Jarum jam masih belum sampai di angka 9 pagi, namun suasana di dalam lingkungan salah satu kampus bergengsi di Korea Selatan, sudah cukup ramai. Satu persatu kendaraan milik mahasiswa mulai memasuki kawasan parkir. Mengingat 90% mahasiswa di kampus ini berasal dari kalangan atas, tidak heran berbagai kendaraan mewah berjejer di tempat parkir.

Satu mobil Ferrari merah, nampak memasuki kawasan parkir dan memposisikan mobilnya di tempat yang masih kosong. Membuat semua yang berada di sekitarnya, terfokus pada mobil tersebut. Bukan karena kemewahan mobilnya, bukan juga karena seorang wanita yang ternyata adalah pemiliknya.

Melainkan karena tempat ia memakirkan mobilnya.

Tidak lama setelahnya, sebuah mobil Audi putih diikuti sebuah motor besar di belakangnya, terparkir di sebelah mobil wanita itu. Dan semua yang ada di tempat itu serasa kehilangan oksigen, ketika si pemilik mobil beserta si pengendara motor, menampilkan wajah tampannya.

"Kau pasti mahasiswi tingkat satu ya?" Tanya si pemilik mobil kepada wanita itu.

"I..iya..." jawab wanita itu terbata-bata. Takut bercampur grogi melihat seorang pria tampan tiba-tiba mengajaknya berbicara.

"Lebih baik kau pindahkan mobilmu sebelum sesuatu yang buruk mendatangimu"

Wanita tersebut membola. "K..kenapa begitu? Ini kan tempat umum"

Pemilik mobil tersebut berdecak malas sambil menggelengkan kepalanya. Melihat hal tersebut, pengendara motor tadi melangkah maju mendekati wanita itu

"Lakukan itu sekarang atau ucapkan selamat tinggal pada kuliahmu" ancamnya dengan nada datar dan dingin. Sukses membuat wanita itu bergerak dalam diam, kemudian membawa mobilnya menjauhi tempat itu.

Dan untung bagi wanita itu.

Karena tidak lama setelahnya, suara decitan ban mobil berbarengan dengan suara khas dari knalpot motor, memasuki pendengaran seisi penghuni kampus. Sebagian besar dari mereka nampak tidak terkejut, karena hal seperti ini sudah terjadi setiap pagi.

Semua orang segera menyingkir begitu kedua kendaraan itu mendekati mereka. Tak ada yang berani mengganggu apalagi menghalangi jalannya. Namun hal itu tidak berlaku untuk kedua pria tampan tadi. Tentu saja, karena mereka adalah sahabatnya.

Sebuah Harley dengan seorang lelaki yang mengendarainya, sampai terlebih dahulu di tempat parkir. Senyuman miring dengan lesung pipi mendalam, adalah yang pertama ia tampilkan setelah membuka helm di kepalanya. Yang segera disambut oleh ekspresi tak bersahabat dari kedua pria lainnya.

"Ada apa dengan wajah kalian hah?" Sahutnya sedikit tersinggung.

"Kami muak melihat senyum bualanmu itu Park"

Bukannya marah, pria yang paling tinggi itu justru terkekeh geli. Sambil bersedekap, dan dengan satu alisnya yang terangkat, ia tatap kedua lelaki di depannya.

"Setidaknya senyum 'bualanku' ini mampu membawa ribuan gadis berbaring di bawahku" bisiknya sombong. Membuat dua yang lain memutar mata dan mendengus keras. Sementara si pria tinggi tertawa puas melihat reaksi kedua sahabatnya.

Tawanya mereda ketika menyadari ada sesuatu yang janggal di sekitarnya. Kepalanya mengitari ke segala arah, menandakan dirinya sedang mencari sesuatu.

"Bocah mungil itu belum datang?"

"Mana kami tahu, kau yang lebih sering bersamanya." Ucap salah satu dari lelaki tadi. "Dan berhentilah memanggilnya mungil, kupingku sakit mendengar amukannya"

Pria bermarga Park itu hanya mengangkat bahunya acuh. Mulutnya hampir bersuara lagi, sebelum sebuah mobil jaguar keluaran terbaru, melaju kencang dan berhenti di sampingnya. Dengan langkah menawan beserta seringai angkuhnya, sang pemilik turun dari mobilnya.

Tidak hanya para gadis, namun sebagian lelaki juga terpaku menatap sosok rupawan sang pemilik mobil tersebut. Termasuk juga ketiga pria yang berada di dekatnya saat ini.

"Selamat pagi Sehun. Selamat pagi Kai" sapanya ramah pada kedua sahabatnya bergantian. Senyumannya sedikit memudar, ketika bola matanya bergulir pada sosok tinggi disamping Sehun, yang sedang menatapnya lekat saat ini.

"Selamat pagi Dumbo" ucapnya dengan nada mencela. Membuat si pria tinggi yang bernama Chanyeol itu berdecih, kemudian melangkah untuk berhadapan dengan lelaki itu. Chanyeol menundukkan sedikit tubuhnya, hingga wajahnya sesajar dengan lelaki manis di depannya.

"Selamat pagi cantik" bisiknya sambil mengulas sebuah senyuman menggoda. Bukannya marah, lelaki di depannya ini justru mendekatkan diri sambil menyilangkan tangannya.

"Apakah aku harus menunjukkan bukti bahwa aku seorang lelaki?"

Chanyeol tersenyum miring mendengarnya, kemudian semakin menundukkan wajahnya hingga hidung mereka berdua saling bersentuhan.

"Ide bagus, bagaimana kalau kita lakukan sekarang di mobilmu?"

Lelaki mungil itu tersenyum miring mendengar ajakan sarat makna sensual dari si tinggi. Tanpa berucap sepatah kata, ia mundur mendekati pintu belakang mobilnya. Kemudian berbalik ke belakang, memberikan isyarat dengan jari telunjuknya agar Chanyeol datang mendekatinya.

Setelah dipastikan Chanyeol telah berdiri di sampingnya, ia pun membuka pintu belakang mobilnya. Dan tidak hanya Chanyeol, Kai dan Sehun yang berdiri sedikit jauh di belakang, menggelengkan kepala tak lama setelah pintu itu dibuka oleh pemiliknya.

Di dalam sana terdapat seorang wanita yang nampak tertidur pulas, hanya dengan jaket si pemilik mobil yang menutupi tubuh polosnya. Masih adanya sisa-sisa cairan kental, ditambah aroma khas seks yang menguar di udara, cukup menjadi bukti pergumulan panas baru saja dilakukan oleh keduanya.

Lelaki mungil sang pemilik mobil tersenyum bangga melihat reaksi dari Chanyeol maupun dua sahabatnya yang lain. Ia dekati lelaki tinggi itu, dan sedikit mendongak menatapnya. "Bagaimana? Masih ragu?" tanyanya sombong. Tanpa menunggu jawaban dari Chanyeol, ia membawa bibirnya mendekati telinga caplang lelaki itu.

"Mungkin kita perlu melakukan threesome lain waktu" bisiknya sambil memberikan kerlingan mata menggoda pada Chanyeol.

Dan dengan langkah angkuh khas miliknya, si mungil pun meninggalkan tempat itu.

.

.

.

Park Chanyeol

Byun Baekhyun

Kim Jongin

Oh Sehun

.

.

.

Minggu pertama di awal semester selalu menjadi masa dimana suasana di dalam universitas lebih ramai daripada biasanya. Dan kantin adalah salah satu tempat yang menjadi pusat keramaian saat ini. Tepatnya kantin yang berada di lingkungan Fakultas Ekonomi.

Jelas saja, karena mahasiswa dari fakultas lain, bahkan dari universitas lain, ikut mengunjungi kantin ini. Keempat pria yang duduk di meja pojok kanan, adalah alasan utama mengapa kantin ini selalu ramai.

Keempat pria yang paling disegani sekaligus paling digemari seisi universitas bahkan mungkin se Korea Selatan. Mereka adalah Oh Sehun, Kim Kai, Park Chanyeol dan Byun Baekhyun. Sama-sama berlatar belakang dari keluarga miliyarder dan sama-sama memiliki wajah rupawan.

Dibandingkan dengan Sehun dan Kai, popularitas Chanyeol dan Baekhyun tidaklah main-main. Hanya dengan menjentikkan jari, mereka bisa menyingkirkan seseorang hanya dalam hitungan menit. Namun meskipun begitu, tidak menyurutkan kerumunan para penggemar untuk mengejar perhatian mereka berdua.

Tidak hanya wanita, bahkan laki-laki pun turut di dalamnya. Khususnya untuk Baekhyun. Dengan wajah mulus bak porselen dan senyum angkuhnya yang seksi, membuat pria-pria dominan saling berebut untuk mendapatkan dirinya. Seolah tak peduli akan pamor Baekhyun yang sering bercinta dengan para wanita cantik.

Ya. Baekhyun dan Chanyeol adalah seorang straight. Seorang player sejati. Yang mengaku paling anti dengan hal-hal yang berbau sesama jenis. Bahkan mereka sempat menjauhi Sehun dan Kai, ketika kedua lelaki itu mengakui bahwa mereka menjalin kasih.

Namun seiring waktu, Chanyeol dan Baekhyun pun mulai terbiasa meskipun terkadang masih merasa risih melihat interaksi intim keduanya. Seperti saat ini, ketika Kai dan Sehun saling bertatapan mesra, Baekhyun melayangkan sebuah botol kecap ke arah mereka.

"Hei!" Keduanya serempak memekik marah dan melototi Baekhyun. Sementara Chanyeol yang melihatnya, hanya terkekeh kecil. Sedangkan Baekhyun sendiri menatap malas ke arah sepasang kekasih itu.

