.

.

.

Naruto is Masashi Kishimoto's

.

Upil I'm in Love [NaruHina]

.

.

Warning: OOC, humor hambar, typo[s], EYD acak-acakan

.

Enjoy it

.

.


Laki-laki berambut kuning ngejreng itu tersentak dari tidurnya yang nyenyak ketika dia mendengar suara jam beker yang sengaja dia simpan di bawah bantal *biar kedengeran langsung ke kupingnya*.
Ritual sakral *entah siapa yang menganggapnya sakral* yang biasa ia jalani setelah bangun tidur pun dilakukan.

1. Duduk

2. Ngucek mata

3. Ngelap iler

4. Ngegali 2 goa di atas bibirnya

5. Seudah dapet emas hijau *biasanya ijo,tapi kalo dia abis maen di tempat yang polusi udaranya parah, emas itu jadi item* , dia gulung-gulung emasnya

6. Masukin emas ke dalem peti di bawah goa.

"Whaoow! Pagi ini gue dapetnya gede, sarapan yang lumayan..." katanya sambil melangkahkan kaki menuju kamar mandi.

Selesai mandi dan bersiap berangkat sekolah, dia menemui Kushina *ibunya* di kamarnya untuk meminta uang jajan.
Seperti biasa, saat Naruto menghampiri ibunya untuk minta uang jajan, Kushina pasti sedang melakukan ritual yang tak jauh berbeda dengan yang dia lakukan tadi.

"Lhu udeh mao chapcus,Nharutoh?" ucap Kushina yang masih sibuk menggali goa saat melihat sang anak menghampirinya dengan pakaian yang rapi. *Cara ngomong Kushina yang begitu bukan karna dia anak alay yang sering yeye lalala di acara musik tv, melainkan karna dua idungnya masih tersumbat oleh 'penggalian' tadi,*

"Iyee, mana duit jajannye? Gimana tuh dapetnya gede kagak?" Naruto terus memperhatikan ibunya yang sedang sibuk menggali.

"Dhuitnyha ambhil ajha dhi domphet, ghue laghi sibuk ngegali!" Kushina menujuk sebuah dompet kecil di atas meja.

Naruto mengambil 4 lembar duit seribuan yang kumel, 3 biji duit gope yang warnanya udah butek, dan 5 biji duit cepean kemudian berangkat tanpa bersalaman dengan Kushina yang masih sibuk menggali.

.

.

Perjalanan menuju sekolahnya sangat membosankan, Naruto harus jalan kaki melewati gang-gang kecil ditengah perumahan kumuh di karena dia tak diberi cukup uang untuk naik kendaraan umum.
Tapi semua itu tak masalah bagi Naruto, dia bisa mengisi perjalanannya itu dengan kegiatan yang sudah menjadi hobinya, menggali emas hijau di goa.
sepanjang kakinya melangkah, dia terus mengorek-ngorek hidung sedalam-dalamnya, berharap dia akan menemukan emas hijau yang besar.

Terlalu sibuk menggali, Naruto sampai tak sadar dia sedang menyebrang jalan sampai sebuah motor Ninja yang hampir saja menabraknya.
Naruto tahu siapa pengemudi motor yang menurutnya jelek itu *jelek karna dia ga bisa beli motor begitu* dan dia pun sudah tau apa yang akan pengemudi itu katakan.

"Dalam hitungan 5 , si teme pasti bakal ngomong "cih, orang bodoh! Jangan mencoba untuk pura-pura tertabrak untuk mendapatkan ganti rugi dariku! Itu tidak akan berhasil! Ini sudah yang keseribu kalinya!" kata inner Naruto.

Benar Saja, dalam hitungan 5 pemuda berambut raven yang tampan itu mengatakan hal yang sama persis dengan apa yang dikatakan inner Naruto.
Ini bukan karena Naruto jago membaca pikiran seperti Ura Kura, tapi ini memang selalu terjadi di tiap pagi saat dia hendak berangkat sekolah dan pengemudi itupun selalu mengatakan hal yang sama.

"Diamlah kau,Sasuke! Atau aku akan menaburkan upil di piring makan siangmu secara diam-diam nanti!" Naruto coba mengancam Sasuke dan itu berhasil, Sasuke pergi dengan wajah setengah enek membayangkan apa yang akan terjadi nanti jika Naruto benar-benar melakukan hal itu.


.

.

-Upil I'm in Love-

.

.


