandingan basket jalanan. Yang akan diadakan sebulan lagi."

Akashi Seijuuro menoleh ke arah wakil timnya itu, mengerjap, heran dengan pernyataan tiba-tiba yang datang tersebut. "Pertandingan basket jalanan?" Tanyanya. Tidak setiap hari mereka mendapat undangan dari pertandingan semacam itu, alasannya tentu saja karena orang-orang sudah keburu ciut duluan mendengar nama Teiko Junior High.

Midorima Shintarou mengangguk. "Bukan sebagai peserta, kita sebagai tim yang akan melawan tim yang berhasil masuk ke final, tamu istilah simpelnya." Kata Midorima, sembari membenarkan letak kacamata yang ia kenakan dengan jari telunjuknya yang lentik.

Akashi mengangguk mengerti. Mata merahnya, yang sewarna dengan rambutnya, kembali terfokus ke arah empat orang yang tengah bermain di lapangan basket di depannya. Sebuah senyuman tipis terbentuk di wajah tampannya ketika ia melihat salah seorang diantara keempat orang itu kembali mencetak angka dengan mudahnya. "Pertandingan itu untuk anak sekolah atau...?"

Midorima menggeleng dan mengeluarkan sebuah kertas dari sakunya, "Untuk umum. Batasan umurnya untuk seseorang berumur 20 tahun. Kau mau menerimanya? Pelatih bilang terserah kau. Toh, kita tidak ada jadwal pertandingan atau latihan sparring dalam waktu dekat." Midorima berkata, mengikuti arah pandang Akashi ke tengah lapangan.

Suara gema bola yang masuk ke dalam ring memecah keheningan.

"Boleh. Kenapa tidak?"

.

.

To Be Continued

.

.

Bacotan Azu :

Halo, Fandom Kagerou Project! Kita bertemu lagi, Fandom Kuroko no Basket!

Maaf ... Azu gak bisa menahan diri untuk gak nulis ini. Terlalu tempting untuk dibayangkan. Kido vs Kuroko menghantui Azu terus-terusan, dan Seto vs Akashi? Kenapa tidak?

Azu jatuh cinta sama Kagerou Project setelah gak sengaja denger bahwa ada karakter yang mirip Yamamoto Takeshi dari KHR di sana, dan pas dibilang ada anime-nya ... Bisa dibayangkan kelanjutannya seperti apa.

Oh, dan sekedar informasi, Akashi sudah mendapatkan Emperor Eyes biarpun ia masih Kinder!Akashi di sini. Azu gak bisa buat Emperor!Akashi soalnya ... Jadi pertandingan Seto vs Akashi bisa disamarkan menjadi pertarungan antara prince charming juga kok- /gak

Anyway, ini adalah fict pendek, mungkin tiga chapter atau paling banyak lima sudah selesai, jadi akan banyak time skip. Azu masih punya banyak utang fict yang belum diselesaikan ... Jadi, umm ... semoga reader sekalian tidak kecewa dengan chapter satu ini. ^^"

Nah, sekarang, tertarik untuk mereview? Azu sangat senang jika kalian juga meninggalkan pesan, kritik atau saran. Terima kasih banyak!