"Tatapan kalian membuatku mual" ucapnya datar "Membuatku membayangkan kalian saling bertatapan seperti itu di atas ranjang. Eww" Baekhyun mengernyit dan memeletkan lidahnya seolah ingin muntah.

Sehun dan Kai menghela nafas bersamaan. "Dasar otakmu saja yang selalu berpikiran kotor" sindir Kai. Baekhyun tidak mengacuhkannya dan melanjutkan kembali acara makan siangnya.

"Aku juga merasa aneh" Chanyeol berucap tiba-tiba, membuat ketiga yang lain menoleh ke arahnya. "Maksudku apa yang menarik dari pertemuan dua penis?"

"Uhukk!" Baekhyun tersedak seketika, sedangkan Kai dan Sehun terbelalak mendengar kalimat Frontal dari mulut Chanyeol.

"Aku benar kan? Demi apapun tidak ada yang lebih nikmat ketika penismu memasuki lubang lembab wanita dengan tangan meremas dada mereka. Kalian harus mencobanya dude!"

"Lelaki juga memiliki lubang Park. Bahkan milik Sehun tak kalah sempitnya dari wanita-wanitamu." Balas Kai tak kalah frontalnya. "Kau lah yang harus mencoba bercinta dengan lelaki"

Baekhyun semakin tersedak dan benar-benar mual saat ini. Meskipun bercinta juga salah satu kegiatan rutinnya, namun membicarakan hal itu di meja makan bukanlah suatu hal yang baik. Maka sebelum kedua lelaki itu membuka mulutnya lagi, Baekhyun segera bertindak.

"DIAMM!" Hardik Baekhyun dengan nada melengking sempurna. Mampu membuat seisi kantin turut diam karena ulahnya.

"Sekali lagi kau mengatakan hal yang menjijikkan itu..." Baekhyun memicingkan matanya ke arah Kai. "...kupastikan Sehun akan mendapatkan kekasih lelaki yang baru! Mengerti?!" Kai hanya bisa menganguk pasrah karena ia tahu, Baekhyun adalah seseorang yang tidak pernah main-main dengan ancamannya.

"Dan kau!" Kini Baekhyun menoleh pada Chanyeol yang ada disebelah kanannya. "Jaga ucapanmu atau aku tak segan-segan membungkam bibir besarmu itu!"

"Tidak masalah" Alis Chanyeol menukik ke atas sambil mendekati wajah Baekhyun. "Asal bibir mungilmu ini yang membungkam mulutku" bisiknya penuh godaan. Seakan tak mau kalah, Baekhyun turut memajukan wajahnya. "Sepertinya aku juga harus mengikat lidahmu agar kau berhenti bicara omong kosong" desis Baekhyun.

"Lakukan saja..." Chanyeol menarik pelan dagu Baekhyun, membuat sedikit celah terbuka pada mulut mungilnya. "...aku mahir dalam bermain lidah" Mereka saling bersitatap sesaat, kemudian saling memandangi bibir sang lawan. Keduanya sudah memajukan wajah masing-masing, sebelum...

"Lihat siapa yang gay disini" ejek Sehun, yang sukses membuat Chanyeol dan Baekhyun saling menjauhkan diri. "Sudah lah akui saja. Apalagi kalian sudah saling mengenal sejak kecil" timpal Kai. Yang segera menutup mulutnya ketika mendapat pelototan dari mata sipit Baekhyun.

"Daripada bicara omong kosong, lebih baik serahkan kunci mobilmu padaku" ucap Chanyeol pada Kai. Berusaha mengalihkan pembicaraan.

"Untuk ap-jangan bilang kau berhasil meniduri dosen muda itu?" Tebak Jongin. Chanyeol hanya tersenyum simpul, kemudian mengetik sesuatu di handphonenya dan meletakkan di atas meja.

Suara desahan wanita bercampur suara gesekan kulit, terdengar dari ponsel Chanyeol. Itu adalah rekaman ketika dirinya sedang beradu ranjang dengan seorang wanita, yang nyatanya adalah dosen mereka sendiri.

"Aku sungguh beruntung untuk taruhan kita kali ini. Mendapatkan mobilmu.." Chanyeol tersenyum misterius. "... dan mendapatkan seorang perawan" ucapnya bangga.

Kai menatap Chanyeol tak percaya bercampur kagum. Sedikit berat hati ia rogoh kunci mobil dari sakunya, melemparnya ke arah Chanyeol dan ditangkap sempurna oleh lelaki itu.

Hal seperti ini sudah biasa mereka lakukan. Seakan taruhan menjadi salah satu hobi yang wajib mereka lakukan setiap saat. Dan naasnya, meniduri orang lain adalah hal yang paling sering mereka jadikan bahan taruhan.

"Membosankan" ucap Sehun tiba-tiba. Menyadari yang lain menatapnya bingung, Sehun berucap kembali. "Taruhan kita. Aku rasa meniduri wanita bukan hal yang sulit bagi Chanyeol dan Baekhyun" lanjutnya lagi.

"Lantas?" tanya Kai yang masih penasaran.

"Aku ingin sesuatu yang lebih menantang pada taruhan kita"

"Apa itu?" Kali ini Baekhyun yang penasaran.

Sehun berpikir sejenak, hingga akhirnya wajahnya berbinar ketika sesuatu memasuki pandangannya. Ia tatap lagi Chanyeol dan Baekhyun di depannya.

"Dapatkan nomor telepon wanita di ujung sana, dan aku akan memberikan apapun yang kalian minta"

Kai nampak terkejut awalnya, kemudian tersenyum penuh arti melihat siapa yang ditunjuk oleh Sehun. Sedikit demi sedikit sepertinya ia mengetahui maksud dibalik tindakan kekasihnya itu.

"Apapun?" Tanya Chanyeol yang nampak cukup tertarik.

Sehun mengangguk yakin, kemudian menoleh ke arah Baekhyun dengan pandangan penuh tanya.

"Hanya nomor telepon?" tanya si lelaki mungil. Dan dibalas anggukan oleh Sehun. "Baiklah. Aku setuju" ucap Baekhyun yakin.

"Kalian bisa mulai sekarang" ucapnya sambil menunjuk wanita itu dengan dagunya.

Chanyeol dan Baekhyun sama-sama bangkit dari kursinya, kemudian saling berpandangan sejenak.

"Kau atau aku yang mulai?" Tanya Baekhyun.

"Ladies first" cela Chanyeol sambil menyampirkan lengannya. Baekhyun hanya memutar mata, dan memilih meninggalkan lelaki itu.

.

.

.

"Bagaimana? Berhasil?" Tanya Baekhyun pada Chanyeol, yang baru saja kembali dari tempat wanita yang ditunjuk oleh Sehun. Melihat raut wajahnya yang kesal, sepertinya sudah dapat dipastikan nasibnya sama seperti Baekhyun. Gagal.

"Kalian pasti sudah merencanakan ini" Chanyeol menatap tajam ke arah sepasang kekasih di depannya. Sedangkan mereka berdua hanya menatapnya polos, pura-pura tak tahu.

"Hanya ada satu alasan mengapa seorang wanita menolak pesona kami"

Baekhyun mengerutkan dahinya, sedangkan Chanyeol seakan ingin menguliti kedua lelaki di depannya, yang dengan jelas sedang berusaha menahan ketawa.

"YAITU KARENA IA MEMANG TIDAK TERTARIK PADA LAKI-LAKI!" hardik Chanyeol habis kesabaran. Membuat Baekhyun membola, sementara Sehun dan Kai justru tertawa terbahak-bahak.

"Kalian curang!" pekik Baekhyun yang sepertinya baru memahami apa yang terjadi.

Sehun dan Kai masih sibuk tertawa, bahkan sampai memegangi perut masing-masing. Hingga beberapa saat kemudian, Sehun yang pertama menghentikan tawanya dan kembali memasang wajah datarnya.

"Apapun itu, taruhan tetaplah taruhan. Dan kalian harus membayarnya"

Chanyeol berdecih kemudian melemparkan kunci motornya. Sedangkan Baekhyun, tanpa bereaksi apapun, membuka dompetnya dan melemparkan Black Cardnya di atas meja.

"Wow wow wow. Aku tidak butun harta kalian!" Tolak Sehun sambil mendorong kembali barang-barang itu ke arah pemiliknya. "Sudah kubilang, aku ingin sesuatu yang menantang"

"Cepat katakan!" Sela Baekhyun ketus.

"Aku ingin..." Sehun menatap Kai sejenak, saling tersenyum penuh arti, kemudian bersama-sama menoleh ke depan lagi.

"Kalian berdua berciuman"

Keheningan melanda sesaat. Seolah masih sibuk mencerna perintah yang dilontarkan oleh Sehun. Hingga akhirnya...

"ap-APAAA?!" Entah sudah berapa kali Baekhyun melengking hari ini. "Kalian gila hah?!" Masih dengan nada tingginya. Baekhyun memicingkan matanya kemudian. "Ah...aku tau ini pasti disengaja. KEMARI KALIAN!" pekiknya sekali lagi dengan tangannya yang terjulur untuk menarik kuat rambut Sehun.

"Yak! Yak! lepas sialan!"

"Baek! Baekhyun! jambak saja aku, jangan lukai Sehun"

Baekhyun benar-benar mengabulkan permintaan Kai. Dan adegan kekerasan pun meramaikan suasana kampus di siang bolong ini. Chanyeol mendengus keras melihat tingkah ketiga orang di depannya. Namun meskipun begitu, tangannya tetap terulur menghalangi tangan Kai dan Sehun agar tidak melukai kepala Baekhyun.

"Aww! Sial!" Baekhyun merintih. Nyatanya tangan Chanyeol kalah gesit, hingga surai Baekhyun ditarik kuat oleh Sehun. Bukannya berhenti, kedua lelaki berbeda warna kulit itu justru semakin kompak dan gencar menyerang Baekhyun. Hingga akhirnya-

"Haruskah aku turun tangan?"