Bel istirahat berbunyi, siswa siswi Konoha High School berbondong-bondong memenuhi kantin, tapi tidak untuk Naruto yang segera mempersiapkan diri untuk menggali goa selagi kelasnya kosong.
Saat hendak memasukan kedua jarinya langsung kedalam satu lobang untuk menggali emas hijau, tiba-tiba seseorang memasuki kelas.

"E-elu! Mau apa lu kemari hah?" Naruto sedikit membentak karena kaget.

"Hihihi, Aku sudah tahu ko sekarang kebiasaan Naruto..." gadis berambut Indigo itu memasuki kelas Naruto.

"A-apa yang lu maksud? ga ngerti gue, emang gue punya kebiasaan apa?"

"Yu Pi Ai El, gali lalu masukan..." gadis bernama Hinata itu meledek Naruto dengan mencoba mempraktekan kebiasaan menggali Naruto. *pas dia bilang "gali", dia nunjuk hidung pake telunjuk yang di putar-putar dan pas bilang "masukan" dia nunjuk mulut*

Wajah naruto sangat merah, dia malu. Dia sudah cukup terkenal karena penampilannya yang kumuh di tengah siswa lain yang memang dari kalangan borju di sekolah itu dan juga kebodohannya ditengah siswa yang pintar-pintar, entah apa yang membuat dia masih bisa sekolah di sekolah terbaik di Konoha itu.

"Ini, aku bawakan makanan untuk Naruto-kun!" Hinata menyodorkan kotak bekal yang sedari tadi ia pegang.

"Apa ini eh?" Naruto bertanya tapi dia langsung membukanya tanpa menunggu jawaban Hinata *Kelaparan* .

"Huaaa, amajing! Ini makanan pasti mahal banget yak? Lu bikin ini buat gue?" Naruto sumringah.

"Hn," Hinata hanya tersenyum melihat Naruto yang langsung memakan makanan yang dia sengaja bawa.

Entah mengapa, meskipun Naruto itu aneh Hinata merasa tertarik untuk menjadi teman Naruto, padahal dia adalah putri sulung dari salah satu pendiri KHS.
Diam-diam Hinata sering mengikuti Naruto, memperhatikan segala yang dilakukan Naruto. Alhasil sekarang dia hampir tahu segalanya tentang Naruto, termasuk kebiasaan menggali yang sebisa mungkin disembunyikan Naruto selama ini.

"Kenapa elu repot-repot bawain gue makanan, elu kan orang gedongan kaya mereka, ngapain lu deket-deket gue?" Naruto memulai percakapan diantara mereka dengan mulut yang penuh, membuat makanan yang ada di mulutnya muncrat-muncrat.

"Memangnya tidak boleh? Kita kan sama-sama manusia, " Hinata mengelap mukanya yang kemuncratan makanan dari mulut Naruto.

SreekK...

Pintu kelas Naruto tiba-tiba bergeser dan memunculkan beberapa sosok yang berseragam sama dengan Naruto dan Hinata.

"Eh Hinata, ngapain elu deket-deket dia! Nanti elu ketularan bau conge loh!" seorang wanita berambut merah muda itu tertawa terbahak-bahak diikuti oleh beberapa teman di belakangnya.

"S-sakura-Chan... kau cantik sekali..." tiba-tiba mata Naruto berubah bentuk menjadi 2 buah hati.

"Hinata, lu gak usah deket-deket dia deh, nanti elu ketularan melarat!" ucap Kiba yang saat tu berada di sisi Sakura.

"Enak aja lu kiba! Siapa bilang gue melarat heh?" Naruto coba melawan.

"Hellooo? emangnya baju lu yang kumel, rambut lu yang bau pocong ga di pakein formalin, dan semua bau yang keluar dari mulut lu itu gak cukup membuktikan kalo lu orang melarat?"

"hahaha hahahaha..." gelak tawa beberapa siswa yang lain membuat Naruto geram dan mengepalkan tangannya.

"Sudahlah Naruto, biarkan saja mereka... " Hinata mencoba menenangkan Naruto.

Acara ejek-mengejek Naruto itu terus berlangsung seperti biasa, Naruto hanya mencoba menahan emosinya karena dia tidak mau dikeluarkan dari sekolah.

Akhirnya bel berbunyi dan Kakashi-sensei memasuki kelas Naruto.

"Oke semuanya, aku akan memberikan kalian tugas kelompok untuk menuntaskan bab yang belum kita pelajari."

Kakashi-sensei menyebutkan anggota-anggota kelompok beserta bab yang harus mereka kerjakan.