-nada datar penuh ancaman Chanyeol mampu menghentikan Sehun dan Kai. Baekhyun mungkin memang sering menjadi rivalnya. Namun sedikit saja kau menggores atau melukai Baekhyun, maka saat itu juga Chanyeol akan memberikan mimpi buruk padamu. Baik Kai maupun Sehun pernah merasakannya, dan mereka bersumpah saat itu adalah hal yang paling mengerikan selama hidupnya.

Merasa dibela, Baekhyun justru semakin besar kepala. Tangan lentiknya itu kembali lagi melayangkan pukulan kecil pada dua pria di depannya. Hingga keributan yang sempat redam tadi, terulang kembali.

"Ciuman atau kecupan?" Tanya Chanyeol tiba-tiba. Yang sukses menghentikan adegan jambak menjambak dari ketiga orang tersebut. Melihat Baekhyun masih terpaku, Sehun pun mengambil kesempatan untuk menjauh guna melindungi kepalanya.

"Ciuman Yeol" sahut Sehun dari jarak yang sedikit jauh dari meja.

"Baiklah"

Baekhyun baru saja ingin meraih Sehun kembali, terhenti karena ucapan dari lelaki di sebelahnya. Ia duduk kembali dan mendelik pada Chanyeol.

"Hei! Aku tak sudi memberikan bibirku untummphh"

Ucapannya terhenti begitu saja akibat sepasang bibir tebal yang membungkan mulutnya. Tentu saja itu adalah bibir milik Chanyeol. Lelaki itu memulainya dengan mengecupi inci demi inci belahan bibir Baekhyun. Sementara kedua mata mereka masih terbuka dan saling bersitatap.

Mata Chanyeol menyanyu, dan mulai melumat bibir bawah Baekhyun. Begitu lembut dan hati-hati, membuat Baekhyun lebih tenang dan menutup matanya. Ia pun mulai membalas melumat bibir atas Chanyeol. Bergerak berirama dengan lelaki itu.

Chanyeol mulai berani mengigiti bibir tipis itu, dan sesekali menyapukan lidahnya di sepanjang bibir Baekhyun. Baekhyun baru saja membuka mulutnya untuk mengizinkan lidah Chanyeol memasuki mulutnya, namun lelaki itu justru memutus kegiatan mereka.

Dengan mata sayu mereka saling berpandangan. Dan jelas terlihat kilatan gairah terpancar dari mata mereka masing-masing. Maka tanpa mempedulikan apapun,

Baekhyun menarik tengkuk Chanyeol untuk menciumnya kembali. Kali ini lebih cepat, terburu-buru dan lebih kasar dari sebelumnya. Chanyeol menarik kuat bibir bawah Baekhyun dengan giginya, sedangkan Baekhyun sibuk melumat bibir lawannya.

Mulut mereka berdua terbuka dengan cepat, dan Chanyeol lah yang terlebih dahulu melesakkan lidahnya. Di dalam mulut mungil itu, mereka saling membelit, beradu lidah, hingga saliva masing-masing turut tercampur. Tangan Baekhyun mulai meremat rambut dan tengkuk Chanyeol. Membuat sesuatu mulai bangkit dalam diri lelaki itu.

Dan inilah yang terjadi ketika dua orang good kisser saling bertemu. Nampak mahir dalam mencuri pasokan udara, hingga membuat 5 menit kemudian mereka masih menyatukan bibir dan lidah. Hanya saja dengan posisi yang berbeda, dimana Baekhyun kini sudah berpindah di atas pangkuan Chanyeol.

Jangan tanya bagaimana reaksi Sehun dan Kai. Tubuh mereka berdua panas dingin sejak tadi dan sedikit khawatir melihat kedua orang di depannya ini yang mulai berciuman tidak teratur, bersamaan dengan tangan Chanyeol yang sibuk menggerayangi tubuh Baekhyun.

Chanyeol dan Baekhyun sepertinya benar-benar akan bercumbu di tempat ini, andai saja tidak ada seseorang yang datang dan menarik Baekhyun secara paksa, hingga menghentikan kegiatan mereka berdua.

Mereka serempak melenguh protes dan segera menoleh pada pengganggu tersebut. Dan keduanya lagi-lagi serempak mendengus kesal mengetahui siapa sosok tersebut. Seseorang yang terang-terangan menyukai Baekhyun dan selalu berusaha mendapatkan dirinya.

"Kris sang pengganggu" cibir Baekhyun. Lelaki yang bernama Kris itu hanya menatapnya acuh, kemudian mengambil posisi duduk di sebelahnya. Tepatnya di antara Chanyeol dan Baekhyun.

"Terakhir kuingat kau adalah seorang straight. Lalu yang barusan itu apa?"

"Bukan urusanmu" ketus Baekhyun tanpa berniat menoleh.

Kris tersenyum tipis, kemudian mendekatkan wajahnya ke arah telinga Baekhyun. Tanpa takut, ia ulurkan tangannya, membelai pelan pipi lelaki itu.

"Kau tidak ingin mencobanya denganku?" bisiknya di telinga Baekhyun. Tangannya mulai bergerak ke arah bibir si mungil, membelai pelan bibir lembab dan sedikit membengkak akibat ciuman tadi. Baekhyun baru akan memarahi Kris, namun Chanyeol terlebih dahulu menarik kasar tangan lelaki itu.

"Perhatikan tanganmu Kris" desisnya bernada rendah. Sementara Kai dan Sehun turut memberikan tatapan tajam pada lelaki itu.

Melihat posisinya yang tak menguntungkan, Kris pun mengangkat kedua tangannya, sebagai tanda ia mengalah.

"Baiklah. Aku akan menemuimu nanti Baekhyun" ucapnya sambil beranjak dari duduknya.

"Jangan berharap" Kris berhenti dan membalas tatapan tajam Chanyeol. "Karena aku tidak akan membiarkanmu menggangunya lagi"

Diam-diam Baekhyun merutuki jantungnya, yang tiba-tiba berdetak lebih cepat hanya karena ucapan Chanyeol tadi. Sepertinya ciuman tadi berakibat buruk pada hati dan pikirannya.

Persetan. Ia masih straight dan akan tetap seperti itu.

Semoga saja.

Kris terkekeh kecil, kemudian melangkah ke hadapan Chanyeol.

"Bagaimana kalau kita membuat taruhan? Kudengar kalian hobi melakukan taruhan"

"Apa maumu?" Sergah Chanyeol dengan cepat.

"Bagaimana dengan sebuah balapan motor?" Tawarnya. "Jika aku menang, kau harus menyerahkan motormu dan juga.." Ia berhenti sejenak untuk memberikan kedipan mata pada lelaki manis di sebelahnya. "Baekhyun akan menjadi milikku"

"Dan jika kau kalah, kau harus meninggalkan kampus ini dan jangan pernah lagi menemuinya"

"Hei Hei Chan-

"Deal"

Tanpa mempedulikan protes dari yang lain, kedua pria berpostur tubuh tinggi di atas rata-rata ini saling berjabat tangan.

.

.

.

Hari ini terhitung 3 hari setelah Kris menantang mereka untuk tanding balap motor. Beban Chanyeol sedikit berkurang, ketika diputuskan mereka akan tanding 3 lawan 3 dengan Sehun dan Kai turut serta di dalamnya. Baekhyun sempat protes karena tidak diikutsertakan, namun Chanyeol mengancam akan menelanjanginya jika seinci saja menyentuh motor. Sehingga mau tidak mau, Baekhyun pun mematuhinya.

Selama tiga hari ini pula mereka tidak pernah absen latihan di sirkuit balap milik Chanyeol, dengan Baekhyun yang setia menemani mereka bertiga. Semuanya berlatih dengan keras demi memenangkan pertandingan itu. Terutama Chanyeol.

Disaat Sehun dan Kai sudah berhenti karena kelelahan, Chanyeol masih melajukan motornya di sirkuit. Kai yang khawatir akan stamina Chanyeol, menyenggol Baekhyun untuk meminta Chanyeol berhenti.

Baekhyun pun mengangguk setuju, kemudian berdiri di tengah garis start, menunggu Chanyeol menghampirinya. Dan tidak sampai 5 menit, motor yang dikendarai oleh Chanyeol, mulai terlihat.

"Minggir Baek" ucapnya sedikit keras sambil menurunkan kecepatan motornya. Baekhyun tak bergeming dari posisinya. Membuat Chanyeol memutuskan menghentikan motornya.

"Baekhyun.."

"Sudah cukup. Kau sudah berlatih keras beberapa hari ini."

"Beberapa putaran lagi Baek. Minggirlah" sahutnya dan mulai menghidupkan gas motornya kembali.

"Sudahlah. Berhenti untuk-

"-aku harus Baek!" Potong Chanyeol tiba-tiba. "Aku harus berlatih keras. Agar berhasil mengalahkan keparat itu!"

"Bukan untuk menjaga motorku.." potong Chanyeol lagi ketika Baekhyun sudah membuka mulutnya. Ia tatap Baekhyun dengan pandangan intens nan lembut. "..tapi demi dirimu."

"Aku tidak bisa membiarkan dirimu dimiliki oleh Kris" lanjutnya lagi.

Baekhyun membola, namun ia merasakan kehangatan menjalari hatinya. Sesungguhnya, ia sering menerima sikap cheesy dari sahabat lamanya ini. Namun entah kenapa, akhir-akhir ini semuanya terasa beda, dimana debaran asing selalu timbul bila pria itu berada di dekatnya.

Mungkin Sehun dan Kai adalah penyebabnya. Karena telah menulari virus gay mereka, hingga membuat Baekhyun kini tanpa ragu berlari ke arah Chanyeol. Menarik jaket kulitnya, hingga bibir tebal Chanyeol dapat ia raih. Hanya sebuah kecupan, namun dengan durasi yang cukup lama.

Baekhyun menarik wajahnya kembali tak lama setelahnya. Tidak cukup jauh, karena hembusan nafas masih dirasa menerpa wajah masing-masing. Kedua tangan Chanyeol terangkat untuk membekap pipi Baekhyun.

"Lagi..." Chanyeol berbisik.

"Cium aku lagi Baekhyun.." pinta lelaki itu dengan nada memohon.

Dan dengan senang hati, Baekhyun mengabulkan permintaan lelaki itu. Membuka lebar mulutnya, membiarkan Chanyeol menciumnya penuh damba. Kecipak basah pun menjadi alunan yang mengisi kelengangan di sirkuit malam itu.

Sementara Kai dan Sehun yang berada tak jauh dari mereka, hanya bisa geleng-geleng kepala. Mereka pun memutuskan untuk meninggalkan tempat itu diam-diam. Tak ingin menganggu aktivitas kedua insan di sana, yang sibuk mengejar bibir masing-masing.

Entah sudah menit ke berapa, Chanyeol akhirnya yang pertama melepaskan bibirnya. Sekuat tenaga ia menahan hasratnya melihat Baekhyun dengan bibir merah membengkak, mata sayu dan rambutnya yang berantakan. Melipat ganda kesan seksi pada lelaki mungil itu.

"Pulang denganku ya?" Ajak Chanyeol.

Baekhyun mengangguk kecil, kemudian bersiap untuk menaiki motor Chanyeol. Kakinya baru saja terangkat, namun Chanyeol tiba-tiba menghentikannya.

"Ada apa?"

Chanyeol tidak berucap sepatah katapun, melainkan sibuk membuka risleting jaketnya. Dan dengan satu gerakan cepat, jaket itu sudah berpindah di tubuh Baekhyun. Membuatnya tampak tenggelam di dalam jaket ukuran besar milik Chanyeol.

"Jangan protes! Cuaca cukup dingin"

Melihat Baekhyun hanya membeku di posisinya dengan wajah merona, timbul niatan dalam pikiran Chanyeol untuk menggoda lelaki itu.

"Manis sekali. Kemana perginya si Byun angkuh bermulut pedas itu?" Ejek Chanyeol. Sukses menghilangkan senyuman di wajah Baekhyun dan kembali berekspresi datar kini. Sambil menghentakkan kaki, ia bergerak menuju bagian belakang motor Chanyeol.

"Baekhyun" lagi-lagi sang pemilik menghentikan langkahnya.

"Apa?!"

Cup!

"Sialan!"

Meskipun marah, diam-diam Baekhyun tersenyum sambil memegangi bibirnya.

.

.

.

Tak terasa, tiba lah hari dimana adu balap ini akan berlangsung. Demi menjaga keadilan, mereka sepakat menyewa sebuah sirkuit di tengah kota, sebagai arena balap malam ini. Suasana tidak terlalu ramai, hanya terdapat mereka yang mengikuti lomba dan beberapa orang yang menjadi juri dan pengawas.

Perlombaan sebentar lagi akan dimulai, sehingga Chanyeol, Sehun, dan Kai beserta tim Kris sudah bersiap-siap di atas motornya. Baekhyun pun sejak tadi nampak berada di antara ketiga sahabatnya, memberikan dukungan penuh untuk mereka. Dan sejak tadi pula, ia mendapati Kris selalu melirik ke arahnya dengan senyuman penuh arti. Membuat Baekhyun bergidik melihatnya.

"Aku tahu aku menyebalkan, tapi kumohon menangkan pertandingan ini" melasnya pada Kai dan Sehun. Sepertinya Baekhyun mulai khawatir mengenai Kris yang akan memilikinya jika ia menang nanti.

"Kenapa aku harus? Aku tidak bertaruh apapun disini" ujar Kai ketus. Namun dengan niat untuk menjahili Baekhyun yang nampak panik.

Baekhyun berdesis, namun ia berusaha menahan amukannya. "Baiklah.." Ia tarik nafas panjang sesaat. " Anggap kita sedang bertaruh, dan aku akan mengabulkan apapun permintaan kalian jika menang" putusnya.

Baik Kai dan Sehun menganga. Padahal niat mereka hanya bercanda tadi. Namun, ditawarkan sesuatu yang menggiurkan seperti itu, tentu saja mereka tidak akan melewatkannya.

"Deal"

"Aku juga deal"

Baekhyun menghela nafas lega. Kai dan Sehun yang melihat Baekhyun nampak benar-benar khawatir, sedikit merasa iba. Maka sebelum pergi ke motor masing-masing, mereka bersamaan mendekap Baekhyun dalam pelukan.

"Hey tenanglah, kami pasti berjuang untukmu sobat"

"Ya. Percayalah pada kami Baek"

Baekhyun mengangguk di tengah dekapan kedua lelaki itu. Kemudian melepaskan diri, dan memberikan senyuman manisnya yang sungguh langka, sebelum kedua orang itu menaiki motornya.

"Apakah itu berlaku untukku juga?"

Baekhyun sedikit melonjak, ketika Chanyeol tiba-tiba bersuara tepat di kuping kanannya. Ia berbalik ke belakang, dan merutuki matanya yang tidak bisa beralih dari sekujur tubuh Chanyeol. So damn hot!

Dengan jaket kulit hitam yang menutupi kaus oblong putih, dipadu dengan jeans hitam belelnya. Dan jangan lupakan, rambut berponinya yang sedikit berantakan. Mungkin jika tempat ini sepi, Baekhyun sudah melemparkan dirinya pada Chanyeol.

Kemana perginya Byun Baekhyun yang paling straight itu?

"Baek? Baekhyun?"

"I..iya?" Uh. Rasanya Baekhyun ingin menangis mendengar getaran dalam suaranya. Sementara Chanyeol sendiri hanya menahan geli. Sesungguhnya pandangan Baekhyun yang terfokus pada tubuhnya sejak tadi, tak luput dari perhatiannya.

"Apakah aku juga akan mendapatkannya?" Chanyeol mengulang pertanyannya.

Baekhyun mengerutkan dahi. "Apanya?"

"Tadi kau bilang akan mengabulkan permintaan Sehun dan Kai" Chanyeol merunduk hingga wajah keduanya berdekatan. "Apakah aku juga boleh meminta sesuatu nanti?" Bisiknya lembut. Membuat Baekhyun hanya diam membeku sambil mengangguk kecil.

"Apapun?"

Baekhyun mengangguk kembali.

"Termasuk bercinta denganku?"

Baekhyun sudah akan mengangguk, namun otaknya sukses mencerna ucapan Chanyeol lebih cepat. Ia bimbang, jiwa straightnya menyuruh untuk menggeleng, namun hati nurani bercampur hasratnya meronta untuk mengangguk.

Melihat si mungil sibuk dengan pikirannya, Chanyeol terkekeh kecil. Ia bawa tangannya untuk mengacak surai Baekhyun. "Lupakan. Aku hanya bercanda" ucapnya. Baekhyun menjawab dengan gumaman kecil.

"Baiklah. Aku harus ke motorku sekarang"

"Hn. Hati-hati Yeol"

Chanyeol sudah akan berbalik, namun tiba-tiba ia kembali ke hadapan Baekhyun. Membuat lelaki itu menatapnya penuh tanda tanya.

"Aku butuh penyemangat.." Chanyeol berbisik, dan tatapannya bergulir menuju bibir tipis nan merah di depannya. Seolah mengerti apa yang dimaksud Chanyeol, Baekhyun pun memejamkan mata sambil sedikit mendongak. Chanyeol tersenyum, dan tanpa buang waktu, ia miringkan kepalanya, agar bisa meraup penuh bibir favoritnya itu. Melumatnya bergantian, menyesapi rasa manis yang menjadi candu baginya.

Keduanya tenggelam dalam kenikmatan. Hingga melupakan status di antara keduanya.

.

.

.

Perlombaan pun tinggal menghitung mundur. Sistemnya seperti estafet, dimana pengendara pertama menghampiri pengendara kedua, lalu pengendara kedua menghampiri pengendara ketiga dan terakhir si pengendara ketiga akan melaju sampai ke garis finish. Kai menjadi pengendara pertama, dilanjutkan oleh Sehun dan terakhir adalah Chanyeol yang akan bersaingan dengan Kris.

"Kita memang ingin menang, namun tetap ingat untuk berhati-hati" ujar Chanyeol. Yang ditanggapi anggukan paham dari dua yang lain. Tidak dipungkiri, ketiganya menegang saat ini.

Sebagai pengendara pertama, Kai tetap di garis pertama. Sedangkan Sehun dan Chanyeol mulai memutar gas motornya untuk menuju posisi masing-masing.

"Semoga berhasil Sehun, Chanyeol" seru Kai dari belakang.

Brmmmmm Brmmmmm

Kai melajukan motornya dengan kecepatan maksimal, sama halnya dengan sang lawan di sebelahnya. Pertarungan cukup sengit karena mereka berdua terus balap membalap sejak start tadi.

Meskipun Kai sudah sering berlatih beberapa hari ini, namun karena ia terbiasa membawa mobil, membuatnya kurang maksimal dalam pertandingan ini. Dan sepertinya ia sedikit beruntung, karena nampaknya kemampuan sang lawan tidak begitu kentara.

Tinggal 1 km lagi, mereka akan sampai di titik kedua. Posisi Kai saat ini tertinggal di belakang, namun jaraknya tidak terlalu jauh.

"Kai. Kau dengar aku?" Suara bass Chanyeol terdengar dari headshet di telinganya.

"Ya" jawabnya singkat.