"Kelompok 7 Naruto, Sasuke, Sakura, dan Hinata... Kalian akan membahas bab terakhir tentang sistem politik. "

Naruto gembira karena dia sekelompok dengan Sakura, tapi dia ngedumel karena harus satu kelompok dengan Sasuke pria yang menurut dia sangat senga.

Sakura yang senang karena satu kelompok dengan Sasuke, sedikit sebal karena harus satu kelompok dengan Hinata dan Naruto yang akan mengganggu acara berduaannya dengan Sasuke.

Sasuke sama sekali tidak senang satu kelompok dengan siapapun, dia tipe orang yang lebih suka bekerja individu. Tapi dia sedikit lega karena ada satu orang yang waras di kelompoknya, Hinata.

Hanya Hinata sajalah yang terlihat senang dengan semua anggota kelompoknya, dia memang bukan orang yang suka pilih-pilih teman.

.

.

-Upil I'm in Love-

RnR please

.

.

Sepulang sekolah, Hinata coba mengajak teman satu kelompoknya untuk mulai mengerjakan tugas.

"Gimana kalo di rumah lu?" Sasuke berkata dengan nada yang datar sambil menunjuk ke arah Naruto.

"R-rumah g-gue? K-kagak bisa, nyokap pasti ga ngizinin... " Naruto menjawab dengan salting.

"Ya, emangnya kenapa? Elu malu yak karna rumah lu jelek?" Sakura menambahkan.

"Tentu saja bukan itu alasannya, Sakura-chan! Siapa yang bilang rumahku jelek?" Naruto membela diri.

"Hm, bagaimana kalau kita mengerjakan di rumah ku saja?" Hinata angkat bicara.

Tanpa pikir panjang mereka setuju dengan usul Hinata karena mereka membayangkan rumah hinata pasti sangat nyaman dan besar.

.

Begitu keluar gedung sekolah, sebuah limousine sepanjang 9 meter berhenti tepat di depan Hinata dan kawan-kawan. Tak lama setelah itu, seorang laki-laki berbadan tegap dengan seragam driver turun dan membukakan pintu untuk mereka.

Naruto yang baru pertama kali menaiki mobil limousin terlihat paling norak, pada posisi kedua adalah sakura.

"Wohoii, mobilnya Hinata kaya rumah aja yak, terus di sini juga ada warungnya..!"

"Itu mini bar, cebong!"Sakura melihat Naruto dengan tatapan merendahkan.

"Oh... Mini bar yah..." Naruto memegangi dagunya selagi memperhatikan mini bar itu.

Sejenak Naruto terdiam dengan tangan yang masih mengusap-ngusap dagu, memperhatikan mini bar itu.
Sementara Sakura masih menggerutui kebodohan Naruto.

"Ngomong-ngomong, bar itu apa yak?" Naruto bertanya lagi dengan begonya.

"Hihihi , bar itu tempat yang di desain khusus untuk menyajikan minuman dan makanan ringan untuk kita... Ya seperti di warung-warung kopi gitu... " Hinata mencoba menerangkan dengan bahasa yang mudah dimengerti naruto.

"Kita sudah sampai, nona." driver yang tadi membukakan pintunya selagi mempersilahkan Hinata dan kawan-kawan keluar mobil.

Sakura terlebih dulu turun,ekspresinya yang norak langsung keluar, mengagumi kemegahan rumah Hinata.

Yang kedua adalah Naruto, ekspresi Naruto sama sekali tidak norak. Kenapa ya?

"Hinata,kenapa kita mampir ke mall dulu? Bukannya kita mau ke rumah lu?" Naruto berkomentar dengan watado *WAjah TAnda boDOh*.

"Cih," Sasuke turun dengan gayanya yang cool dan sama sekali tidak menampakan ekspresi berlebih.

"Kau itu tinggal dimana sih? Kenapa kau bodoh sekali!" Sakura tampak kesal dengan pertanyaan Naruto yang amat sangat konyol.

"Ini rumahku Naruto, ayo kita masuk... Kita belajar di halaman belakang ya..." Hinata menggandeng tangan Naruto dan langsung menyeretnya masuk agar dia tidak makin memperlihatkan kenorakannya.

Hinata dan kawan-kawan pun mulai mengerjakan apa yang memang menjadi tujuan mereka pergi ke rumah megah itu.

Sasuke tampak serius membaca dan merangkum materi yang ada, Sakura hanya sibuk melihat wajah tampan sasuke yang semakin tampan saat dia serius mengerjakan sesuatu. Sementara Naruto dan Hinata? Naruto sibuk memakan makanan enak yang disediakan oleh tuan rumah, dan hinata sibuk menahan tawa geli melihat tingkah Naruto itu.