"Turunkan kecepatanmu saat ini" Jongin mengernyit heran. "Buat dia terpancing, lalu susul dia di tikungan selanjutnya" lanjutnya lagi. Sesungguhnya Jongin masih belum mengerti, namun ia tetap patuh pada perintah Chanyeol. Ia turunkan gasnya, membuat sang lawan menoleh kearahnya.

Tikungan yang dimaksud sudah berada di depan mata. Dan saat itulah ia mengerti apa yang dimaksud oleh Chanyeol. Lawannya itu tidak mahir ketika di tikungan. Laju motornya begitu pelan dan sedikit tak beraturan. Maka melihat kesempatan itu, Kai memacu gasnya maksimal lagi. Ia pun berhasil melaju kencang, jauh meninggalkan sang lawan.

"Hati-hati!" Seru Kai ketika ia sampai di perhentian kedua. Sehun hanya tersenyum miring, kemudian melambaikan sebelah tangannya, sebelum memutar gas motornya.

Dibandingkan Kai, kemampuan Sehun jauh di atasnya. Sehari-hari lelaki pucat ini selalu membawa motor dan hobinya memang pada bidang otomotif. Maka tidak heran Sehun melaju dengan gagahnya saat ini.

10 menit kemudian, nampak sang lawan mulai terlihat membuntutinya. Sepertinya lawannya kali ini juga lebih baik dari yang sebelumnya. Melihat ia berhasil mendekati Sehun setelah jauh tertinggal tadi.

Sehun mulai mencurigai sesuatu, ketika lawannya itu hanya menempeli motonya dari belakang. Seolah tidak memiliki niat untuk melewatinya.

Dan benar saja. Tak lama setelahnya, lawannya itu mundur sesaat dan tiba-tiba melaju cepat ke depan. Hingga menabrak motor Sehun. Sehun sendiri sudah berupaya menaikkan kecepatannya, mengarah ke kiri dan kanan, namun motor itu terus-terusan menabaraknya dari belakang.

Khawatir sesuatu yang buruk terjadi, Sehun memutuskan mengerem dadakan motornya. Mengakibatkan motornya menjadi oleng tak terkendali. Sehun menurunkan kedua kakinya, berusaha untuk menahan agar motornya tidak jatuh. Tidak mempedulikan rasa sakit yang menjalar ketika kakinya tergerus dengan aspal.

Dan syukurlah Sehun berhasil.

Dapat ia lihat di depan sana, lawannya sudah melaju cukup jauh dari jangkauannya. Sedangkan di depan hanya tersisa rute tikungan maut berganda.

"Kai" ucapnya melalui headshet. "Sampaikan pada Baekhyun, setelah ini mungkin aku akan meminta nyawa padanya"

Sehun menarik nafas panjang terlebih dahulu. Tidak ada cara lain lagi. Meskipun sulit, setidaknya ia harus mencobanya.

Bruuuummmmmmm

Sedikit demi sedikit Sehun mulai menyusul lawannya kembali. Namun sesuai dugannya, lawannya itu sudah memasuki rute tikungan maut di depan sana. Maka ia pun bertekad untuk melakukannya.

Melaju dengan kecepatan maksimal.

Tanpa menarik stang rem.

Dan itu seharusnya tidak dilakukan di tikungan.

Sang lawan tercekat melihat Sehun tau-tau sudah berada di sampingnya. Ia menatap pria itu horror karena Sehun benar-benar tidak mengurangi kecepatannya. Tikungan pertama berhasil dilewati dengan posisi mereka yang saling sejajar.

Tikungan kedua lebih meliuk, namun Sehun tak mempedulikannya. Seolah-olah rem itu tak terpasang pada motornya. Tubuh dan motonya miring sempurna ke arah kiri saat ini. Dan dengan kecepatan seperti itu, berakibat pada lengan jaketnya yang sobek karena gesekan aspal.

"Aargh" Sehun mendesis, karena kini kulit tangannya bersentuhan langsung dengan aspal. Namun melihat, jarak lawannya sudah di depan mata, Sehun melupakan rasa sakitnya. Tak perduli dengan lengannya yang semakin tergores, ia putar kembali gasnya. Hingga berhasil melewati lawannya.

Chanyeol terkejut mendapati Sehun menghampirinya dengan luka goresan di tangannya.

"Berjuanglah. Kau yang terakhir" Sehun menepuk pelan bahu Chanyeol. Lelaki tinggi itu mengangguk pasti dan segera bersiap di atas motornya. Ia sempatkan untuk menoleh ke arah Kris, yang ternyata juga sedang menyeringai padanya. Chanyeol berdecih. Kemudian kembali fokus untuk upayanya memenangkan pertandingan.

Pertandingan antara keduanya cukup sengit. Hampir sama seperti putaran Sehun tadi. Sudah beberapa Km, namun posisi keduanya tidak pernah berjauhan. Hanya tinggal sedikit lagi bagi mereka untuk mencapai garis finish. Namun tiba-tiba..

Brukk!

Kris menabrak motor Chanyeol dari samping. Membuat lelaki itu terhimpit di pagar arena balap. Dan itu sukses melukai tangan kanan Chanyeol, karena Kris terus-terusan memojokkannya ke pagar arena balap di sebelah kanan.

Chanyeol menurunkan gas motornya tiba-tiba. Hingga berhasil melepaskan diri dari Kris. Namun tak lama. Karena Kris kembali menabrak dirinya dari samping, lebih keras dari sebelumnya.

Sukses membuat tangan kanan Chanyeol terluka parah. Bahkan dapat ia rasakan beberapa tulang jarinya meremuk saat ini. Mengangkatnya saja, sakitnya luar biasa. Dan itu fatal. Karena tangan kanan penting mengatur rem dan gas motornya.

"Chanyeol..." lirihan Baekhyun mengalun dari headshet. "Sudah cukup. Berhenti saja" ucapnya sendu. Yang semakin membuat Chanyeol merasa bersalah. Wajah manis sahabatnya itu tiba-tiba terekam jelas di pikirannya. Chanyeol menyukai Baekhyun yang manis. Dan ia tidak akan memberikannya pada Kris.

"Lebih baik kau khawatirkan sesuatu yang akan kuminta nanti Baek" Tanpa menunggu jawaban Baekhyun, Chanyeol mencabut headshetnya.

Demi Baekhyun, Chanyeol akan menahan sakitnya. Mengacuhkan bunyi retak di jarinya, Chanyeol memutar lagi gasnya maksimal.

Kris nampak terkejut melihat Chanyeol melaju kencang melewatinya. Rasa ingin memiliki Baekhyun yang begitu besar, membuatnya memiliki obsesi tinggi juga untuk menjadi pemenang.

"Sialan!" Chanyeol mengumpat kasar ketika Kris menabraknya kembali. Semakin memperparah jemarinya. Sungguh rasa sakitnya lebih dari apapun.

Namun melihat garis finish hanya tinggal beberapa meter lagi, rasa semangat kembali membakar Chanyeol. Perlahan ia angkat kaki kirinya, kemudian menendang kuat motor Kris di sebelahnya, hingga lelaki itu sedikit kehilangan kendali.

Ini adalah kesempatan terakhirnya. Namun naas, jemari kanannya sudah mati rasa. Tak dapat lagi ia gerakkan. Chanyeol menarik nafas panjang. Hanya ada satu cara.

Yaitu memakai tangan kirinya.

Dan

Brukk!

Chanyeol terpelanting bersama motornya di aspal. Sejenak ia tidak berani membuka matanya, takut akan apa yang terjadi saat ini.

Namun ketika sorakan riuh yang menyebut namanya membahana, kedua mata Chanyeol pun terbuka lebar. Wajah senang bercampur khawatir dari Sehun dan Kai, adalah yang pertama ia lihat. Chanyeol mengerjapkan matanya lagi, mencari sosok yang paling ingin ditemuinya saat ini.

Dan disitulah Baekhyun berada. Di belakang Sehun, dengan matanya yang masih sembab, tanda lelaki itu habis menangis. Sekuat tenaga Chanyeol berusaha bangkit, namun karena banyaknya luka di tubuhnya, ia hanya mampu terduduk.

"Baekhyun aku-

"Bodoh!" Chanyeol tercekat ketika Baekhyun memotongnya. Sifat angkuh dan kejam itu seperti kembali memasuki lelaki mungil itu.

"Aku benci pada orang bodoh" desisnya pelan, sebelum pergi meninggalkan Chanyeol yang nampak terluka.

.

.

.

Terhitung, sudah satu minggu semenjak hari pertandingan saat itu. Dan sudah seminggu pula, Baekhyun tidak pernah menjawab satupun pesan dan telponnya, apalagi menghubunginya. Bahkan lelaki mungil itu tidak pernah datang ke rumahnya, menjenguk dirinya yang masih terbaring akibat luka-luka dari balapan saat itu.

Sesungguhnya, tangan dan kakinya sudah cukup membaik sejak dua hari yang lalu. Namun kondisi hatinya yang memburuk, membuatnya malas untuk beraktivitas. Contohnya saja hari ini, jika bukan Kai dan Sehun yang menariknya, maka Chanyeol tidak peduli akan ulang tahunnya hari ini.

Chanyeol menatap malas pada dua lelaki di depannya, yang asyik bernyanyi dengan nada yang tentunya tidak baik untuk kesehatan telinga.

"Aku pulang saja!" Ketus Chanyeol untuk yang entah kesekian kalinya.

"Yeol hari ini ulang tahunmu, bersenang-senanglah man!" sahut Kai yang sudah kesekian kalinya juga melarang Chanyeol untuk pulang.

"Ya benar. Lupakan dulu yang lain, lalu bersenang-senang sepuasnya malam ini" tambah Sehun ikut-ikutan. Chanyeol mencibir, kemudian bangkit dari duduknya.

"Mau kemana Yeol?" Tanya Sehun.

"Aku mau ke bawah" sahut Chanyeol tak sabaran. "Daripada disini bersama kalian, lebih baik aku mencari wanita di sana" sungutnya. Tanpa mempedulikan ekspresi kaku dari dua orang dibelakangnya, ia pun melenggang keluar.

Tatapan lapar dari para wanita, menyambutnya ketika Chanyeol menginjakkan kaki di lantai satu ini. Beberapa bahkan sudah berani membelai lengan kekarnya, menggoda lelaki itu untuk menghabiskan malam panas bersamanya.

Chanyeol baru saja hendak mendaratkan bibir tebalnya di leher wanita tersebut, sebelum dirinya ditarik menjauh oleh seseorang. Dan pelakunya adalah Kai.

"Ayo pulang Yeol, tadi kau bilang ingin pulang bukan?" Ucap lelaki berkulit tan itu, sambil terus menarik Chanyeol. Sedangkan Sehun, ikut membantunya dengan mendorong Chanyeol dari belakang.

Untungnya Chanyeol tidak banyak melawan dan tidak bertanya apapun. Sepertinya sudah lelah dengan tingkah tak masuk akal dari kedua sahabatnya ini. Dalam diam, ia masuk ke dalam mobil, yang telah dibuka terlebih dahulu oleh Sehun. Sementara itu...

"Apakah tidak apa kita kembali lebih awal?"

"Ini lebih baik, daripada ia menemui Chanyeol yang beraroma sperma di tubuhnya"

Sehun pun mengangguk paham. Maka setelah mendapat pekikan tak sabar dari dalam mobil, Kai dan Sehun pun segera masuk ke dalam mobil.

.

.

.

Pukul 11 malam, Chanyeol sampai di rumahnya kembali. Hanya satu jam lagi sebelum hari ulang tahunnya terlewati. Sepertinya tahun ini menjadi hari ulang tahun terburuk sepanjang hidupnya. Karena di hari spesial ini, justru dihabiskan untuk meladeni kelakuan bodoh dari Sehun dan Kai. Dan yang lebih menyesakkan.

Baekhyunnya sama sekali tidak menghubunginya hari ini.

Chanyeol mendengus putus asa, kemudian perlahan mulai memasuki kediaman megahnya. Begitu sepi. Tidak ada seorang pun yang menyambutnya. Sebenarnya bisa saja ia tadi menolak ajakan sahabatnya untuk pulang, dan bercinta dengan beberapa wanita sepanjang malam. Namun entahlah...hasratnya seolah menghilang begitu saja.

Tanpa berhenti lagi, Chanyeol langsung melangkah menuju kamarnya. Tangannya terulur untuk memutar kenop pintu, hingga terbuka setelahnya. Begitu gelap, karena Chanyeol tadi dipaksa pergi sejak pagi, dan ia tidak sempat menyalakan lampunya. Perlahan, tangan Chanyeol bergerak untuk menghidupkan saklar lampu. Dan ketika kamarnya cukup benderang..

"Selamat ulang tahun Chanyeol"

Chanyeol memucat. Berkali-kali ia mengusak matanya, mencoba meyakinkan bahwa apa yang ia lihat di tengah kamarnya bukanlah imajinasi semata.

Di depan ranjangnya, di bawah remang pencahayaan lampu kamarnya, berdiri seorang pria mungil yang sedang tersenyum manis. Itu adalah Baekhyun, yang sedang memegang kue lengkap dengan lilinnya. Membuat Chanyeol mati-matian menahan desakan rindu dalam dirinya, untuk segera merengkuh lelaki itu dalam pelukan.

Dan sepertinya Chanyeol juga harus menahan libidonya baik-baik.

Melihat Baekhyun memakai kemeja tipis miliknya yang nampak longgar di tubuh mungilnya. Dan hanya mampu menutupi setengah paha putih susunya. Maka Chanyeol pun tidak menyalahkan adik kecilnya yang tiba-tiba merasa sesak di bawah sana.

"Yeol? Kau baik?"

Tentu saja Chanyeol tidak baik-baik saja saat ini. Ketika Baekhyun mendekat, tubuh mulusnya terpampang dibalik kemeja tipis yang dikenakannya. Ditambah lagi dua tonjolan kecil yang mengintip dibaliknya. Semakin memanaskan diri Chanyeol.

"Ah ya. Aku baik-baik saja." Chanyeol berdeham kaku. "Aku hanya tidak menyangka, setelah seminggu lamanya, kau tiba-tiba muncul dan..." Chanyeol berhenti sejenak sambil menatap tubuh mungil itu dari atas ke bawah, kembali lagi ke atas dan berhenti di sekitar dadanya. "Seriously..so damn hot Baek.." nada bicara Chanyeol mulai serak, dengan kilatan mata yang menggelap.

Chanyeol melangkah mendekat, membuat Baekhyun merasa sedikit gugup. Sambil meremas kedua jemarinya, ia mendongak menatap lelaki itu. "Apakah penampilanku aneh?" Tanyanya dengan mata berbinar penuh tanya. Chanyeol menggeleng singkat, kemudian tanpa bisa menahannya lagi, ia rengkuh lelaki mungil itu dalam pelukannya.

"Aku merindukanmu.." bisiknya sambil mengusak hidungnya di leher Baekhyun. Membuat si mungil melenguh kecil karenanya.

"Hhh aku juga" sahut Baekhyun. Kepalanya ia miringkan, agar hidung Chanyeol leluasa bergerak di lehernya. "Tapi Kai dan Sehun memintaku untuk tidak menemuimu sampai hari ini." Keluhnya.

Perlu beberapa detik bagi Chanyeol untuk merespon ucapan dari Baekhyun. Dan ketika otaknya sudah selesai memprosesnya, dengan segera hasrat dan rindunya tadi menguar begitu saja. Ia lepaskan Baekhyun dari pelukannya.

"Jadi keberadaanmu disini hanya karena sebuah taruhan itu?" Sahutnya dingin dan datar. Melihat Baekhyun hanya menggigit bibirnya, maka Chanyeol sudah mengerti jawaban dari pertanyaannya. "Pulanglah. Ini sudah malam. Terima kasih atas kuenya." Ia lewati Baekhyun, menuju ranjang miliknya.

Tubuhnya baru saja hendak berbaring, sebelum sepasang tangan mungil melingkar di perutnya. "Kau salah paham Chanyeol" ucap Baekhyun sepelan mungkin. "Setelah memenangkan pertandingan itu, sesuai perjanjian, Sehun dan Kai meminta sesuatu dariku yaitu untuk tidak menemuimu." Jelasnya. Sedangkan Chanyeol masih diam dalam posisinya, memasang telinganya baik-baik untuk mendengar ucapan yang dilontarkan Baekhyun.

"Tentu saja mereka sengaja. Ingin mengerjai kita berdua" protesnya bernada kesal. Mampu menghadirkan senyum kecil di bibir Chanyeol. "Jadi mengenai penampilan dan kehadiranku disini..."

"Itu keinginanku!" Pekiknya malu-malu.

Chanyeol tertegun, bukan hanya karena pengakuan Baekhyun, tapi juga karena tingkah lelaki itu yang sedang mengubur wajahnya di punggung tegap Chanyeol karena malu. Dan baginya itu sangat menggemaskan. Mungkin Chanyeol sudah menjadi gay sejak lama, jika saja Baekhyun bersikap manis seperti ini sejak dulu.

Baekhyun menghela nafas melihat Chanyeol tidak bereaksi apa-apa, bahkan tidak berbalik ke arahnya. Maka dengan bibir melengkung ke bawah, Baekhyun menarik tangannya, kemudian menuju ke arah pintu.

Greb

"Mau kemana hmm?"

Langkah Baekhyun terhenti ketika tubuhnya dipeluk oleh Chanyeol dari belakang. Hembusan nafas Chanyeol yang terasa menggelitik di tengkuknya, membuat dirinya sedikit menggeliat.

"Kau datang sebagai hadiah ulang tahun untukku"

Cup

"Yang berarti menjadi milikku"

Cup

"Dan sebagai milikku, kau tidak akan kemana-mana malam ini"

Bertubi-tubi, Chanyeol mendaratkan bibirnya di leher jenjang Baekhyun. Menghirup aroma khas dari lelaki yang diam-diam telah ia sayangi sejak dulu. Sementara si mungil sendiri, mati-matian menahan mulutnya, agar tidak kelepasan mengeluarkan desahan.

Hell. Jangan lupakan sifat angkuh pada lelaki itu, meskipun mungkin hanya tersisa 1% saja.

Dan jangan lupakan juga sifat keras kepala dari Chanyeol. Maka seolah tertantang, tangan Chanyeol mulai merayap dari balik kemeja Baekhyun.

"Rrgghh" Baekhyun menggigit bibirnya kuat ketika tangan kiri Chanyeol memutari pucuk dadanya bersaman dengan mulut panas lelaki itu yang terus menggigiti lehernya. Chanyeol semakin gencar menyentuh sekujur tubuh mungil ini, ketika batas pertahanan Baekhyun mulai melemah. Sambil melakukan aktivutasnya tadi, tangan kanan Chanyeol merayap ke bawah, menuju bagian selatan lelaki itu.

"Angghh!"

Lenguhan keras nan seksi akhirnya lolos dari mulut mungil itu. Remasan pada kejantannya, sukses membakar gairah Baekhyun hingga menghilangkan akal sehatnya. Ia hentakkan tangan dan kepala Chanyeol, dan segera membalik tubuhnya menghadap lelaki itu.

Baekhyun mendekatkan dirinya, kemudian sedikit mendongakkan kepalanya. Matanya dibuat sayu, dengan mulut sedikit terbuka.

"Kiss me Chanyeol.." bisiknya.

"Shit Baek!"