"Hinata, gue mau membicarakan sesuatu yang serius sama lu..." nada bicara Naruto benar-benar serius kali ini.

"A-apa itu, Naruto-kun?" Hinata yang memang sudah biasa sedikit gagap saat berbicara dengan Naruto kini semakin gagap menyerupai azis gugup di acara lawak yang sering Naruto tonton di tv.

"Sejak pertama kali kita ketemu... elu pasti udah nyadarin sesuatu kan? Lu nyadar kan kalo gue itu..." Naruto sedikit ragu untuk melanjutkan perkataannya, rona merah kini memancar dari wajahnya.

"A-apa?" Hinata jadi semakin penasaran dan dia merasa jantungnya berdetang lebih kencang dari biasanya.

"Gue yakin lu udah tau... dan sekarang gue bener-bener pengen..." lagi, perkataannya terputus.

Naruto mendekatkan wajahnya ke wajah Hinata, tentu saja ini membuat gadis berambut indigo yang cantik itu semakin dag dig dug jer. Naruto mendekatkan bibirnya ke telinga Hinata.

"Gue pengen banget..." Suara naruto sangat lembut.

"A-ap-a?" Hinata semakin gugup dan gagap.

"Ngegali... yu pi ai el... " Naruto menyelesaikan perkataannya dan mengembalikan posisi kepalanya seperti semula.

GlekK

Hinata menelan ludah mendengar apa yang Naruto katakan. Hinata pikir Naruto akan mengatakan sesuatu yang benar-benar serius, dan ternyata mengecewakan.

"Hinata! Woy!"

"Eh, i-iya naruto-kun?" Hinata tersadar dari lamunannya.

"Gimana nih? Gue udah kagak tahan!" Naruto yang sudah tidak tahan ingin 'menggali' itu mondar mandir gak karuan sedari tadi.

Hinata kemudian mengajak Naruto bersembunyi di gudang yang memang dekat dengan tempat belajar mereka saat itu.
Naruto dan Hinata langsung masuk ke ruangan itu, tanpa basa-basi Naruto menggali hidungnya yang mancung itu sedalam-dalamnya. Hinata yang ketika itu menyaksikan Naruto menggali hidungnya sangat heran, mengapa Naruto bisa mempunyai kebiasaan yang terlampau aneh seperti itu, sampe-sampe dia bisa sakau kaya tadi.

"Yeahh, akhirnya dapet!" Naruto berteriak kegirangan kala telunjuknya berhasil memegang emas hijau yang cukup besar tu dan menariknya keluar dari hidungnya.

Saat Naruto hendak memasukan Emas itu ke dalam mulutnya, Hinata baru benar-benar merasa jijik dengan kebiasaan Naruto itu. Hinata hendak memutar badannya, bermaksud untuk menghindarkan matanya dari pandangan yang menjijikan itu. Ketika Hinata memalingkan badan,dia tak sadar kakinya membelit sebuah kabel di gudang itu sehingga dia hampir terjatuh, namun ternyata Naruto cukup sigap untuk menangkap tubuh Hinata agar tidak jatuh, alhasil sekarang Hinata berada dipangkuan Naruto dengan bibir yang saling menempel. Wajah Hinata merah semerah-merahnya, ini bukan hanya karena bibir mereka saling menempel, tapi Hinata merasakan sesuatu yang lengketdan asin menempel di lidahnya.

"Naruto... apa tadi kau sudah menelan upilmu?" Hinata spontan bertanya ketika posisi mereka sudah seperti semula.

"Belom deh kayanya, tapi itu upil gatau kemana ngilang... sial banget dah..."

"Apa rasa upil itu asin?" Hinata bertanya dengan lesu.

"Iya... gurih gitu deh..." Naruto nyengeh 5 jari.

"Hueeek hueeek weeek!" Hinata spontan memuntah-muntahkan diri ketika dia mengetahui dia telah menelan upil Naruto.

Hinata pingsan, membuat Naruto panik dan lagsung berteriak minta tolong sekencang-kencangnya sampai beberapa orang masuk ke gudang menghampiri mereka.

Karena keadaan Hinata yang tidak memungkinkan,acara kerja kelompoknya pun diteruskan nanti dan Naruto dan yang lainnya segera pamit pulang.


.

.

-Upil I'm in Love-

TBC

.

.

Republish dari s/8118424/1/Upil-I-m-in-Love