Tidak sampai detik kelima, Chanyeol sudah merengkuh Baekhyun kembali sampai tubuh keduanya benar-benar menempel sempurna. Tentunya dengan bibir keduanya yang saling bertaut, bergerak kasar dan terburu-buru. Remasan di tengkuknya, membuat Chanyeol semakin melumat bibir Baekhyun lebih dalam, seakan-akan ingin memakan bibir tipis itu seutuhnya.

Baekhyun pun tak mau kalah, ia buka lebar mulutnya, mengeluarkan lidahnya di sepanjang bibir Chanyeol, agar sang pemilik turut membuka mulutnya. Chanyeol menikmati lidah Baekhyun yang bergerak di dalam mulutnya, mengajaknya untuk saling beradu. Ia dorong lidah nakal itu keluar dari mulutnya, berpindah ke dalam mulut si mungil.

Meskipun ini yang pertama kalinya bagi mereka bercumbu sesama lelaki, namun insting mereka tetap berjalan. Entah siapa yang memulai, saling menggesek bagian tubuh yang menggembung di bawah sana menjadi hal yang terus mereka lakukan saat ini. Dan tentunya sukses mengantarkan mereka berdua berbaring di ranjang, dengan bibir yang masih saling mengejar.

Di sela-sela ciumannya, Chanyeol sedikit terhenyak mendapati Baekhyun memposisikan diri di antara kedua kakinya. Dan ketika satu dugaan muncul di pikirannya, ia tarik bibirnya menjauh. Membuat gumaman protes dari si mungil di atas tubuhnya.

"Hanya perasaanku saja atau kau memang berniat memasukiku?" Tanya Chanyeol tanpa basa-basi.

Baekhyun mengangguk cepat. "Aku terbiasa menusuk, bukan ditusuk Yeol". Jawabnya sambil tangan lentiknya yang mulai bergerak melucuti kemeja Chanyeol. Ketika sampai di kancing keempat, Chanyeol menahan tangannya.

"Dan kau pikir aku mau ditusuk olehmu?"

Baekhyun berdecak sambil memutar matanya. "Jangan buang waktu Chanyeol. Aku tahu ini-

"Arggh!"

"-harus segera dipuaskan" Baekhyun tersenyum puas melihat reaksi Chanyeol setelah dengan sengaja ia meremas kuat ereksi lelaki itu. Maka tanpa berkata lagi, ia lanjutkan membuka kemeja si tinggi. Ketika tangannya sudah menuju resleting celana Chanyeol...

Bruk!

Keadaan berbalik menjadi Baehyun yang terkukung oleh Chanyeol di atasnya. Baekhyun sedikit waspada melihat kilatan tajam dari kedua mata lelaki itu, beserta seringai mengerikan yang terukir di sudut bibirnya.

Semuanya serba cepat, hingga Baekhyun tak menyadari tubuhnya telah polos tanpa sehelai benangpun yang menutupi. Jantungnya semakin berdebar melihat tatapan lapar dari Chanyeol, yang seolah tak sabar untuk menikmati tubuhnya.

"Kau pikir..penis mungilmu ini mampu memasukiku?" Desisnya bersamaan tangannya menggenggam milik Baekhyun, hingga lenguhan keras keluar dari mulutnya.

Tidak itu saja, Chanyeol berlanjut menggerakan kejantanan mungil itu naik turun, yang sukses membuat Baekhyun menggila. Seakan belum cukup, Chanyeol semakin menyiksa lelaki itu dengan memberikan kecupan basah di dadanya, tanpa berniat menyentuh tonjolan pink yang telah mengeras.

"Chanhh!"

Chanyeol tersenyum miring, mendapati Baekhyun membusungkan dada sambil menarik kepala Chanyeol menuju pucuk dadanya. Menginginkan agar lelaki itu menyentuhnya.

"Lihat siapa yang mendesah disini" Chanyeol mencibir. Namun Baekhyun nampak tidak peduli, dan hanya sibuk menikmati gerakan tangan Chanyeol di kejantanannya juga di dadanya. Hanya tinggal sedikit lagi ia menjemput pelepasannya, sampai Chanyeol tiba-tiba bangkit dari tubuhnya.

"Chanyeol..." Baekhyun terengah memandangi Chanyeol. "Please..."

Si empunya nama, tersenyum dengan tampannya. Ia himpit lagi tubuh Baekhyun, melihat wajah indah itu dari jarak dekat.

"Tell me.." Chanyeol berbisik dengan nada suaranya yang rendah dan serak. "Tell me what do you want from me?" Satu kecupan ia daratkan di leher Baekhyun.

"Hhh..I want you" Baekhyun menarik tengkuk Chanyeol, hingga bibir keduanya menempel. "I want you to touch me.." pinta Baekhyun.

Chanyeol tersenyum sejenak, sebelum membawa lelaki itu kembali dalam sebuah ciuman panas. Hanya sesaat saja, Chanyeol menarik kembali wajahnya. Tangannya mulai meraba dari leher, sengaja melewati dadanya, sampai membelai lembut sesuatu yang keras di bawah sana.

"More Yeolhhh.." mohon Baekhyun.

"Just touching, right?" Goda Chanyeol dan menarik kembali tangannya dari tubuh Baekhyun. Membuat si mungil berdecak kesal dan mendelik padanya. Dan semakin kesal melihat Chanyeol menaikkan sebelah alisnya, seolah menunggu sesuatu terucap dari mulutnya.

"I want you.." Baekhyun menarik nafas panjang terlebih dahulu. "..to fucking me right now Park! Got it?!" Pekiknya sampai terengah-engah. Seringai puas di wajah Chanyeol, menjadi hal terakhir yang Baekhyun ingat, sebelum lelaki itu mencumbunya kembali.

Dalam hati Baekhyun mencibir, melihat dari bibir Chanyeol yang melumat kasar bibirnya, ditambah gerakan terburu-buru ketika ia membuka bajunya sendiri, menandakan lelaki itu sesungguhnya sudah tenggelam oleh gairah sejak tadi.

"Buka kakimu" perintah Chanyeol mutlak. Yang disambut ragu-ragu oleh Baekhyun. Merasa tak sabar, Chanyeol berinisiatif menahan kedua paha Baekhyun, hingga membuatnya terbuka lebar.

Baekhyun melirik ke bawah ketika merasakan sesuatu yang keras menyentuh lubang anusnya. Dan saat itu juga ia tercengang, mendapati ukuran kejantanan Chanyeol yang lebih besar panjang berkali-kali lipat dari miliknya. Nyalinya pun menciut, mengetahui benda berurat itu akan mengoyak lubangnya.

Chanyeol menyadari sikap Baekhyun yang berubah ketika melihat kejantanannya. Diam-diam ia pura-pura tidak mengetahui, ketika si mungil mencoba menutup kembali kakinya dan perlahan menarik tubuhnya menjauh. Namun Chanyeol tidak akn tinggal diam. Dan..

"AAGGHH CHANYEOL SAKITT NGGHH"

Pekikan bercampur desahan menguar di ruangan, ketika Chanyeol mengunci kaki Baekhyun dan tanpa peringatan melesakkan penisnya memasuki lubang mengkerut itu. Membuat Baekhyun menggelinjang dan terus merintih.

Tapi itu hanya sesaat, karena beberapa menit kemudian...

"Ouhhh...lagi Yeolhhh..masukan lagihhh"

"Ahhh ahhh ahhh"

"Damn! Nggh deeper Yeollh. Pleasehh fuck me deeperhh!"

Dan nada-nada memohon terus terlontar dari mulut si mungil. Tanpa sempat memikirkan kembali kejelasan status di antara mereka berdua.

.

.

.

Suasana pagi ini nampak cukup cerah. Namun berbeda dengan wajah suram dari salah satu lelaki berkulit tan yang sedang berjalan di sekitar kampus bersama kedua sahabatnya.

"Ada masalah Kai?"

"Ah. Tidak ada apa-apa Yeol" jawabnya cepat. Sementara kekasihnya hanya memandangnya sekilas, sebelum sesuatu di parkiran sana menarik perhatiannya.

"Hey..bukankah itu mobil Baekhyun?" Tunjuk Sehun tiba-tiba, yang semakin membuat Kai memucat.

"Dimana?" Chanyeol melirik ke arah yang ditunjuk oleh Sehun, namun gagal karena Kai tiba-tiba datang menutupinya.

"Bukan. Sehun salah lihat, itu bukan mobil Baekhyun" ucapnya sambil mengedipkan matanya pada Sehun.

Namun sepertinya kekasihnya ini terlalu lambat mengerti isyarat darinya, dan justru menarik Chanyeol ke tempat yang lebih jelas untuk melihat kesana.

"Lihat Kai itu mobilnya!" seru Sehun. "Bahkan itu ada Baekhyun di dalamnya sedang bercumbu dengan..." Sehun baru menyadari kesalahannya ketika aura mengerikan menggelitik dari lelaki di sebelahnya. "...seorang wanita.." bisiknya pelan.

Secepat angin berhembus, secepat itu pula Chanyeol menghilang dari samping mereka berdua. Kai mengumpat kesal, dan memberi satu jitakan pada kepala Sehun.

"Yak! Aku kan tidak tahu!" Pekik Sehun sambil meringis.

"Aku sudah memberimu kode bodoh!" Kai mengacak-acak rambutnya kesal. Sedikit membuat Sehun merasa bersalah.

Keduanya menghela nafas bersamaan setelahnya, lalu menatap Chanyeol yang melangkah begitu cepat menuju mobil Baekhyun di sana.

"Semoga Baekhyun akan baik-baik saja"

...

"Nghh oppahhh"

Desahan putus asa terlontar begitu saja, ketika Baekhyun mengulum kedua pucuk dada gadis itu bergantian. Keduanya nampak berantakan, dengan tubuh atas yang sama-sama tak tertutupi apapun.

Sesungguhnya ia sama sekali tidak mengenal gadis ini.

Yah. Tentu saja taruhan tetap menjadi hobi nomor satu baginya.

Dan inipun termasuk taruhan yang ia lakukan dengan Kai kemarin. Ketika lelaki itu memberikan tantangan, apakah ia masih mampu bercinta dengan wanita, disaat dirinya sudah menjadi gay seutuhnya.

Sebagai lelaki dengan kesombongan setinggi gunung everest, tentu Baekhyun langsung menyetujuinya. Pagi hari tadi, Ia mulai beraksi, menarik wanita secara asal ke mobilnya, dan langsung mencumbunya dengan kurang ajarnya. Beruntung wajah rupawan yang ia miliki hingga membuat si gadis cepat luluh padanya.

Baekhyun sudah merasakan pusat tubuh si gadis lembab dan memanas. Dengan segera ia membenarkan posisi gadis itu di pangkuannya. Kemudian beralih untuk membuka resleting celananya sendiri. Tepat ketika Baekhyun baru mengeluarkan miliknya, pintu mobilnya terbuka paksa.

"Keluar"

Menampilkan seorang pria tinggi dengan wajah menawan sekaligus menakutkan. Rahangnya yang mengeras, serta urat-urat yang timbul dari tangannya, menandakan lelaki itu menahan emosinya.

"C..chan-

"Aku bilang keluar" perintah Chanyeol. Bukan pada Baekhyun, tapi pada gadis yang bertubuh polos di pangkuan Baekhyun.

"T..tapi aku..

"Kau mau keluar sendiri atau aku harus memaksamu?" Desis Chanyeol semakin mengerikan. Sukses membuat gadis itu menciut, dan pelan-pelan memunguti pakaiannya, lalu keluar dari mobil Baekhyun. Untung saja tidak ada orang lain di parkiran saat ini.

Seolah tidak peduli pada keadaan gadis yang sedang telanjang bulat itu, Chanyeol menutup pintu mobil dengan membantingnya kuat. Dengan langkah tergesa ia memutar mobil, kemudian masuk di bangku kemudi.

"Jangan berani-berani bergerak seinci pun" ancam Chanyeol tiba-tiba, ketika Baekhyun sedang berusaha memakai kembali pakaiannya. "Biarkan tetap seperti itu"

Baekhyun berhenti bergerak dan benar-benar terdiam dalam duduknya. Dengan tubuh atas polosnya dan kejantanannya yang mencuat dari celananya.

"Get ready for your punishment"

.

.

.

Terik matahari menyinari jalanan Seoul siang ini. Karena perasaan khawatir dan rasa bersalah yang cukup besar, membuat Kai dan Sehun rela membolos kuliahnya untuk menemui Baekhyun.

Sejak Chanyeol masuk ke mobil lelaki itu dan membawanya pergi, mereka berdua tidak kembali lagi. Tidak ada satupun yang mengangkat telepon. Bahkan keduanya pun tidak terlihat di lingkungan kampus pagi ini. Maka dengan itu, mereka putuskan menembus teriknya siang bolong untuk mencari keduanya.

Sebelumnya mereka telah menyambangi rumah Baekhyun. Namun nihil, mobilnya tidak ada dan salah satu pelayannya mengatakan bahwa tuan mudanya itu tidak pulang semalaman. Dan disinilah mereka sekarang. Di depan mansion megah milik Chanyeol pribadi.

Sesaat, Kai dan Sehun sempat pesimis karena melihat lampu depan rumah Chanyeol, masih menyala. Namun, ketika mata elang Sehun menelusuri lebih dalam lagi, nampaklah mobil mewah milik si mungil.

Tanpa memencet bel di pagar, mereka berdua melenggang masuk. Dan untungnya, karena sudah sering bertandang kerumah Chanyeol, membuat mereka sudah hafal kata sandi untuk pintu utama.

Suasana lengang, adalah hal pertama yang mereka lihat ketika memasuki kediaman itu. Masing-masing mengenyit heran, melihat hanya bar kecil disana yang nampak paling berantakan dari tempat lainnya.

Sayang sekali mereka melewatkan cairan putih kental, di antara pecahan botol-botol wine di meja bar.

"Kai kau mendengar suara itu?" tanya Sehun ketika mendengar suara yang tak asing dari arah lantai dua.

Kai mengangguk kecil. "Sepertinya dari kamar Chanyeol. Ayo!"

Mereka berdua pun segera menaiki tangga menuju kamar Chanyeol di ujung kanan lantai dua. Semakin dekat dengan kamar itu, semakin jelas pula suara yang memasuki pendengaran mereka. Rintihan, geraman, dan...desahan?

Mereka berdua telah sampai di depan pintu kamar Chanyeol, dengan keadaan gugup. Bukannya takut, tapi tak sanggup membayangkan bagaimana kondisi Baekhyun di dalam sana.

"Ap..apakah mereka melakukannya 24 jam penuh?" Tanya Sehun terbata.

"Tidak." Kai menggeleng. "Tidak hanya 24 jam! Astaga Baekhyun!" Seperti sadar akan sesuatu mereka berdua terbelalak dan dengan segera mengetuk pintu kamar secara barbar.

"Yeol! Yeol! Buka pintunya!" Pekik Sehun.

"Baekhyun?! Kau bisa dengar aku?! Jawab aku Baek!" Pekik Kai.

Mereka terus menerus menggedor dan berteriak dari balik pintu. Dan semakin kesal bercampur khawatir karena tidak ada sahutan dari dalam.

"Buka pintu ini atau aku akan mendobraknya Yeol!"

Hening

"Baiklah! Kuhitung sampai 3, dan aku akan benar-benar menghancurkan pintumu!"

3

2

Cklek

"Ada apa dengan kalian hah?!"

Wajah kesal Chanyeol menyambut mereka begitu pintu dibuka olehnya. Melihat lelaki itu hanya memakai boxernya, membuat Kai dan Sehun bergegas mencari Baekhyun kedalam.

Dan..saat itu juga mereka berdua menganga tak elitnya.

Aroma seks yang begitu pekat, sperma yang tercecer hampir di segala sudut kamar, berbagai sex toys, satu botol obat dengan tulisan viagra di labelnya, dan tidak ketinggalan..

Baekhyun yang terbaring di atas ranjang, dengan tangan dan kaki terbuka lebar yang dikat di ranjang. Sekujur tubuhnya nampak basah, bercampur keringat dan sperma. Kulit putih susunya hampir tak bersisa, tertutupi tanda merah keunguan dan beberapa bekas gigitan.

"B..baek-

Bruk!

"Astaga Sehunnnn!"

Bahkan Sehun pun sampai tak sadarkan diri melihatnya.

...

Sedikit keributan tadi, turut membangunkan Baekhyun dari tidurnya yang baru berlangsung beberapa menit. 24 jam lebih Chanyeol tidak mengizinkan dirinya untuk tidur sama sekali.

"Aku mendengar suara Kai dan Sehun tadi" bisiknya lemah.

Chanyeol mengangguk. "Ya baru saja. Tapi sudah pergi sekarang.." Ia bergerak mendekati Baekhyun kembali. "..karena aku tidak ingin diganggu oleh siapapun saat ini" bisiknya.

Baekhyun menghela nafas frustasi ketika Chanyeol membuka boxernya kembali. Dan demi apapun, setelah sekian kalinya, ereksi lelaki itu masih menggantung sempurna.

"Yeol..aku lelahh.." mohon Baekhyun disaat Chanyeol sudah menindihnya kembali.

Chanyeol memandangi wajah lelah Baekhyun, dan memberikan senyum manis padanya. Tangannya terulur pada surai si mungil, merapikan rambut yang menempel di keningnya.

"Kau ingat apa janjimu ketika aku memenangkan adu balap dengan kris?"

Baekhyun mengangguk lemah. Meskipun itu sudah lama terjadi, namun ia masih mengingatnya, termasuk Chanyeol yang belum meminta apapun.

Setidaknya sampai saat ini.

"Kau ingin sesuatu?"

Chanyeol mengangguk pasti diiringi seringai penuh arti di sudut bibirnya.

"Serahkan seluruh hidupmu padaku"

Baekhyun mengerutkan dahi. Tanda ia belum mengerti dengan permintaan Chanyeol.

"Dengan menjadi pendampingku selamanya" senyuman hangat menggantikan seringai di wajah Chanyeol.

"Jadilah pengantinku Baekhyun.." pintanya dengan keseriusan.

Baekhyun menghangat. Mata sipitnya menelusuri kedalam mata Chanyeol, dan menemukan keseriusan serta tatapan penuh damba untuknya. Maka dengan itu, tak ada yang bisa menghalangi Baekhyun untuk menganggukkan kepalanya.

"Chanyeolll.."

Seolah mengerti, Chanyeol pun membawa tubuh mungil itu ke dalam pelukannya. Saling meraskan detak jantung masing-masing, yang nampaknya berdetak berirama.

Hingga beberapa menit kemudian, Chanyeol melepas Baekhyun, dan sedikit bangkit dari ranjang. Ketika Chanyeol bertumpu dengan lututnya, dan mengarah pada wajahnya, Baekhyun baru mengerti keinginan lelaki itu.

"Sekarang buka mulutmu" perintah Chanyeol dengan nada seraknya.

"Tapi Yeol akuaahk! Hukk"

"Yeaah..kulum seperti itu Baekkhh"

Dan semoga Baekhyun tetap hidup hingga hari bahagianya nanti.

.

.

END

.

.

Apa ini apaaaa? Hehehehe

Hanya sebuah cerita ringan ala ala ftv, di tengah-tengah kefrustasian diriku ketika menulis FF sebelah huhuhu.

Ini hanya oneshoot, tapi jangan lupa review okeee?

Next, mungkin kalo ada onsehoot tidak berfaedah lagi aku gabungin di series ini hehehe.